Sumselterkini.co.id, – Di zaman serba digital ini, informasi menyebar lebih cepat dari ayam tetangga bertelur. Baru juga kucing garuk tembok, sudah ada yang ngaku-ngaku tahu isi perut pemerintah. Salah satu isu terbaru yang beredar kayak gorengan sore hari adalah “Katanya Rumah Aspirasi cuma buka sampai 27 Juni.”
Waduh, ini sih bukan lagi salah paham, tapi sudah masuk ke ranah ngarang tingkat dewa. Untung Kepala Dinas Kominfo Palembang, Pak Adi Zahri, langsung turun tangan. Bareng Asisten I Pak M Ichsanul Akmal, beliau meninjau langsung Rumah Aspirasi dan menyatakan dengan tegas, lantang, dan tidak goyah meski diterpa angin kabar burung Program Rumah Aspirasi tetap lanjut, jalan terus, gak pake rem tangan!.
Bayangkan, program ini ibarat warung kopi gratis buat rakyat, tempat ngeluh boleh, tempat usul juga boleh, bahkan mau curhat masalah gorong-gorong mampet pun bisa. Dalam sehari bisa sampai 200 orang datang. Itu artinya warga Palembang bukan cuma butuh jalan mulus, tapi juga butuh ruang buat bicara. Dan Rumah Aspirasi adalah jawabannya. Rumah Aspirasi itu seperti tempat tambal ban di pinggir jalan mungkin kecil, tapi menyelamatkan banyak perjalanan hidup.
Jadi kalau ada yang bilang bakal ditutup, bisa dipastikan itu bukan kabar dari langit, tapi dari “planet sebelah”. Pemerintah Kota Palembang, lewat program ini, justru sedang membangun jembatan komunikasi langsung antara rakyat dan pemimpin. Tidak perlu lagi pakai kode-kode kayak gebetan pemalu, tinggal datang dan bicara. Mau usul soal lampu jalan? Bisa. Mau komplain soal air mampet? Monggo. Mau ngasih ide kreatif? Silakan.
Yang lebih menggembirakan, semua layanan di sini gratis!. Iya, g-r-a-t-i-s. Jadi kalau masih ada yang males datang cuma karena bisikan hoaks, itu ibarat menolak durian gratis karena katanya ada ularnya padahal belum dibuka!
Memang benar kata orang tua zaman dulu “Air yang keruh jangan langsung diminum, dicek dulu sumbernya”. Begitu juga informasi, jangan asal telan kabar burung dari grup WA keluarga yang isinya lebih banyak forward-an daripada sayur sop di kantin.
Masyarakat harus cerdas, kritis, tapi juga optimis, rumah Aspirasi bukan cuma bangunan, tapi semangat. Semangat mendengar, semangat melayani, dan semangat memperbaiki. Jangan biarkan kabar miring merusak niat baik.Toh, bukankah pepatah juga bilang “Kalau ada tempat curhat gratis dan langsung didengar pemerintah, kenapa harus percaya hoaks dari tetangga yang bahkan belum mandi?”.
Kalau mau bicara soal pelayanan publik, kita mesti jujur mengakui program Rumah Aspirasi Pemerintah Kota Palembang ini adalah satu dari sedikit ruang yang betul-betul membuka telinga dan hati untuk rakyat. Ini bukan sekadar program tempelan buat gaya-gayaan atau basa-basi politis, tapi benar-benar jadi “kompor semangat” yang menghangatkan hubungan warga dengan pemerintah.
Coba pikir di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota, saat masyarakat sering merasa “didekatkan hanya saat pilkada, lalu dilupakan saat sudah berkuasa”, Rumah Aspirasi muncul sebagai oase. Sebagai tempat berteduhnya keluh kesah yang sering kali tak punya tempat. Dan yang paling penting, warga dilayani tanpa bayar, tanpa perlu sewa mikrofon, dan tanpa perlu pakai dasi. Cukup datang, cerita, dan langsung ditindaklanjuti. Ini seperti warung kopi rakyat versi resmi yang dengar bukan cuma tetangga, tapi pejabat.
Nah, ketika muncul isu bahwa layanan ini akan berhenti tanggal 27 Juni, itu ibarat ada yang nyebarin kabar “matahari nggak akan terbit besok” bikin heboh, tapi jelas-jelas ngawur. Dan seperti kata pepatah modern “Kalau hoaks datang mengetuk, jangan langsung dibukakan pintu. Siapa tahu itu utusan dari grup WA sebelah”.
Masyarakat Palembang harus makin cerdas, jangan mau jadi bola pingpong yang dipukul sana-sini oleh informasi liar. Apalagi saat sudah ada jalur resmi untuk menyampaikan semua keresahan, jangan malah beralih ke jalur gosip dan kabar burung. Itu seperti punya mobil tapi malah nebeng becak tetangga buat ke pasar.
Dan kepada semua penyebar hoaks, cukuplah jadi penyebar bibit cabai atau bibit kelor. Jangan ikut-ikutan menyebar kabar palsu yang bikin gaduh suasana. Karena kalau terus-menerus begitu, lama-lama Anda bukan cuma bikin repot warga, tapi juga bikin panas hati yang sedang mencoba percaya.
Rumah Aspirasi ini ibarat sumur umum di tengah kampung siapa saja boleh datang, bawa wadah masing-masing, dan pulang dengan harapan baru. Maka, kalau ada yang mau meracuni airnya dengan hoaks, jangan dibiarkan. Ajak diskusi, ajak datang langsung, suruh lihat sendiri. Biar tahu bahwa yang katanya ditutup itu ternyata tetap buka, tetap melayani, dan tetap semangat.
Seperti kata pepatah lama yang sudah dimodifikasi sesuai zaman “Daripada menyebar isu yang tak berdasar, lebih baik menyebar senyum dan aspirasi yang bisa didengar”. [***]