UDARA di ruang Paripurna DPRD Muba tampak tenang, tapi sesungguhnya menyimpan semangat, kemarin Senin, 28 Juli 2025, menjadi salah satu momen penting tiga Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) resmi disepakati.
Bupati H. M. Toha SH hadir langsung, seolah ingin memastikan bahwa setiap lembar keputusan ini bukan sekadar tulisan, melainkan pijakan untuk langkah panjang menuju cita-cita Muba Maju Lebih Cepat.
Ketua DPRD dan seluruh anggota pun menyampaikan hasil pembahasan dengan tertib dan lugas. Tak tampak ketegangan, yang ada justru nuansa sinergi. Kita pun tentu berharap, ini bukan sekadar formalitas seremonial, tapi permulaan dari kerja nyata yang lebih bermakna.
Mari kita bahas satu per satu dengan pelan-pelan, santai, sambil membayangkan secangkir kopi dan harapan rakyat kecil di balik dokumen-dokumen itu.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ini ibarat peta perjalanan. Tapi seperti kata pepatah tua “Sebagus apapun peta, kalau kendaraan tak bergerak, kita tetap di tempat.”
Di sinilah letaknya tantangan rencana bagus harus dibarengi pelaksanaan yang teguh, konsisten, dan terbuka. Karena rakyat kini bukan hanya ingin tahu rencana lima tahun ke depan, tapi juga ingin diajak melihat progres setiap tahunnya sekecil apapun itu.
Artinya, RPJMD ini akan terasa manfaatnya bila ia membumi, masuk ke lorong-lorong desa, menjelma jadi irigasi yang mengalir, pelayanan kesehatan yang tanggap, atau pelatihan kerja bagi anak muda.
Perubahan pada regulasi BUMD ini menjadi langkah strategis. Harapannya tentu besar menjadi sumber penggerak ekonomi lokal, membuka lapangan kerja, dan memperkuat kemandirian daerah.
Namun, sebagaimana pepatah Minang,”Nan indak ka mambuak, indak usah digulai.” (“Yang tak akan berbuah, jangan dipelihara.”)
Maka, agar PT Muba Energi tidak sekadar menjadi nama yang indah di atas kertas, perlu ada keterbukaan data, evaluasi berkala, serta pelibatan profesional yang kredibel. Jangan sampai energi habis di rapat, tapi tak sempat menyalakan lilin pembangunan.
Peter Drucker, pakar manajemen asal Amerika, dalambukunya The Effective Executive (1967): “Plans are only good intentions unless they immediately degenerate into hard work.” Artinya, rencana tinggalah niat baik belaka jika tidak segera diterjemahkan ke dalam kerja keras yang konkret.
Perubahan pada susunan perangkat daerah sejatinya merupakan upaya adaptasi terhadap kebutuhan zaman. Tapi yang perlu dijaga adalah keseimbangan antara jumlah dan fungsi.
Kita tahu, terlalu banyak dapur tidak menjamin masakan lebih cepat matang. Kadang justru malah bikin kompor kehabisan gas. Maka yang dibutuhkan bukan semata jumlah, tapi efisiensi dan kejelasan tugas.
Steve Jobs, pendiri Apple, pernah berkata dalam wawancaranya bersama Fortune Magazine tahun 2008 : “It’s not about money. It’s about the people you have, how you’re led, and how much you get it”
Bagi Jobs, keberhasilan sebuah organisasi bukan ditentukan oleh anggaran, tapi oleh manusianya, mereka yang memegang arah, diberi ruang untuk berkembang, dan paham akan tujuan besar yang sedang dituju.
Artinya, struktur boleh berubah, tapi ruh pelayanan harus tetap hadir dari loket pelayanan KTP hingga strategi kebijakan publik.
Tanpa gaduh
Tentu kita semua senang, ketika sebuah keputusan disepakati tanpa gaduh, tanpa debat yang berlarut. Tapi setelah palu diketuk, pekerjaan sesungguhnya justru baru dimulai.
Sebagai masyarakat, kita pun berkewajiban ikut mengawal, bukan dalam arti mencurigai, tapi memastikan bahwa setiap niat baik benar-benar mengalir sampai ke sawah, ke pasar, ke sekolah, dan ke dapur rakyat kecil.
Nelson Mandela dalam bukunya yang legendaris Long Walk to Freedom (1994) menulis “A good head and a good heart are always a formidable combination”
Bagi Mandela, kepemimpinan bukan cuma soal otak encer, tapi juga soal hati yang hangat perpaduan yang bisa mengguncang dunia lebih hebat dari kebijakan kering tanpa empati.
Saran sederhana dan penuh harap, yakni publikasi progres RPJMD secara berkala, terbuka, dan mudah dipahami masyarakat, pastikan PT Muba Energi dikelola secara profesional dan transparan, bukan hanya jadi etalase dan perubahan struktur perangkat daerah harus berdampak pada kecepatan pelayanan, bukan menambah meja untuk keluhan.
Tiga Raperda ini ibarat tiga tiang utama untuk rumah besar bernama Musi Banyuasin, Semoga tiangnya kuat, fondasinya kokoh, dan atapnya cukup untuk menaungi semua harapan rakyat.
Mari kita jaga bersama, karena yang membangun Muba bukan hanya yang duduk di kursi rapat, tapi juga mereka yang berjalan di bawah terik matahari, memikul harapan satu keluarga, dan percaya bahwa pemerintahnya sedang bekerja sungguh-sungguh.
Semoga, dengan kepala yang cerdas dan hati yang tulus, sinergi antara DPRD dan pemerintah daerah Muba terus kokoh, karena cita-cita “Muba Maju Lebih Cepat” hanya bisa diraih bila langkah kaki rakyat dan pemimpin seirama.[***]