Olahraga & Otomotif

Tendangan Bebas Indira, Tendangan Bebas dari Patriarki: Cerita Cewek Bandung Juara Piala Pertiwi & Asa di Tengah Lapangan”

SEBUAH lapangan bola bernama Supersoccer Arena, Kudus, Minggu sore itu, sejarah diam-diam sedang digiring masuk ke gawang masa depan. Skor 1-0 memang terdengar biasa. Tapi coba cek nama pencetak golnya Indira Fatima. Nomor 11, umur masih remaja, tapi keberanian dan akurasi tendangannya bisa bikin jantung komentator sport berhenti sepersekian detik.

Bayangin ya, tendangan bebas satu menit sebelum waktu normal selesai, dari luar kotak penalti, langsung nyantol kayak kenangan mantan. Lurus, jleb, dan gol! Itu bukan cuma gol buat Bandung. Itu kayak pengumuman keras pakai speaker masjid: bahwa cewek juga bisa bawa trofi pulang!

Turnamen HYDROPLUS Piala Pertiwi U14 & U16 2025 ini bukan cuma urusan siapa pulang bawa piala, tapi lebih dari itu. Ini adalah panggung buat para Srikandi remaja dari pelosok Indonesia unjuk gigi dan giginya bukan cuma gigi behel, tapi gigi mental juara!

Dari 16 tim All Stars, dari Papua sampai Sumut, dari Sabang sampai Stadion Supersoccer, semuanya punya cerita. Dan Bandung menutup cerita itu dengan gaya dramatis ala final Piala Dunia.

Kalau sepak bola cowok sering dibandingkan sama Brazil, maka sepak bola cewek Bandung ini bisa kita sandingkan sama Amerika Serikat, negara yang udah jadi mbahnya sepak bola perempuan dunia.

Di sana, Megan Rapinoe dan Alex Morgan disembah lebih dari sekadar selebgram. Di sini, semoga suatu hari nanti, Indira Fatima dan Elbian Defika Aryasatya juga bisa tampil di iklan sabun, promosi sepatu, atau minimal di undangan talk show, bukan cuma buat tanya skincare, tapi soal “Gimana rasanya bikin sejarah pas remaja?”

Mari kita ngaku selama ini sepak bola cewek sering dipinggirkan. Cuma rame pas SEA Games atau Asian Games, itu juga kalau menang. Sisanya? Sepi kayak grup WA alumni 2013. Nah, turnamen ini kayak nasi goreng level 10 buat semangat cewek main bola pedas, panas, dan penuh semangat!

Apalagi ini bukan cuma soal tim juara. Kita punya juga Top Scorer, Fadilla dari All Stars Sumut (10 gol, buset dah Mbak!). Best Player, Debby Alvani Zanaya dari All Stars Tangerang dan Best Goalkeeper, Elbian Defika Aryasatya dari All Stars Bandung.

Artinya, semua lini punya perempuan tangguh. Dari depan ke belakang, dari pencetak gol sampai penjaga gawang. Lengkap kayak mie ayam pakai ceker dan pangsit.

Kalau sepak bola cewek ini adalah tanaman, maka Piala Pertiwi adalah pupuknya. Dikasih air kompetisi, disinari matahari sportivitas, dan ditanam di tanah bernama kesempatan. Hasilnya? Tumbuh subur, berbuah prestasi, dan siap panen di level nasional bahkan internasional.

Jangan salah, pemain perempuan kita ini bukan daun salam di rendang kelihatan doang tapi nggak dimakan. Mereka ini bumbu utama. Tanpa mereka, rasa perjuangan tak lengkap!

Kepada seluruh perempuan muda yang punya mimpi, entah itu jadi atlet, penulis, pilot, atau peternak bebek Jangan takut nendang bola karena takut kotor. Jangan takut ngejar impian karena takut kalah. Cewek yang hebat bukan yang licin tanpa luka, tapi yang berdiri tegak meski lutut kotor lumpur perjuangan!

Kata Abby Wambach, legenda sepak bola Amerika “Jangan minta izin buat jadi hebat. Ambil ruangmu. Tunjukkan skillmu. Dunia harus terima kamu bukan karena kasihan, tapi karena kamu layak diakui!”

Kalau hari ini Indira Fatima bisa nendang bola dan menendang patriarki sekaligus, maka besok-besok bukan nggak mungkin dia jadi bintang di Liga Perempuan Asia atau bahkan Piala Dunia Wanita.

Turnamen ini bukan hanya soal skor dan piala. Ini soal api kecil yang menyala di dada para gadis remaja, yang suatu saat bisa jadi kobaran semangat nasional.

Dan buat kita yang baca ini sambil nyemil keripik di depan layar tugas kita satu jangan padamkan semangat mereka. Dukung, sebarkan, dan kasih panggung. Karena gawang masa depan, hanya bisa ditembus oleh mereka yang mau menendang harapan dengan kaki keberanian.[***]

Terpopuler

To Top