KALAU kamu pikir dipantau 24 jam itu cuma buat yang nonton drama Korea atau selebgram lagi live, eh, ternyata Bupati Musi Banyuasin (Muba) H M Toha SH juga kena spotlight nonstop, lho! Tapi bedanya, ini bukan buat gaya-gayaan, melainkan supaya pemerintahannya nggak molor kayak sinetron yang gak kelar-kelar. Dengan 24 program yang sudah disusun, Bupati Toha dan Wakilnya Kiyai Rohman siap ngotot bawa perubahan dan bukan sekadar janji manis yang cuma bikin kamu ngiler tapi enggak kenyang.
Mari kita kulik kenapa ‘24 dipantau, 24 program disusun’ ini jadi mantra penting buat Muba. Sekilas ini seperti rumus matematika atau kode rahasia agen rahasia, tapi sebenarnya ini adalah resep sederhana agar pemerintahan nggak kendor dan masyarakat makin percaya.
Bayangkan kamu jadi pegawai negeri di Muba, tiap gerak-gerik kerja dilihat seperti kamera CCTV. Kalau ngantuk atau main hape, siap-siap dikasih “red card” sama bupati. Jadi, bupati ini ibarat wasit pertandingan sepak bola yang super galak dan nggak kasih toleransi offside sedikit pun.
Di dunia sepak bola, wasit galak bikin permainan jadi adil, tapi kalau bupati galak? Ya, masyarakat yang diuntungkan, karena pelayanan publik jadi juara.
Seperti kata John C. Maxwell, ahli kepemimpinan asal Amerika Serikat, “Leadership is not about titles, positions or flowcharts. It is about one life influencing another”. (Leadership Gold, 2007)
“Kepemimpinan bukan soal gelar, jabatan, atau bagan organisasi. Kepemimpinan adalah tentang satu kehidupan yang memengaruhi kehidupan yang lain”.
Posisi bukanlah segalanya, tapi pengaruh nyata lewat kerja keras dan disiplin itulah yang menentukan keberhasilan.
Bupati Toha bilang, “Kita dipantau 24 jam,” artinya nggak ada waktu buat tidur siang atau santai-santai. Ini semacam pepatah Cina yang bilang, “Kerja keras tidak akan mengkhianati hasil.” Kalau kamu kerja, rakyat lihat, kalau kamu santai, rakyat pun ikut pusing. Intinya, pengawasan ketat ini untuk memastikan pelayanan publik tidak jalan di tempat seperti kereta api tua yang butuh ganti rel.
Kalau kamu ke restoran, pasti bingung mau pilih menu yang mana, kan? Nah, 24 program yang disusun ini seperti menu lengkap untuk “hidangan” pembangunan Muba. Dari pelayanan kesehatan sampai perbaikan infrastruktur, semuanya ada. Tapi, jangan sampai kayak restoran yang punya banyak menu tapi masakannya hambar, ya! Bupati Toha dan Kiyai Rohman janji masakannya maknyus, dengan bumbu kesungguhan dan rempah kebersamaan.
Kuncinya ada di satu komando, ini bukan cuma jargon buat bikin rame rapat doang, tapi bener-bener nyambung kayak lagu dangdut yang bikin kamu pengen joget bareng. Kalau gak kompak, ibarat orkestra tanpa konduktor setiap alat musik main sendiri-sendiri, bikin telinga sakit dan pendengar kabur.
Kata Benjamin Franklin, “If everyone is moving forward together, then success takes care of itself.” (Poor Richard’s Almanack, 1736-1758). “Kalau semua orang bergerak maju bersama-sama, maka kesuksesan akan mengikuti dengan sendirinya”. Makanya satu komando dan kekompakan ini jadi kunci supaya Muba maju tanpa hambatan.
Muba itu kaya, lho, dari migas sampai perkebunan. Tapi kaya itu ibarat punya peternakan sapi perah, kalau sapi-nya dimanja tapi susunya cuma dikasih tikus, siapa yang untung? Bupati Toha sadar bahwa tanpa hati yang tulus, semua potensi ini cuma jadi cerita hampa.
Jadi, keberhasilan Muba tidak hanya soal uang dan proyek, tapi soal integritas yang bikin masyarakat percaya dan bangga. Ini juga membangun budaya kerja yang gak cuma asal lewat, tapi benar-benar menorehkan perubahan nyata.
Kalau kamu ingat pepatah lama, “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,” maka ini jadi senjata ampuh Bupati Toha. Dalam dunia pemerintahan yang penuh tantangan, semua harus berjalan seperti roda gigi yang saling terkunci kalau satu macet, semua ikut rem mendadak.
Bupati bilang, “Kalau kita tidak kompak, sulit mengambil kebijakan.” Kebijakan yang tanpa dukungan penuh sama saja seperti motor yang bensinnya habis mau ngebut juga gak bakal jalan. Maka, satu komando ini bukan hanya soal disiplin, tapi soal visi bersama membawa Muba jadi lebih maju dan sejahtera.
Tahun 2025 ini bukan tahun biasa buat Muba. Ada HUT ke-80 Kemerdekaan RI, HUT Kabupaten, Porprov, dan Peparprov Sumsel. Ini momen-momen istimewa yang bisa jadi ajang unjuk gigi. Bayangkan kalau acara ini berjalan sukses, masyarakat Muba gak cuma bangga tapi juga mendapat energi baru untuk terus maju.
Penyerapan
Kepala Bappeda Muba, Mursalin SE MM, lapor bahwa realisasi APBD sudah 50,35 persen. Kalau ini diibaratkan makan mi instan, berarti sudah setengah matang. Tapi jangan sampai prosesnya berhenti setengah jalan! Penyerapan anggaran harus optimal supaya hasil pembangunan betul-betul terasa.
Kuncinya adalah eksekusi yang disiplin dan terus-menerus. Jangan sampai ada uang yang mengendap seperti simpanan di bawah kasur yang gak jelas kapan dipakai.
Bupati Toha mengakhiri dengan kalimat yang menggetarkan “Sisa hidup saya saya persembahkan untuk berbuat yang terbaik bagi masyarakat Muba.” Ini bukan hanya janji, tapi seruan agar seluruh aparat dan masyarakat bergerak bersama, bukan jadi penonton pasif.
Dipantau 24 jam dan 24 program disusun bukan sekadar angka cantik atau gimmick. Ini adalah strategi cerdas agar pemerintahan Muba berjalan efektif, transparan, dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat. Dengan kombinasi kerja keras, integritas, dan kekompakan, Bupati Toha menunjukkan bahwa memimpin itu bukan soal titel, tapi soal tindakan yang terus-menerus tanpa lelah.
Semoga apa yang dilakukan Muba ini bisa jadi contoh bagi daerah lain, bahwa pemerintahan yang baik itu seperti komedi situasi harus bisa bikin ngakak tapi juga bikin kita mikir. Karena di balik tawa, ada pesan moral yang kuat bahwa perubahan dimulai dari niat tulus dan kerja nyata.[***]