Seni & Budaya

Dulmuluk, Kearifan Lokal Plus Kampanye Prokes

Dulmuluk, sejatinya adalah seni tradisional yang mulai terpinggirkan. Dengan olahan para akademisi dari 12 perguruan tinggi se- Indonesia, tontonan yang biasanya digelar hmpuir semalam suntuk ini disajikan dengan sedikit berbeda. Tetap memuat kearifan lokal, namun disipi pesan-pesan moral kekinian, termasuk ajakan untuk selalu patuh pada protokol kesehatan.
Menyesuaikan dengan masa pandemi dan karena para pemain tersebar di wilayah Indonesia, maka persiapan dan latihan dilakukan secara daring dan melalui webinar (Sedaring/Seminar Daring). Pada H-2 , selama hanya dua hari, latihan dilakukan secara bersemuka.“Setidaknya dua hari, latihan dilakukan secara luring. Sementara pemenrtasan, dilakukan secara luring,” ujar Dr Izzah, M.Pd. Ketua Pementasan.
“Naskahnya ditulis Prof Dr Hj Nurhayati, M.Pd, Ketua HISKI Sumsel yang juga guru besar FKIP Unsri yang konsisten membangun kesadaran untuk merevitalisasi Dulmuluk. Makanya, konsep Dulmuluk kali ini, memang beda. Termasuk persiapannya juga unik. Banyak materi-materi kekinian diselipkan dalam dialog-dialog pelaku, juga persiapannya dan latihannya secara virtual,” tambah Izza yang juga dosen di Pascasarjana Unsri ini.
Selama pementasan, memang bisa dketahui pesan-pesan terkait kampanye untuk selalu patuh pada protokol kesehatan.
Seperti dialog Khadam Raja Berbari 2 yang dimainkan oleh Dr Fachria Marasabessy, Mhum (STKIP Kie Raha, Ternate), Khadam Raja Berbari 1 yang diperankan Dr Yanti Sariasih, M.Pd ( STKIP PGRI Metro Lampung), dan Khadam Raja Berbari 3 yang dilakoni oleh Dr Sri Musdikawati, M.Si ( Universitas Al Asyariah, Mandar). Dalam dialognya, ketiga khadam ini juga menyinggung soal penerapan 3 M dianatara percakapannya. Tentu membuat tontonan itu lebih hidup.
Meskipun, selama ini, peran khadam biasanya pelakunya adalah lelaki. Dalam pementasan ini, khadamnya perempuan semua.
“Kamu tahu dak, kita harus selalu taat 3M di mana pun,” kata Khadam Raja Berbari 2, yang disambut dengan pelesatan oleh Khadam Rahja Berbari 1, bahwa 3 M, itu memegang, meremas dan titik titik.
Khadam Raja Berbari 3 pun menyambutnya juga dengan plesetan. “Salah tuh. Tiga M itu, mencuci baju, mengenakan…..”
Gaya dan dialog yang kocak, membuat tontotan ini pun mendapat aplaus penonton. Dan barulah, diakhir sesi ini, disampaikan apa itu 3M. Yakni, mengenakan masker, mencuci tangan dengan air mengalir, dan menjaga jarak.
Nah, mungkin di pementasan berikutnya bisa juga disampaikan pesan 5M ya. Yaitu, mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan air mengalir, menghindari kerumunan, dan mengurangi aktivitas.
Pesan-pesan seperti ini, juga pernah dilakukan oleh pemain Dulmuluk tradisional, ketika mendokumentasikan Dulmuluk dengan dukungan Bank Indonesia. Waktu itu, Dulmuluk yang disutradarai oleh pelestari Jonhar Saad bersama putranya Randi Putra Ramadan. “Pesan sponsor kami selipkan, terutama terkait produk dan program Bank Indonesia, namun juga ada terkait kampanye untuk selalu patuh protokol kesehatan,” jelas Randi, beberapa waktu yang lalu.
Begitupun, ketika dialog Khadam Raja Hindustan, yang diperankan Dr Ida Nurul Chasanah, SS (Unair, Surabaya), Khadam Hindustas 2 yang dimainkan n Linny Oktoviani, M.Pd (Balai Bahasa Sumsel), dan Khadam Hindustan 3 yang dilakoni Nyimas Khorin Khoiriyah (Unsri). Di sela-sela dialog-dialog yang membuat Gerr suasana, atau istilah standup koedi itu, Pecah, terselip juga pesan-pesan moral terkait penanganan covid 19, diantara pesan-pesan moral kekinian lainnya, dan juga pesan sponsor.
“Kalau selama pandemi, ngegosipnya, jadi dibatasi ya,” ujar Khadam Raja Hindustan 1. Yang ditimpali oleh Khadam Raja Hindustan 2, “Apa ya, atau sekarang Ratu Ngegosip, sudah tobat ya,” , karena memang Khadam Raja Hindustan 1 memang menyebut dirinya, Ratu Gosip. Dalam sesi ini, beberapa adegan dimainkan dengan baik sehingga mengundang gelak tawa. Apalagi, beberapa aksi ngegosipnya gagal dan menimbulkan kelucuan, Itu karena, adaya Prokol Kesehatan, untuk menjaga jarak, selama pandemi.
