SUMSELGLOBAL

“Kebaya Bukan Sekadar Kain: Bisa Jadi Jubah Superhero Kalau yang Pakai Perempuan Hebat!”

ist

MINGGU pagi akhir pekan lalu di halaman Kantor Gubernur Sumsel bukan lagi sekadar tempat orang ngurus surat dinas atau numpang selfie di patung kuda.

Kali ini, suasananya berubah total lebih ramai dari diskonan toko online tanggal kembar! Ratusan perempuan anggun berkebaya tumplek blek di sana, bukan mau demo, bukan juga mau sunatan massal, tapi parade kebaya demi memperingati Hari Kebaya Nasional.

Iya, parade! Tapi jangan bayangkan parade ala marching band SMA yang kipasnya lebih heboh dari isinya. Ini beda. Parade kali ini kaya etalase berjalan dari sejarah, keanggunan, dan harapan budaya yang nyaris punah karena terlalu sering kalah pamor sama hoodie Korea dan baju sablon Distro bertulisan “Bad Boy”.

Acara ini digelar Pemprov Sumsel bareng Perempuan Indonesia Maju (PIM) Sumsel, dan diikuti oleh organisasi perempuan serta OPD. Dari Palembang, misalnya, mereka kirim 25 perempuan cantik nan mantap untuk ikut ngibarin bendera kebaya. Ketua Dharma Wanita Kota Palembang, Ibu Ida Rodhiyani, bahkan bilang:

“Kebaya itu bukan cuma busana. Itu lambang keanggunan, kekuatan, dan harga diri perempuan Indonesia. Jangan sampai kalah sama tren celana robek-robek yang katanya edgy, tapi bikin orang tua jantungan”

Betul, Bu! Kebaya itu seperti martabak dari luar manis, dalamnya mantap, dan bisa beda-beda isinya ada yang Jawa klasik, ada yang Sumatera glam, ada juga kebaya kontemporer yang sudah dikombinasi sama kain batik nyeleneh. Tapi tetap, semua punya satu benang merah menghargai leluhur dan memancarkan aura perempuan sejati.

Hari Kebaya Nasional ini bukan sekadar bikinan medsos atau hasil vote polling online. Ini resmi! Ditandai dengan Keputusan Presiden No. 19 Tahun 2023. Tanggal 24 Juli dipilih karena dulu, tahun 1964, Kongres Perempuan Indonesia ke-10 digelar dan semua peserta pakai kebaya. Bahkan Bung Karno ikut datang, bukan buat nyanyi, tapi memberi restu.

Tak sampai di situ, kebaya juga sudah go international! Per 4 Desember 2024, UNESCO resmi mengakui kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Artinya, dunia mengaku kebaya itu warisan keren, bukan cuma baju hajatan.

Kata Panji Cahyanto, Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, parade ini bukan cuma buat gaya-gayaan. Ini simbol bahwa perempuan Indonesia tetap kuat menjaga budaya seperti superhero, tapi tanpa perlu jubah. Cukup kebaya dan tekad baja.

Strategi kreatif

Nah, ini tantangannya. Kalau dibiarkan, kebaya bisa kalah pamor sama crop top dan jaket bolong. Maka perlu strategi kreatif! Bayangin aja, gimana kalau ada konten TikTok yang bukan challenge joget, tapi challenge “Mix & Match Kebaya Anti Nenek-Nenek Club”? Atau film drama remaja berjudul “Kebaya di Hatiku, Kamu di Bajuku”?

Jangan malu pakai kebaya! Kata pepatah, “Di mana bumi dipijak, di situ kebaya dijunjung.” Eh… itu hasil gubahan, tapi cocok, kan?

Kebaya bisa dimodif, dibikin casual, dibikin hype. Bahkan bisa jadi ikon gaya baru kalau digarap dengan sentuhan kreatif. Kalau sneakers bisa dipakai sama dasi, kenapa kebaya enggak bisa dipakai naik ojol?

Pemerintah harus lebih gencar mendekati anak muda. Ajak desainer muda bikin lomba kebaya modern. Masukkan unsur digital, bikin filter Instagram “Kebaya Mode On”.

Sekolah-sekolah juga bisa bikin hari kebaya tiap bulan, biar siswa tahu bahwa warisan budaya itu bukan sekadar pelajaran di buku sejarah, tapi bisa hidup di keseharian mereka.

Kita juga bisa bikin kebaya masuk dunia gim tokoh RPG lokal bisa punya skin kebaya. Biar pas main, anak-anak tahu “Wah, tokohku keren pakai kebaya!”. Daripada cuma naksir ninja Jepang terus.

Kebaya mengajarkan kita satu hal keindahan tidak harus mengundang sorotan, tapi cukup dengan keanggunan dan sikap. Di tengah gempuran tren cepat dan budaya asing yang masuk tiap detik, kebaya adalah simbol bahwa kita masih punya akar.

