Seni & Budaya

Jangan Lupakan Tari Tradisional

KOMITE Tari Dewan Kesenian Palembang (DKP) dalam Sepekan Seni mengadakan talkshow yang dinamakan Bincang Tari (Binter), bertempat di Guns Caffe, Palembang pada, Jumat (12/3/2021).
Sebelum Binter dimulai turut ditampilkan beberapa tari khas Palembang, serta pelatihan tari bagi sanggar yang hadir di agenda Sepekan Seni kali ini.
Ketua Komite Tari DKP, Salwa Pratiwi berpendapat, untuk acara Komite Tari pada Sepekan Seni kali ini, mengundang salah satu koreografer muda. Biasanya sebelumnya, mengangkat koreografer senior.
“Ini akan menjadi inspirasi kedepanya untuk teman-teman, supaya bisa menciptakan sebuah karya untuk berkembang menjadi tradisi yang baru,” ujarnya.
Ewa sapaan akrabnya menyebutkan, salah satu tari yang diangkat dalam acara Sepekan Seni 2021 yaitu Tari Rodat. Serta juga dilakukan pelatihan gerakan dari penggagas Tari Rodat dan diikuti oleh beberapa perwakilan sanggar.
Ewa berpendapat, eksistensi tari tradisional sekarang yang bersaing dengan dance modern, bukanlah permasalahan, tetapi yang harus diingatk adalah untuk tidak melupakan tari tradisional.
“Tari tradisional merupakan peninggalan leluhur, jadi jangan sampai kita tinggalkan,” ucap Ewa.
Selain itu Komite Tari DKP, bakal mengadakan program kerja seperti memperingati hari tari sedunia, serta menciptakan karya-karya yang baru seperti tari songket yang menceritakan proses pembuatan songket.
Komite Tari juga akan mengangkat tari tradisi dan menggali seni-seni tradisi, yang saat ini jarang dilihat oleh masyarakat. Sehingga, kedepannya budaya Palembang tetap bisa dilihat dari masa ke masa.
“Kita akan mengajak mahasiswa dan pelajar lainnya untuk menggeliatkan seni tari,” tutup Ewa.
Nurdin mengatakan, tari tradisi zapin rodat yang ia kreasikan bermula konsep dari tari rodat, karena tari rodat itu hampir dimiliki oleh seluruh nusantara.
“Dalam sebuah tarian di seluruh daerah berbeda-beda, namun hanya gayanya yang berbeda tapi konsepnya tetap sama,” kata Nurdin.
Masalah ekstensi tari rodath memang saat ini tidak banyak dan jarang ditampilkan, karena mengingat tari ini juga muncul pada saat momen-momen tertentu saja, seperti di hari kebesaran Islam.
Budayawan Febri Al Intan mengutarakan, Tari Rodat biasanya berkembang di perkampungan Palembang, seperti di perkampungan Arab dan lainnya. Hal tersebut merupakan pembuktian bahwa Palembang Darussalam yang merupakan mayoritas Islam.
“Tari Rodat ini tidak bisa bergabung antara pria dan wanita, karena nilai Islam dalam tari rodat harus dijunjung,” jelas Febri.
Febri menguraikan, bahwa tari tradisional di sumsel ada 3 pengaruh , pengaruh tari yang berdasar legenda, animisme, kepercayaan. Zapin itu berasal dari Yaman artinya pergerakan cepat sedangkan Rodat itu berasal dri dua kata hadrat dan irodat.
Seniman Tari, Erik Pirseli membenarkan, eksistensi tarian rodat yang muncul pada saat momen tertentu saja. Diketahui saat ini di Palembang lebih aktif atau lebih berkembang tari kreasi. Dimana tari kreasi ini menjadi sebuah finansial bagi sanggar-sanggar tari.
“Namun saat ini Tari Rodat dan Zavin masih sering dilihat walaupun jarang,” tutup Erik. (rilis/dkp)

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com