Seni & Budaya

Ratu Sinuhun & Seni yang Mendadak Bersuara

ist

Perempuan, Palembang, dan Pekan Seni yang Bikin Kota Berpikir Ulang

PALEMBANG sempat mendadak riuh pada 15–19 November 2025, saat Pekan Seni 2025 menyalakan kembali denyut kreatif kota ini. Tema “Ratu Sinuhun – Perempuan, Warna, dan Karya” muncul seperti pengingat manis, tapi nyentil, bahwa perempuan bukan lagi pelengkap panggung, melainkan sumber cahaya yang selama ini diam-diam menerangi semua sudut.

Lawang Borotan, tempat biasanya tenang, berubah menjadi ruang penuh ide. Pengunjung datang, melihat karya, lalu pulang dengan kepala penuh pertanyaan baru tak jauh beda dengan efek grup WhatsApp keluarga tapi versi seni.

Ada lukisan yang warna-warni sampai bikin mata bingung mau fokus ke mana. Ada instalasi yang bentuknya seperti hasil diskusi tiga dimensi antara imajinasi dan realita. Semua karya berdiri tegak, seperti ingin berkata, “Ini waktunya perempuan bicara tanpa permisi”.

Di balik festival yang heboh ini, tim DKP bekerja rapi. M. Nasir, Faldy, Cheirman, Irfan Kurniawan, dan M. Fitriansyah mengatur agenda seperti sedang merangkai puzzle yang semua potongannya bergerak sendiri.

Komite seni rupa, musik, teater, tari, dan sastra tampil kompak, setia menjaga ritme agar festival berjalan tanpa drama kecuali drama yang memang dipentaskan.

Tema “Ratu Sinuhun” tampil bukan sebagai slogan kosong. Tema ini menggiring pengunjung untuk melihat dunia dari mata perempuan. Kadang lembut, kadang tegas, kadang lucu tanpa disengaja, seperti kehidupan sehari-hari yang sering mencampur aduk emosi tanpa aba-aba.

Setiap karya menyimpan pesan, perempuan bukan hanya bisa berkarya, tapi sudah lama melakukannya hanya panggungnya sering dipasang terlalu sempit.

Festival ini mengalir ringan, membuat orang berpikir sambil tersenyum. Tertawa muncul di beberapa sudut ruang ketika pengunjung menyadari bahwa humor ternyata juga alat untuk bercerita tentang keberanian. Semua bergerak aktif, hidup, dan apa adanya tanpa kedok, tanpa basa-basi.

Pekan Seni 2025 memang menghadirkan warna baru bagi Palembang. Selama 15–19 November 2025, karya perempuan muncul sebagai suara yang utuh dan lantang. Festival ini menunjukkan bahwa seni yang jujur selalu menemukan jalannya sendiri untuk menyentuh penonton.

Setiap karya menawarkan satu pesan moral, perempuan bukan hanya bagian dari cerita, tetapi penulisnya. Ketika suara mereka diberi ruang, seni tidak hanya hidup, ia tumbuh dan menyalakan kota. Palembang pun berjalan pulang dengan langkah pelan, seperti baru selesai menerima nasihat dari seni yang akhirnya bersuara.[***]

Terpopuler

To Top