Selain itu, pesan sponsor dari produsen Kopi Dulmulk, tampak juga dismpaikan. Dengan menjukkan produk, Kopi bermerek, Dulmuluk. Yang kemudian, ditnya, kenapa mereknya, DulMuluk, bukan, Jembatan Ampera, atau bukan Benteng Kuto Besak, atau bukan Sungai Musi. Di sesi ini, bahkan Kopi DulMuluk, itu diserahkan juga kepada Prof Dr Dedi Eko Purnomo yang mewakili Rektor Unsri.
Hasilnya, para Khadam Raja Berbari ini pun, dapat sawer dari sang profesor. Dan, tepuk tangan penonton pun menggema. “Lumayan, bisa untuk ongkos pulang ke Surabaya,” ujar Khadam Raja Berbari 1, yang diperankan Dr Ida Nurul Chasanah, SS dari Universtas Airlangga, Surabaya).
“Tapi, masih kurang sih, kalo untuk ongkos pesawat. Apalagi, nanti di Bandara masih harus ditambah biaya PCR,” selorohnya.
Pesan terkait Covid juga terlihat dalam sesi ketika Raja Sultan Abdl Hamid Syah yang dimainkan Drs Sudartomo Macaryus, MHum (dari Universitas Taman Siswa, Yogyakarta) menerima warga yang hendak menghadapnya, di awal pementasan. Saudagar Kain Bahaudin (dimainkan Dr Haryadi, M.Pd, dari Universitas Muhamadyah Palembang) dan Pedagang Kain 1 yang dilakoni Dr Rita Inderawati, MPd dari Unsri, ketika hendak menghadap, langsung diingatkan.
“Stop, karena kita di masa pandemi (memang di negeri Barbari waktu itu sudah ada pandemi Covid, ya? , hehehe, pen), maka untuk menghadap, harus menjaga jarak. Cukup dari sana saja,” ujar Abdul Muluk Jauhari yang saat itu didampingi permaisuri, yang dimainkan oleh Prof Novi Anoegrajekti, M.Hum (Universitas Negeri Jakarta, Jakarta).
Pementasan Dul Muluk tersebut mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari para penonton yang hadir. Sebab disajikan dengan sangat luar biasa yang mengombinasikan kebudayaan lokal dan perkembangan jaman, ditambah dialog yang dilakukan oleh para pemeran dilakukan dengan sangat baik yang menyisipkan pesan moral dan ajakan untuk tetap menjalankan protokol kesehatan.
Diatas panggung juga tidak hanya sebuah pentas seni drama komedi yang ditampilkan oleh mereka, ada juga tarian kebudayaan dan adegan silatnya.
Pementasan ini dihadiri juga antara lain, Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru, Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R M Fauwaz Diradja SH Mkn , Rektor Unsri di wakili Prof Dr Mulyadi Eko Purnomo, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Unsri, Dr Didik Suhendi Spd Mhum, Koordinator Program studi pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia FKIP Unsri Ernalida SPd Mhum Phd.
Lalu Guru Besar Bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP Unsri sekaligus pimpinan produksi dulmuluk , Prof. Dr. Nurhayati, Spd M.Pd, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Aufa Syahrizal Sarkomi , Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cabang Sumsel, Hari Widodo, Kepala Balai Bahasa Sumsel, Staf Khusus Gubernur Sumsel bidang Kebudayaan, Erlan Safeudin, Ketua DKP M Didit Rudianto, sejumlah komunitas di Palembang, budayawan kota Palembang, Yai Beck, para dosen pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Unsri dan para penonton.
Dulmuluk sebagai seni tradisional memang memuat keraifan lokal. Tetapi, pada perkemabnagnnya, bukan tidak mungkin selipan-selipan konten lainnya yang bernuansa kekinian bisa ditambahkan sebagai bumbu. Sehingga, nasib Dulmuluk yang mulai terpinggirkan akan bisa lebih akrab di lingkungan milenial. Sekalipugus bisa digunakan sebagai sarana menyampaikan pesan-pesan moral, termasuk pesan-pesan terkait penanganan dan upaya agar terhindar Covid 19. (Muhamad Nasir)

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com