Seni & Budaya

Festival Permainan Anak Tradisional, Ternyata Gub Sumsel ‘Lihai’ Juga Mainkan Ini

Foto : Humas Pemprov Sumsel

SEJUMLAH permainan tradisional mulai dari engkrang, bakiak batok, terompah panjang, congklak, hula hop, yeye, rangku alu dan lainnya kembali dipertunjukan dalam festival permainan anak tradisional ke-5 yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata kota Palembang bertempat di pelataran Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera). Dalam rangkaian peringatan Hari Anak Nasional (HAN) ke -53 Tahun 2019, minggu (21/7/2019).

Bukan hanya kalangan anak-anak, namun orang dewasa pun terlihat antusias memainkan sejumlah permainan tradisional tersebut termasuk  Gubernur Herman Deru tampak antusias menjajal permainan  engrang dan bakiak batok kelapa.

Kepiawainan mantan Bupati OKU Timur dua periode ini berjalan menggunakan engrang dan bakiak batok kelapa menjadi perhatian mereka yang hadir yang terdiri ratusan 600 pelajar SD dan SMP se-kota Palembang dan kalangan, komunitas anak lainnya.

Dalam sambutannya ketika membuka festival ini tradisional tersebut,  Gubernur H. Herman Deru mengapresiasi digelarnya  festival permainan anak tradisional dalam rangkaian peringatan Hari Anak Nasional (HAN) ke -53 Tahun 2019.

“Saya tertarik untuk hadir pada kegiatan festival permainan anak tradisional ini, karena saya anggap ini bentuk perhatian Pemkot Palembang terhadap pentingnya tumbuh kembang anak secara wajar dan sehat.  Bukan hanya tumbuh  fisik saja, namun juga intelektualitas dalam pergaulan,” tegas Gubernur.

Menurutnya banyak nilai edukasi yang terdapat dalam permainan anak tradisional, mulai dari engkrang, bakiak batok, terompah panjang, congklak, hula hop, yeye, rangku alu dan lainnya yang bagi sebagian besar orang dianggap sebagai permainan kampungan, padahal permainan tersebut telah ada sejak zamanan leluhur terdahulu.

“Permainan ini sebenarnya adalah olahraga yang telah ada sejak lama, yang di dalamnya terdapat nilai edukasi bagi anak-anak. Seperti nilai silaturahmi karena dalam permainan tersebut anak-anak berjumpa dan bermain bersama teman-temannya, kemudian olah pikir karena pikiran digunakan untuk hal yang positif dan olah fisik sebab saat bermain anggota tubuh bergerak yang secara otomatis mengeluarkan keringat”, beber Herman Deru.

Dilanjutkan Herman Deru tumbuh kembang anak merupakan tanggung jawab semua pihak dan melibatkan semuanya mulai dari Pemprov, Pemkot hingga masyarakat. Karena  jika tidak memiliki kepedulian terhadap anak lanjut dia, dikuatirkan anak-anak jaman sekarang (kids jaman now) akan menjadi manusia anti sosial.

“Saya kuatirkan jika anak-anak ini tidak bersosialisasi secara fisik dengan teman sebaya atau lingkungannya, mereka akan menjadi manusia yang tidak peduli. Kids jaman now lebih asik dengan dunianya sendiri berkutat dengan gadget/androidnya, ” jelas pria 51 tahun ini.

 

Kian tergerus

Di sisi lain tambah Gubernur, jika permainan nasional tidak lagi dipertontonkan pada anak zaman sekarang. Tidak mungkin permainan anak tradisional kian tergerus oleh kemajuan zaman  dan terlupakan akhirnya hilang tanpa bekas. Untuk itu pada festival permainan anak tradisional yang ke-5 ini, Herman Deru berharap kedepan lapangan Monpera  kedepan sebagai ruang terbuka untuk anak.

“Pemprov bersama Pemkot Palembang  dapat bekerjasama menjadikan Monpera sebagai ruang terbuka untuk anak. Silakan kerjakan desainnya, nanti kita bantu,” papar Gubernur.

Kehadiran gubernur Herman Deru  dalam festival permainan anak tradisional ke-5 kali ini didampingi istri Hj Febrita Lustia  Deru serta ditemani Danis salah satu cucu tercintanya.

Herman Deru dalam sambutannya juga meminta pada orang tua dan semua  pihak terkait untuk dapat membentengi anak-anaknya dari bahaya peredaran narkotika dan obat-obat terlarang.

Kepala Dinas Pariwisata kota Palembang sekaligus Ketua Pelaksana festival permainan anak tradisional, Isnaini Madani mengatakan kegiatan ini dilakukan sebagai rangkaian peringatan Hari Anak Nasional yang ke-53, dan festival permainan anak tradisional telah memasuki pelaksanaan tahun ke-5.

“Festival permainan anak tradisional ini dilaksanakan agar anak-anak lebih mengenal permainan yang mengutamakan ketangkasan ragawi, dan hampir terlupakan,” ungkap Isnaini Madani.

Ditambahkannya dipilihnya lokasi festival permainan anak tradisional di Monpera karena Monpera adalah lambang perjuangan sekaligus untuk mengenalkan nilai-nilai perjuangan para pahlawan kepada anak-anak.

“Pada festival permainan anak tradisional ini digelar juga lomba-lomba, seperti lomba beregu putra bentengan, beregu putra tarik tambang, beregu putri tapak panjang, perorangan putri bakiak batok, balap karung, yeye, dan cak ingkling,” tandasya. [**]

Penulis : one

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com