Industri Kreatif & UKM

Bazar UMKM Sumsel, Senam, Lagu Daerah & Sambal Kreatif Menggeliat

ist

BAZAR UMKM Sumsel kali ini bukan sekadar bazar biasa, tengok, sebuah gedung dipenuhi aroma sambal, teriakan semangat peserta senam, dan alunan lagu daerah yang sesekali bikin kaki pengunjung ikut bergoyang tanpa diminta. Di Gedung Perjuangan Wanita Rajawali, Palembang, hari itu suasana mirip “pasar malam versi kreatif” yang sekaligus jadi arena gladiator inovasi ekonomi kreatif.

Wakil Gubernur Sumsel, H. Cik Ujang, membuka acara dengan gaya khas pejabat senyum lebar, salam hangat, dan pemotongan pita yang tampak lebih dramatis daripada adegan film action. Tapi di balik gestur resmi itu, terselip pesan tersirat“Ekonomi kreatif harus digerakkan, bukan hanya dipamerkan untuk foto-foto Instagram pejabat” .Mengingatkan kita bahwa dukungan nyata lebih penting daripada seremonial belaka.

Ketua BKOW Sumsel, Hj. Lidyawati Cik Ujang, menambahkan bumbu segar dalam laporan resmi 60 stan UMKM hadir memamerkan produk lokal, dari kerajinan tangan hingga sambal khas daerah, semuanya berkumpul bak perahu di sungai Musi berbeda warna, tapi mengalir menuju tujuan yang sama mengangkat ekonomi kerakyatan. Peserta bazar berasal dari berbagai komunitas, GOW kabupaten/kota, perusahaan swasta, hingga instansi pemerintah.

Semua hadir dengan satu niat menunjukkan  kreativitas perempuan Sumsel bisa menggerakkan roda ekonomi lebih kencang daripada motor bebek.

Yang paling mencuri perhatian tentu saja program hiburan yang dikombinasikan dengan bazar. Demo masak  Chef Ariya bersama Bumbu Mawar Merah membuat pengunjung tidak hanya melihat, tapi juga mencicipi langsung inovasi kuliner lokal.

Aroma sambal yang pedas tapi manis ini seperti pepatah lama “Rasa menembus hidung, rasa juga menembus hati”.

Lucunya, beberapa pengunjung tampak lebih fokus memotret sambal daripada membelinya. Sindiran halusnya, kadang orang datang ke bazar cuma untuk konten media sosial, bukan untuk mendukung pelaku usaha, tapi siapa yang bisa menyalahkan? Selera visual kadang memang lebih menggoda daripada selera perut.

Hari kedua membawa kejutan lain Lomba Senam Kreasi dengan 16 grup peserta. Penonton dibuat tertawa geli gerakan senam yang kadang lebih mirip tari pernikahan kampung daripada olahraga profesional.

Tapi di balik gelak tawa, terselip pelajaran kreativitas itu tidak harus serius, yang penting menggerakkan tubuh, semangat, dan ekonomi lokal, seperti kata pepatah Sumsel, “Biar gado-gado tapi tetap gurih,” senam mereka mungkin aneh, tapi manfaatnya nyata pengunjung terhibur, stan ramai, dan transaksi pun ikut bergairah.

Lomba Lagu Daerah Sumatera Selatan menutup rangkaian acara. Nada-nada tradisional berpadu dengan inovasi modern, seakan memberi pesan moral bahwa tradisi tidak kalah penting dari kreativitas.

Justru ketika tradisi dikombinasikan dengan inovasi, lahirlah produk UMKM yang punya karakter dan nilai jual tinggi.

Kadang, pengelola bazar modern lupa mengangkat nilai lokal, padahal di balik lagu daerah tersimpan cerita, budaya, dan potensi ekonomi yang tak ternilai.

Bazar UMKM Sumsel kali ini jelas memberi pelajaran penting ekonomi kreatif tidak bisa hanya diukur dari jumlah stan atau kunjungan pejabat. Yang paling menentukan adalah jejaring, inovasi, dan keberanian memadukan hiburan dengan bisnis. Strategi menggabungkan demo masak, senam, dan lomba lagu daerah ternyata berhasil meningkatkan minat pengunjung, membuka peluang kolaborasi antar-UMKM, dan memperkuat ekosistem ekonomi kreatif di Sumsel.

Selain hiburan, bazar ini juga menjadi ajang edukasi. Banyak UMKM yang dulunya hanya berjualan di rumah kini belajar pentingnya branding, kemasan, dan storytelling produk. Seorang peserta mengaku, “Dulu saya cuma jualan sambal dari dapur sendiri. Sekarang, setelah ikut bazar, saya punya jaringan, ide promo, dan bahkan peluang ekspor.” Kisah ini mengajarkan kita bahwa inovasi sederhana bisa membawa dampak luar biasa, asal ada kemauan untuk belajar dan berkolaborasi.

Ke depan bazar UMKM Sumsel bisa lebih maksimal dengan mengundang investor, media, dan platform digital, agar produk kreatif tidak hanya laku di bazar, tapi juga menembus pasar nasional bahkan internasional. Kolaborasi antar komunitas, chef, dan influencer bisa menambah daya tarik, sekaligus meningkatkan omzet peserta.

Bazar UMKM Sumsel bukan hanya sekadar ajang jualan, tapi juga panggung hiburan, tempat belajar, dan laboratorium inovasi ekonomi kreatif. Senam, lagu daerah, dan sambal kreatif yang menggeliat adalah simbol bahwa kreativitas, budaya, dan semangat gotong-royong bisa berjalan beriringan, seperti pepatah lama “Biar kecil asal berguna, biar lucu asal menghibur.”

Kalau pejabat datang hanya untuk potong pita, ingatlah UMKM butuh lebih dari sekadar sorotan kamera. Dukungan nyata, jejaring, inovasi, dan apresiasi terhadap kreativitas lokal adalah bahan bakar sesungguhnya agar ekonomi kreatif Sumsel terus menggeliat dan makin manis seperti sambal Mawar Merah.[***]

Terpopuler

To Top