PADA acara Ngobrol Receh Berfaedah (ngoce) Genpi Sumsel yang digelar di Aula Rapat Gedung Telkomsel, Jalan Veteran Palembang Kota, Palembang Sumatera Selatan belum lama ini membahas Peran Media Sosial untuk Pariwisata.
Ngoce dihadiri juga Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Aufa Syahrizal, SP, M.Sc, Sumarni Bayu Anita. S.sos. MA Ketua Genpi Sumsel dan Sisilia Sahara, serta diikuti puluhan mahasiswa Stisipol Candradimuka Palembang.
Mahasiwa untuk menyimak dan mendengarkan tema tersebut sangat antusias, terlebih banyak usulan, dan saran dari para peserta Ngoce.
Sepertinya harus ada galery foto maupun pameran lukisan wisata-wisata daerah se-Sumsel, dan adanya pasar kuliner khas Sumsel di Kota Palembang, sehingga dapat menjadi daya tarik wisatawan asing maupun lokal untuk sengaja melancong ke obyek wisata tersebut.
Sayangnya dari sekian banyak pembahasan tentang pariwisata yang ada di acara Ngoceh tersebut tidak ada satupun yang menyinggung soal pembenahan Benteng Kuto Besar (BKB).
Seharusnya sebelum membahas objek wisata dibelahan daerah Sumsel pemerintah terlebih dahulu benahi ojek wisata Sumsel yang ada, yaitu BKB.
Selain berada di Pusat Kota BKB ini, dengan sendirinya sudah menjadi tujuan wisata alami para wisatawan luar dan dalam Sumsel yang kebetulan melintas atau pun sengaja melancong untuk menikmati ke Indahan Sungai Musi, serta indahnya manara jembatan Ampera. Jika ini dikelola dan tertata rapi kawasan tersebut bisa mengalahkan kesohoran Wisata Putrajaya milik Negeri Jiran, Malaysia.
Sebenarnya BKB bisa dikatakan salah satu iconnya Palembang, bahkan potensi wisata BKB tidak kalah hebat dibandingkan Putra Jaya Negri Malaysia.Namun BKB belum bisa mendatangkan ribuan pelancong luar negeri seperti Putra Jaya Negri.
Saya pun yang pernah menginjak kaki di Taman Putra Jaya Negri beberapa pekan lalu, sempat membayangkan, jika BKB bisa membius para pelancong luar negeri, dalam setiap harinya. Tentu Palembang kian dikenal bak seperti Taman Putra Jaya.
Sebagai Icon, seharusnya yang pertama kali harus dibenahi pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Palembang dan Prov. Sumsel yakni BKB.
Misalnya dengan penertiban parkir, menjaga kebersihan sampai dengan penertiban pedagang kaki lima sehingga tidak terkesan semerautan di sekitar Jembatan Ampera, setidaknya parkir di tempatkan khusus.
Di Putra Jaya parkir sangat diperhatikan sedemikian rupa, bahkan lokasi sangat ASRI, nyaman bagi pengunjung baik, yang mau santai ataupun hanya sekedar untuk berfoto selfi di obyek tersebut.
Menurut saya, keistimewaan Taman Putrajaya Negri Malaysia hanya terletak dari kerapian para pedagang dan kebersihan, kalau dibandingkan dari objek wisata semuanya di miliki oleh BKB Palembang. Contoh persamaan objek wisata Putra Jaya Negri Malaysia dengan Benteng Kuto Besar Palembang :
Pertama, salah satu icon Ojek Wisata Putrajaya Malaysia karena ada guba biru milik Istana Perdana Menteri Malaysia, namun tidak kalah menarik di BKB, juga memiliki Musium bersejarah Sultan Mahmud Badaruddin II.
Kedua, Taman Putra Jaya Malaysia ada Jembatan Putra Jaya, BKB juga ada Jembatan Ampera yang selain unik juga sarat dengan sejarah.
Ketiga, Taman Putra Jaya Malaysia ada Masjid Pink, tidak tanggung-tanggung BKB ada juga Masjid Agung, tugu perjuangan serta Bundaran Air Mancur.
Ke empat, justru keistimewaan BKB dibanding Taman Putra Jaya, di BKB ada kuliner terapung yang menjadi ciri khas BKB, sehingga menarik para wisatawan luar negri maupun dalam negeri berlomba-lomba untuk berkunjung kesana sedangkan di taman Putrajaya Malaysia tidak memiliki itu.
Jadi untuk menjadikan BKB menjadi tempat kreasi seperti Taman Putra Jaya, pemerintah terlebih dahulu harus benahi para pedagang yang semeraut dan parkir yang lalu lalang, jika semua itu tidak di olah dan ditertipkan, maka BKB selamanya akan jalan ditempat dan, akan menjadi cerita legendaris Pariwisata Sumsel yang terpendam.
Jadi apa yang di miliki Putra Jaya sama persis dengan apa yang kita miliki yakni BKB. Yang menjadi pertanyaan,kenapa BKB yang memiliki fasilitas dan objek wisata lebih dari pada apa yang dimiliki Putra Jaya, kok, tak bisa menyangingi icon dan daya tarik wisatawan seperti putra jaya? Jawabnya satu menurut saya, yakni kerapian pedagang dan kebersihan serta parkir yang harus di realokasikan.
Palembang atau Sumsel juara umum pariwisata dan budaya, jika kita ingin tetap mempertahankan juara umum pariwisata tersebut, maka pemerintah harus peka terhadap kebersihan dan kerapian objek- objek wisata yang ada, sebab media sosial saat ini memiliki pengaruh besar terhadap kualitas Objek wisata itu sendiri.
Jika tempatnya jorok, pedagang kaki lima dimana-mana, parkir kendaraan sana sini bagai mana para pengunjung mau selfi dan mempromosikan objek wisata itu sendiri yang ada malahan menjadi bahan olok-olokan di Facebook, Instagram dan lain-lain.
Hal ini sepele, namun bisa mematikan citra objek wisata itu sendiri dengan adanya olokan tersebut wisatawan jadi malas untuk datang berkunjung.
Asian Games maupun Sea Games seharusnya menjadi momen mempromosikan BKB dimata pelancong asing, sehingga mereka dapat memiliki kesan untuk sewaktu-waktu melancong lagi ke Bumi Sriwijaya atau Palembang menjadi tujuan utama untuk berwisata [maaf sekedar masukan].[**]
Penulis : Armadi
Jurnalis Sumselterkini.co.id