Tekno

OJEKMAT: Ojek Listrik Rasa Kampung, Tarikan Lembut, Emisi Nol, Tapi Bau Keringat Tetap Ori

ist

ADA-ada saja akal panjang Mang Mat, di saat dunia sibuk bikin kendaraan listrik berteknologi tinggi yang bisa parkir sendiri dan nyalain AC lewat HP, Mang Mat, warga RT 04 Dusun Cempedak Basah, justru menempuh jalan sunyi nan penuh kabel semrawut bikin OJEKMAT alias Ojek Mang Mat, kendaraan listrik rasa kampung, yang lebih mirip becak ditarik doa dan aki UPS bekas pos ronda.

Inspirasi datang waktu Mang Mat lagi ngisi galon di warung Mak Uteh, listrik padam, genset tetangga mogok, bensin mahal, dan sepeda motor anaknya kehabisan pulsa listrik, dalam keputusasaan itulah Mang Mat berujar “Kalau listrik makin mahal dan bensin makin langka, ya kita tinggal satu pilihan, tarik becak pakai dinamo kipas angin!”

Kalimat itu awalnya dianggap dagelan, tapi kata pepatah “Kadang ide besar lahir dari sandal jepit putus dan aki bekas yang kesetrum sedikit”

OJEKMAT dirakit dengan teknik coba-salah-lalu-tegur-listrik.,sasisnya bekas becak tahun 1993, dicat ulang pakai cat besi yang disponsori “Toko Bangunan Barokah Jaya (Bukan Anak Pak RT)”.

Untuk motor penggeraknya, Mang Mat pakai dinamo bekas kipas angin merek Topan Putar 5000, yang disambung ke aki bekas UPS kantor kecamatan.

Panel surya dipasang pakai mika kalender 2022, biar kalau kena sinar matahari bisa sedikit hangat, kalau gak bisa ngecas, minimal bisa bikin teh panas. Lalu audio sistemnya? Ada! Speaker bluetooth dari pasar loak, yang tiap kali dinyalain malah bunyi “Bluetooth mode, the device is ready to pair”, tapi suaranya kayak nyamuk pilek.

“Kalau Elon Musk bisa bikin Tesla, kenapa kita gak bisa bikin Teesla? T-E-E-S-L-A, ternyata emang -emak suka listrik angin”

Fitur Unggulan OJEKMAT:

  1. Mode Pelan dan Lebih Pelan:
    Dilengkapi tombol “Standard”, “Ngaso”, dan “Turun Aja Lah Jalan Kaki”.

  2. Lampu Darurat Pakai Senter Kepala:
    Canggih, bisa dicopot untuk mancing juga.

  3. Charging System:
    Numpang di rumah tetangga, bayar pakai pisang, singkong rebus, atau janji besok sore.

  4. Klakson Ramah Lingkungan:
    Suara “ting ting ting” dari bel sepeda SD, tapi manggil tukang sayur pun minggir.

  5. Kursi penumpang dilapisi kain spanduk bekas caleg gagal.
    “Duduklah di atas kegagalan orang, agar kau bisa melaju dengan tenang,” kata Mang Mat filosofis.

Reaksi warga, antara salut dan bingung… warga Dusun Cempedak awalnya mengira Mang Mat kerasukan Wi-Fi. Tapi setelah mereka coba naik, mereka mengaku terharu. Walau lambat, OJEKMAT membawa mereka ke pasar tanpa suara berisik knalpot dan tanpa bau solar di ketiak.

Mak Iyah, pelanggan tetap, bilang “Saya naik OJEKMAT tiap hari ke pengajian. Pelan, tapi hati saya tenang. Dan saya bisa ngaji sambil duduk karena becaknya anteng”

Pak RW malah usul agar OJEKMAT dijadikan moda transportasi resmi dusun, menggantikan motor plat merah yang sering mogok karena lupa dikasih bensin.

Kalau dipikir-pikir, inovasi sejati bukan soal aplikasi canggih, tapi soal menyelesaikan masalah dengan alat seadanya dan niat sepenuh dada. Di saat dunia sibuk mencari solusi transportasi ramah lingkungan lewat seminar dan power point, Mang Mat sudah lebih dulu menyambungkan kabel ke masa depan meski kadang kesetrum dikit.

Pepatah baru dari Mang Mat “Kalau jalan ke depan macet, mungkin karena kita belum coba jalur samping yang bisa ditarik becak listrik”

Ingatlah, masa depan tak harus selalu terbuat dari karbon fiber dan sensor digital, kadang masa depan cukup beroda tiga, ditenagai aki bekas, dan dikemudikan oleh lelaki bersarung yang hatinya besar, akalnya panjang, dan sabarnya tak terukur Mang Mat, inovator dari dusun yang patennya belum didaftarkan, tapi jasanya sudah menyentuh hati banyak orang.[***]

Catatan Redaksi: Di balik tawa dan kabel semrawut OJEKMAT, tersimpan pesan sederhana bahwa inovasi tak butuh modal besar, cukup niat besar dan aki bekas. Mang Mat mungkin tak viral, tapi dialah bukti bahwa masa depan bisa dirakit dari garasi kampung.

Terpopuler

To Top