Sumselterkini.co.id, – Apa jadinya kalau songket yang dulu cuma buat dipakai di acara pernikahan, sekarang bisa jadi ladang emas yang mendunia? Ya, itulah yang tengah diupayakan dalam Swarna Songket Nusantara yang bakal digelar di Palembang, 1-5 Agustus 2025. Kata pepatah, “tak kenal maka tak sayang,” dan memang, kadang kita harus mempromosikan produk budaya kita seperti ngajakin tetangga baru ke rumah penuh keramahan, banyak cerita, dan tentu saja, yang tak kalah penting, sesuatu yang spesial. Dalam hal ini, songket Sumatera Selatan!
Ketua Harian Dekranas, Tri Tito Karnavian, dengan diplomasi khas pejabat tinggi, langsung mengapresiasi kesiapan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Baginya, ini bukan sekadar acara pameran, tapi lebih kepada momen besar untuk memperkenalkan songket Sumsel yang sudah dikenal ke dunia yang lebih luas. Kalau saja songket Sumsel bisa ngomong, mungkin ia akan bilang, “Gue bisa nih bersaing di pasar internasional, asal jangan cuma dipamerin di lemari kaca rumah nenek.”
Namun, ternyata niat untuk memperkenalkan songket ini bukan tanpa tantangan. “Kenapa kita harus promosi terus? Karena pasar sekarang sudah sempit, persaingannya ketat,” ujar Tri Tito. Bayangkan saja, kalau dulu songket hanya tampil di pesta, sekarang dia harus berebut perhatian di panggung pasar global. Mau nggak mau, harus tampil lebih berkilau, lebih berani.
Jadi, bagaimana agar Swarna Songket Nusantara di Palembang ini sukses? Tentu saja, dengan persiapan matang dan promosi gencar. Coba tengok acara seperti di Kota Kyoto, Jepang, yang dikenal dengan Festival Kimono mereka. Meskipun kimono sudah ada sejak berabad-abad lalu, Jepang nggak pernah berhenti untuk mempopulerkan dan menjualnya. Kimono tidak cuma dipakai, tapi jadi simbol budaya yang selalu dibanggakan. Kalau Kyoto bisa, kenapa Palembang nggak?
Sementara itu, Ketua Dekranasda Prov. Sumsel, Hj. Feby Herman Deru, dengan bangga mengungkapkan kesiapan Sumatera Selatan sebagai tuan rumah. “Sumsel siap! Kami sudah koordinasi dengan Dekranasda Palembang agar tidak ada yang lupa bawa tugasnya,” kata Feby. Seperti halnya sebuah perayaan besar, jika tidak ada yang bertanggung jawab untuk setiap detail acara, bisa-bisa kita malah kehabisan nasi goreng buat tamu, kan?
Feby juga menambahkan bahwa selain pameran songket, acara ini akan dimeriahkan dengan UMKM dan Sriwijaya Expo, yang pastinya bakal memperkenalkan lebih banyak kekayaan lokal Sumsel. Ingat, kalau di Bali ada pasar seni yang selalu ramai, di Sumsel juga harus ada ruang yang memberi ruang bagi produk-produk lokal seperti songket agar makin banyak yang tahu, mulai dari wisatawan hingga pembeli internasional.
Swarna Songket Nusantara bukan cuma sekadar festival pakaian adat. Ini adalah kesempatan besar bagi Sumatera Selatan untuk memamerkan budaya dan kekayaan lokal yang bisa mendunia.
Dengan persiapan yang matang, siapa tahu, songket yang dulu hanya dipakai di acara resmi, bisa menjadi barang trendi di pasaran internasional. Seperti kata orang bijak, “Kalau tak ada usaha, takkan ada hasil,” jadi mari kita berikan yang terbaik agar songket Sumsel bisa bersinar di dunia!.[***]