BANGSA Indonesia akan kembali memperingati momentum bersejarah perjalanan bangsa, yakni Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2018. Sumpah Pemuda yang lahir sebagai rumusan Kongres Pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928, menjadi titik pijak formulasi kepemimpinan pemuda pada masa perjuangan.
Soegondo, Muhammad Yamin dan Mr.Sunario menjadi pencetus ide dasar Sumpah Pemuda, ke tiga tokoh itu kemudian tercatat dalam tinta emas kepemimpinan Nasional pada 20-30 tahun setelahnya.Kehadiran anak muda sebenarnya selalu membawa harapan baru bagi penyegaran dan terwujudnya perbaikan kualitas politik dan progresifitas ekonomi. Oleh sebab itu, anak muda agar tidak diposisikan menjadi pelengkap dan dimanipulasi oleh kepentingan-kepentingan status quo para politisi tua.
Diminta atau tidak diminta, belajar dari sejarah, sebagai sebuah kekuatan politik yang nyata, anak muda sebenarnya akan selalu terlibat dan berpartisipasi. Bahkan, jika perlu mengoreksi, dalam situasi-situasi politik yang krusial bagi bangsa.
Apalagi secara demografi, jumlah anak muda di Indonesia saat ini cukup besar. Menurut data BPS pada 2017, sebesar 40 % pemilih pada Pemilu 2019 diperkirakan berasal dari kategori pemilih muda.
Besarnya jumlah anak muda ini membawa harapan semakin baik dan responsifnya kualitas tata kelola pemerintahan dan kesejahteraan sosial ekonomi Indonesia.
Untuk itu, diharapkan komposisi kepemimpinan politik juga tidak hanya mengakomodasi secara simbolik aspirasi dan semangat anak muda. Namun juga mampu memastikan kehadiran nyata para pemimpin-pemimpin muda dari berbagai lini untuk ikut terlibat dalam jalannya pemerintahan.
Dengan munculnya ledakan wirausaha muda, komunitas kreatif, kepala daerah dan politisi muda, para pemimpin yang nantinya bertarung dalam Pilpres 2019 ditantang untuk berkomitmen memperbesar kuota kehadiran anak muda di dalam kabinet pemerintahannya.
Setidaknya, 50 % anak muda, kisaran usia 25-45, dapat ditunjuk untuk menduduki berbagai pos-pos pemerintahan. Di saat kejenuhan dan kepercayaan publik yang merosot terhadap kinerja partai politik dan manuver serta dominasi para aktor-aktor politisi tua yang terus ingin bercokol mempertahankan posisi tanpa meninggalkan prestasi.
Menurut saya, perubahan dan perbaikan politik Indonesia harus diawali dengan keberanian para pemimpin politiknya untuk memilih dan memberikan kepercayaan bagi anak muda untuk terlibat dalam pemerintahan dan terdepan ikut membangun Indonesia. Harapan, optimisme dan kepercayaan baru dari publik terhadap politik Indonesia akan
terwujud seiring dengan komitmen elite-elite politik ini terhadap regenerasi kepemimpinan yang konkret, konsisten dan terlembagakan secara baik.[**]
Penulis : Budina Sofiyan
Wakil Sekretaris DPC Demokrat
Kabupaten Muba