Kalau bangsa lain bangga pakai kimono, sari, atau hanbok… kita juga punya kebaya yang enggak kalah memesona. Tugas kita sekarang bukan cuma memakainya di acara formal, tapi mempopulerkannya dengan cara-cara kekinian tanpa kehilangan nilai leluhur.

Jadi, yuk kita rawat kebaya seperti kita rawat kenangan indah zaman kecil. Jangan sampai suatu hari nanti, anak cucu kita cuma tahu kebaya dari Google Images, lalu berkata, “Ih, lucu bajunya. Dulu nenek cosplay, ya?”

Hati-hati! Bisa-bisa nenek kita jungkir balik di alam baka gara-gara cucunya lebih bangga pakai baju karakter anime daripada kebaya. Ingat! kebaya itu bukan kostum lawas. Tapi lambang jiwa yang tak lekang oleh waktu.
Yang pakai kebaya hari ini, sedang menjahit sejarah untuk besok.[***]


“Kebaya’s Not Just Fabric – It’s Basically a Superhero Cape for Indonesian Women!”

SUNDAY morning, July 20th, 2025  the Governor’s Office courtyard in South Sumatra looked less like a bureaucratic building and more like a fashion runway blessed by ancestors.
No, this wasn’t a cultural cosplay convention. It was the Kebaya Parade, held in celebration of National Kebaya Day. And it wasn’t just for show  it was a cultural mic drop with ruffles, embroidery, and poise.

Organized by the South Sumatra Provincial Government together with Perempuan Indonesia Maju (PIM) Sumsel, the event brought together women’s organizations and local government units in full force. Palembang alone sent 25 delegates not to protest, not to sell snacks, but to slay respectfully in their kebaya.

To some, kebaya might seem like your grandma’s go-to outfit for weddings and church. But to those in the know, it’s a symbol of grace, resilience, and ancestral elegance. A kebaya isn’t just worn  it’s inhabited. You don’t just put it on you step into the legacy of women who juggled diplomacy, family, and sambal recipes all while looking flawless.

As Ida Rodhiyani, Chairwoman of Palembang’s Dharma Wanita Persatuan, put it “Kebaya is the symbol of Indonesian women’s elegance. This event is crucial in keeping kebaya alive   especially among the younger generation who might think ‘kebaya’ is the name of a K-pop member”.

Why is July 24th Kebaya Day? Because back in 1964, at the 10th Indonesian Women’s Congress, President Soekarno showed up and every single delegate wore kebaya  not just as uniform, but as armor of identity.

And in December 2024, kebaya officially got its global spotlight UNESCO declared it an Intangible Cultural Heritage.
Boom. Indonesia wins again, without even needing a football match.

But with global recognition comes great responsibility we can’t let kebaya become just a museum display or a wedding photo prop. Kebaya deserves a comeback, not just a curtain call.

Let’s be honest: we’re up against crop tops, ripped jeans, and oversized hoodies that scream “I woke up like this… and never changed.” Meanwhile, kebaya demands commitment  from the ironing board to the final pose.

So how do we keep it alive?

Simple Make it viral. Make it modern. Make it mean something.

Imagine a TikTok trend
#KebayaGlowUpChallenge — “From Pajamas to Princess.”
Or a rom-com series called “Kebaya & Heartbreak: A Love Sewn in Batik.”

Let’s not wait until our children’s wedding to wear kebaya. Try wearing it to class. To brunch. Even to the local grocery store. Walk into Indomaret with a kebaya on, and you’re not shopping  you’re making a statement.

Local governments could spice things up too:

  • Launch kebaya design competitions for youth.

  • Collaborate with local fashion designers to reimagine kebaya for daily wear.

  • Make “Casual Kebaya Friday” a thing — because if Silicon Valley has hoodie culture, why can’t we have kebaya culture?

Kebaya teaches us this You don’t have to shout to be heard. You don’t have to expose to express. You don’t have to blend in to belong.

A kebaya is not just fabric — it’s a story. A stance. A stitched manifesto.
When a woman wears kebaya, she’s not just dressing up — she’s carrying history, with a side of hope and a sprinkle of pride.

Let’s not let kebaya become another forgotten filter on our heritage camera roll. Wear it. Celebrate it. Innovate it.
Because a nation that wears its culture proudly is a nation that walks forward with style and soul.

If grandma could see you wearing kebaya while scrolling TikTok, she’d double-tap from heaven.
But if she sees you forgetting kebaya entirely? Well… don’t be surprised if she haunts you via your phone’s screen saver.

So, young folks, hear this:

Kebaya is not a relic. It’s a revolution in silk and lace.
And you? You could be the next cultural superhero.
All you need is the right outfit — and guess what? It’s already hanging in your closet.[***]

Terpopuler

To Top