Seni & Budaya

Lasak Asap

Foto : istimewa

HIJAU  dedaunan di belantara

Padi menguning menyisakan belukar

Warisan berpindah sudah biasa

Gizi tanah sebatas kulit akar

 

Selaksa kata  bisa merusak

Tak banyak jumlah tiada berdampak

Belukar kembali jelma rumpak

Puntung kayu pun berjejer tombak

 

Pisau di tangan mungil robohkan pohon meraksasa

kecil pun diratakan semua

Matahari panas layukan tebangan bersama

Bakar pilihan sangkil dan mangkus kerja

 

Gambut dirambah pula

Sela nugal sama-sama cari pasangan seusia

Ngetam, desa pun  diramaikan pesta

Ayah muda lasak cari hutan baru di rimba

 

Menyebar bibit padi dan keluarga

Beranak pinak dan penuhi lumbung desa

Mentradisi  ajaran puyang dipelihara

Habitat dan ekosistem punah binasa biarkan saja

 

 

Sebanyak-banyak ume di belantara

tak  lah bertumpuk lahan tak terpelihara

api memang melahap segala

asap tak urung membumbung diselingi gegana

 

Air rawa tak mampu redam jalaran bara

belum lah sampai gerahkan negeri tetangga

Daerah dan istana kerahkan strategi dan  tenaga

Takut terganggu pesta olahraga

 

 

Gergaji kapak meraung silang timpali

Hutan pun rawa sedikit bersisa

Jikalau sekedar lapar, bukan pohon yang dihabisi

Itu bukan soal perut semata

 

Itu rakus, pongah, tamak, dan  loba bin kikir hati

Dijadikan pengasah kikir tajamkan belati

Petani membakar demi sepiring nasi

Pemegang HGU bersiasat hemat dengan berkongsi

 

 Kobaran api menyambar ikat pinggang

Langit pun memutih menyesakkan pandang

Dari hidung di tenggorokan menghilang

berasa hingga jantung dan paru tembus ke belulang

 

Pun mata berkaca-kaca pedih berlinang

Masker sekadar aksesoris biasa berandang

Protes kanan kiri pekakkan telinga terasa berdentang

Melebihi volume suara berpelantang

 

 

Televisi  putar dramatis pesawat rental

menyedot sungai mengebom api sekam dipintal

 harian dan daring pamerkan laman penuh advertorial

Majalah dan intel bersaing investigasi personal

 

Siswa dan pegawai bersorak menikmati libur insidental

Radio siarrkan nyanyian pengusaha lokal hingga internasional

LSM menuding banyak pelanggaran operasional

Aparat berbaris kokangkan senjata bergaya kolonial

 

Maklumat disebar ikuti angin tak bertepi

Semua anggaran banjiri panasnya api

Senantiasa terulang  bergalat tanpa solusi

Jadi bendera pejabat sekedar publikasi dan sensasi

 

Petani menyepi  di bibir hutan  

Semua mata dipaksa menyaksikan

Hutan gundul membotak tak bertuan

Asap di langit goda pilot uji kemampuan

 

Gambut membara  pedihkan mata

Menjadi tontonan karyawan  

Dibahas direksi dan komisaris senantiasa

Target produksi tak bisa diprovokasi dan intervensi meski berkawan

 

Bencana negeri coba disiasati

Allah ciptakan musim kunci asap lasak

Kemarau ditutup musim hujan alami

Kalender berganti tanpa garansi asap tak lagi membuat sesak.[***]

 

 

Karya  : Muhamad Nasir

Dosen Universitas PGRI Palembang dan Kandidat Doktor Bahasa

Palembang,  Panen  Asap 2019

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com