KALAU pelayanan publik dulu itu ibarat jualan pisang goreng yang masing-masing pedagang berdiri sendiri-sendiri, berteriak sendiri tanpa tahu tetangga sebelah jual apa, sekarang zamannya berubah! Pemerintah Indonesia sedang ngotot banget buat mengubah gaya lama yang “government-centric” alias cuma mikirin kantornya sendiri, jadi “citizen-centric” fokus ke masyarakat, pengguna layanan. Bayangin, cukup sekali data dikasih, nanti instansi pemerintahnya yang saling ngerjain sambil kerja bareng, nggak lagi kerja silo-silo kayak lomba joget sendirian di panggung.
Begitulah kira-kira gambaran yang disampaikan Direktur Jenderal Teknologi Pemerintah Digital Kementerian Kominfo, Mbak Mira Tayyiba, pas pidato kunci di acara Digital Transformation Indonesia Conference & Expo (DTI-CX), 6 Agustus 2025 lalu. Tema acaranya “Tackling Issues in Modernizing Digital Government” memang pas banget untuk menembus gap soal infrastruktur, keamanan, dan kemampuan SDM dalam dunia digital pemerintahan yang makin ngebut.
“Jadi transformasi digital bukan cuma soal bikin jalan tol internet di pemerintah, tapi gimana bikin layanan publik yang lancar kayak seluncuran di taman bermain, aman kayak brankas nenek, dan fokus ke masyarakat sebagai raja di keraton digital,” jelas Mbak Mira penuh semangat.
Dulu, kalau mau urus sesuatu di pemerintah, rasanya kayak nyari pisang goreng yang pedagangnya nggak mau kerja bareng, malah saling tutupin warung. Data harus dikasih berkali-kali, proses lambat kayak siput naik gunung. Sekarang, era sudah berubah. RPJMN 2025-2029 secara tegas mengamanatkan bahwa pemerintah harus bisa berkolaborasi, saling terhubung, dan berbasis data supaya masyarakat nggak pusing tujuh keliling.
Mbak Mira bilang, “Bayangin kalau data masyarakat cuma disetor sekali, lalu instansi pemerintah lain sudah bisa pakai data itu buat layanan yang lain. Ini ibarat rombongan jajan bareng, nggak usah lagi repot masing-masing beli pisang goreng.”
Nah, cerita soal data ini nggak kalah penting, pemerintah sudah punya Pusat Data Nasional (PDN) yang jadi gudang penyimpanan data semua instansi pusat dan daerah. Tapi sekarang, pendekatannya makin kece, PDN jadi ekosistem yang melibatkan penyedia cloud dari pihak ketiga, asal aman dan taat aturan. Jadi, bukan cuma rumah pemerintah aja, tapi juga tetangga yang mau nebeng asal punya sertifikat keamanan.
“Ini ibarat punya rumah besar, tapi tetangga juga boleh nebeng, asal nggak bawa maling dan bikin gaduh,” kata Mbak Mira sambil senyum.
Maka dari itu, pemerintah mengundang pelaku industri data center buat gabung. Kolaborasi ini bukan cuma bikin layanan makin cepet dan aman, tapi juga bikin masyarakat dapat manfaat nyata, tanpa drama antri berjam-jam.
Kalau boleh kasih pepatah, “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” cocok banget buat transformasi digital ini. Pemerintah nggak bisa jalan sendiri, harus bareng-bareng dengan swasta, industri, dan masyarakat. Supaya layanan publik yang dulu ribet dan njelimet, jadi seamless dan penuh rasa empati.
Pokoknya, era pelayanan publik “government-centric” yang kaku dan terkotak-kotak sudah tamat masa berlakunya. Sekarang zamannya “citizen-centric”, semua fokus buat masyarakat yang pengin layanan mudah, cepat, dan aman. Dengan data cukup sekali dikasih, proses instansi pemerintah jadi kayak orkestra yang nyatu, harmonis, tanpa cacat.
Jadi jangan sampai deh, kita sebagai masyarakat malah bingung karena pemerintahnya masih kerja sendiri-sendiri, kayak tukang pisang goreng yang nggak mau gabung pasar. Ingat, “Bersatu kita teguh, bercerai kita pisang goreng sendiri-sendiri.”
Kalau transformasi digital pemerintah berjalan mulus, masyarakat yang untung besar. Waktu lebih efisien, data lebih aman, dan pelayanan makin bikin hati senang. Semoga Mbak Mira dan timnya di Kemkomdigi makin semangat buka ruang kolaborasi, karena hanya dengan gotong royong digital kita bisa wujudkan layanan publik yang modern, aman, dan penuh perhatian.
Kalau begini terus, jangan heran kalau suatu hari nanti urus KTP atau pajak tinggal klik, kopi dan pisang goreng sudah tersedia, dan kamu bisa senyum-senyum sambil bilang, “Wah, Indonesia sudah siap jadi negeri digital sejati!”.[***]