Kesehatan

“Gigi Berlubang, Darah Kurang & Tidur Keteteran, Raport Kesehatan Remaja dari Negeri Baturraden”

kemkes.go.id

DI halaman SMA Negeri 1 Baturraden, Jawa Tengah para siswa kelas 10 berbaris rapi, tapi bukan untuk upacara atau baris-berbaris seperti biasa, melainkan untuk antre cek kesehatan. Gratis pula, wajah mereka campur aduk ada yang sumringah karena bisa bolos kelas sebentar, ada juga yang mulai panik, karena ingat belum gosok gigi sejak malam minggu terakhir.

Kegiatan ini bukan prank dari guru BP, melainkan bagian dari Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Targetnya mulia lebih dari 53 juta pelajar se-Indonesia bakal disambangi, dicek, disuluh, dan disadarkan soal pentingnya jaga badan sejak dini, karena jujur saja, remaja sekarang lebih ingat tanggal rilis album K-Pop ketimbang jadwal minum vitamin.

Betul saja, dari 360 siswa yang diperiksa, hasilnya bikin tim medis agak mengelus dada, sambil mikir, “Ini anak-anak makan makanan atau makan masalah?”

Dokter Anisa dari Puskesmas Baturraden 2 berdiri di ujung meja pemeriksaan gigi dengan senyum setengah getir. “Mayoritas giginya berlubang,” katanya. Tapi lubang di sini bukan lubang karier atau lubang asmara, melainkan lubang literal di gigi, karang gigi menumpuk, sisa nasi semalam masih setia di sela gigi, dan aroma yang tercium… yah, cukup untuk bikin dokter menahan napas lebih lama dari freediver.

Penyebabnya sederhana tapi klasik kebiasaan menyikat gigi yang salah kaprah, banyak siswa cuma gosok gigi pas mandi pagi. Padahal, kata dokter, gigi tuh harus disikat setelah makan, bukan setelah hujan atau setelah mantan ngajak balikan.

Bayangkan gigi itu kayak rumah, kalau habis makan nggak disapu, bakal ada tikus (bakteri) yang pesta pora. Lama-lama rumah bolong, dan yang bolong bukan cuma dompet buat bayar tambal gigi, tapi juga kepercayaan diri pas senyum ke gebetan.

Masalah kedua yang muncul: anemia ringan, khususnya pada siswi, bukan anemia karena patah hati nonton drama Korea, tapi karena kadar hemoglobin (Hb) di bawah batas aman alias, darahnya males ngangkut oksigen. Akibatnya, badan jadi gampang lemes, belajar pun ogah-ogahan. Ujian matematika sudah cukup bikin pingsan, apalagi ditambah anemia.

Untungnya, tim medis sigap membagikan Tablet Tambah Darah (TTD) buat para siswi, seperti power-up dalam game bisa bantu mereka tetap kuat menghadapi hari-hari penuh tugas dan sinetron.

Sementara itu, siswa cowok punya PR beda beberapa ditemukan dengan tekanan darah tinggi yang katanya “reaktif”. Bukan karena nonton debat politik, tapi kemungkinan besar karena kurang tidur.

Kebiasaan begadang ini memang warisan budaya yang salah kaprah, kata pepatah lama “Begadang jangan begadang kalau tiada artinya.” Tapi remaja sekarang “Begadang aja, nanti juga bisa tidur di jam pelajaran sejarah”

Masih banyak siswa yang datang ke sekolah dengan perut kosong bukan karena puasa sunah, tapi karena malas sarapan. Padahal, sarapan itu ibarat menyalakan mesin sebelum balapan, kalau mesin belum dinyalakan, ya jangan heran kalau mobilnya mogok di tengah jalan, sarapan itu bukan cuma isi perut, tapi juga isi energi buat mikir.

Dokter Anisa menegaskan bahwa tidur cukup, sarapan rutin, dan sikat gigi yang benar itu investasi masa depan. Bukan investasi saham, tapi investasi kesehatan. Investasi ini nggak butuh modal besar, cuma butuh niat dan disiplin.

Tim medis juga menggelar edukasi langsung, bukan lewat Zoom, bukan lewat TikTok, tapi tatap muka. Materinya teknik menyikat gigi yang benar (dari atas ke bawah, bukan asal-asalan seperti gosok lantai), pentingnya sarapan (bukan cuma ngopi), dan tidur cukup (bukan tidur saat jam pelajaran).

Pesannya sederhana tapi ngena “Kebiasaan kecil yang dilakukan konsisten, bisa menyelamatkan kita dari tagihan besar di masa depan”, karena, percaya atau tidak, biaya tambal gigi bisa lebih mahal dari tiket konser.

Kegiatan CKG di Baturraden ini seperti cermin, ia menunjukkan  di balik semangat belajar, masih ada PR besar soal gaya hidup remaja, dari gigi yang lupa disikat, darah yang malas membawa oksigen, hingga kantuk yang tak tertahankan karena begadang tak jelas tujuan.

Tapi justru di sinilah harapannya, karena kalau kesadaran itu ditanam sejak SMA, maka kita sedang menyiapkan generasi yang bukan cuma pintar secara akademis, tapi juga sehat secara fisik, karena apa gunanya pintar, kalau pingsan pas upacara?

“Banyak yang mikir kesehatan remaja itu urusan sepele, tapi tunggu sampai lubang di gigi lebih besar dari lubang di ATM baru terasa!”

Kalau di masa depan para siswa Baturraden bisa tersenyum cerah dengan gigi sehat, lari kencang tanpa anemia, dan fokus belajar tanpa kantuk, maka momen cek kesehatan ini bukan sekadar acara formalitas. Ia jadi titik awal kebiasaan baik yang bisa menyelamatkan masa depan bangsa. Toh, bangsa yang besar bukan cuma karena sejarahnya, tapi karena siswanya tahu cara gosok gigi dengan benar.[***]

Terpopuler

To Top