Hukum

Pasar Cinde & Harga yang Harus Dibayar

ist

MATAHARI bersinar sedikit malu-malu di langit Jakabaring, tapi di halaman Kejati Sumsel, panasnya bukan main. Bukan karena cuaca, tapi karena hadirnya tamu istimewa Harnojoyo, mantan Wali Kota Palembang, yang sejak pagi digodok dalam pemeriksaan. Bukan digodok buat jadi pejabat lagi, tapi buat ditentukan jadi saksi atau naik kasta jadi tersangka.

Ternyata, naik kasta juga bisa bikin merinding, setelah delapan jam diperiksa, Harnojoyo keluar dari gedung Kejati Sumsel sudah bukan lagi ‘bapak mantan wali kota’, tapi jadi ‘tersangka kelima’ dalam kasus korupsi proyek infrastruktur senin kemarin.

Harnojoyo, mantan Wali Kota Palembang yang dulunya identik dengan program taman bunga dan got bersih, kini muncul di media pakai rompi merah. Bukan buat kerja bakti, tapi buat diborgol dan diangkut ke Rutan Pakjo.

Kalau dulu ia jalan-jalan meninjau pembangunan, sekarang ia ditinjau tim penyidik sambil dibacakan status hukum. Dari saksi jadi tersangka. Dari pemimpin jadi penghuni tahanan. Dunia memang berputar, Bung. Tapi kali ini bukan putaran ekonomi, melainkan putaran nasib.

Delapan jam diperiksa. Waktu yang cukup buat orang normal merenung, dari A sampai Z. Tapi sepertinya penyidik tak butuh lama untuk mengambil keputusan “Pak Harno, kami punya cukup bukti. Selamat, anda naik level”.

Begitu keluar dari Kejati Sumsel, ia sudah berubah tampilan rompi merah terang benderang, lengkap dengan borgol yang tak bisa dilepas pakai KTP atau surat tugas. Tampilannya persis seperti bintang tamu acara reality show bertema “Jejak Korupsi”.

Kalau dulunya beliau pakai pin lambang kota, sekarang diganti borgol stainless. Dan kendaraan dinas pun berubah dari Toyota Camry jadi mobil tahanan. Ini bukan downgrade, ini panggilan hukum.

Semua bermula dari proyek infrastruktur. Namanya saja sudah mulia membangun. Tapi rupanya, niat membangun hanya sampai di spanduk. Selebihnya adalah bagi-bagi. Bukan bagi sembako, tapi bagi keuntungan proyek.

Ada indikasi mark-up, kalau duit segitu dikumpulkan jadi nasi bungkus, bisa bagi satu kota plus bonus kerupuk. Tapi, nyatanya bukan rakyat yang kenyang, malah ada pihak-pihak yang makin gendut dompetnya.

Empat nama sebelumnya sudah duluan masuk bilik pemeriksaan, sebelumnya telah lebih dulu ditetapkan, yaitu Alex Noerdin (Mantan Gubernur Sumsel), Raimar Yousnaldi (Kepala Cabang PT Magna Beatum), Edi Hermanto (Ketua Panitia Pengadaan Mitra BGS), Aldrin Tando (Direktur PT Magna Beatum).

Harnojoyo jadi tersangka kelima. Entah siapa keenam, ketujuh, dan seterusnya.

Masyarakat Palembang, terutama yang mengenal Harnojoyo dari era kampanyenya dulu, merasa seperti ditinggal mantan yang dulu manis tapi ternyata tukang PHP juga. “Pak Harno itu orang baik,” kata seorang ibu yang dulu pernah foto bareng saat penanaman pohon.

Tapi seperti kata pepatah kampung “Orang baik belum tentu tidak tergoda, apalagi kalau di hadapannya ada amplop dan celengan proyek”.

Rakyat sebenarnya tak minta banyak. Jalan bagus, sekolah berfungsi, drainase tidak berubah jadi danau dadakan. Tapi kalau anggaran proyek malah bocor ke tempat yang tak semestinya, maka rakyat hanya kebagian ban bocor dan jalan berlubang.

Pepatah bilang Kalau boleh, kita buat pepatah baru “Pejabat itu seperti jalan aspal, kalau gak dijaga dan diawasi, cepat rusak dan bikin orang celaka”.

“Hari ini saya ditetapkan sebagai tersangka, sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam pembangunan Pasar Cinde. Saya memohon maaf kepada masyarakat Palembang,” ujar Harnojoyo.

Harnojoyo kini resmi masuk klub elite bukan klub golf, tapi klub eks pejabat tersangka.

Kita berharap ini bukan akhir, tapi awal dari penyadaran sistemik. Semoga ke depan, proyek bukan hanya jadi ladang, tapi ladang amal.

Karena membangun kota tidak cukup dengan semen dan aspal. Ia butuh fondasi kejujuran. Dan kalau fondasi itu keropos, jangan salahkan rakyat kalau mereka kehilangan kepercayaan.

Semoga rompi merah ini bukan tren musim panas berikutnya. Dan semoga pejabat lain ingat lebih baik membangun jalan yang benar, daripada membangun alibi yang akhirnya roboh di depan meja hakim.[***]

Terpopuler

To Top