PENYUSUNAN Peta Jalan Kemandirian Pesantren memasuki tahap verifikasi faktual di pesantren yang memiliki potensi ekonomi di beberapa daerah di Indonesia.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghafur mengatakan bahwa pasca terbitnya UU nomer 18 tahun 2019 tentang Pesantren, Kementerian Agama menyususn Peta Jalan Kemandirian Pesantren. Kemenag akan bersinergi dengan K/L yang selama ini memiliki alokasi anggaran untuk Pesantren.
“Untuk mengaktualkan fungsi Pesantren sebagai Pemberdayaan Masyarakat, Pak Menteri Yaqut Cholil Qoumas mencanangkan peta jalan kemandirian pesantren ini. Untuk menjalankannya, Kemenag akan melibatkan K/L yang selama ini memiliki anggaran untuk Pesantren,” ujar Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghafur saat melakukan verifikasi di Pesantren Al Amin Kota Dumai Provinsi Riau, belum lama ini.
Hadir mendampingi verifikasi tersebut, Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Riau Mahyudin, Kepala Bidang Pakis Kanwil Kemenag Riau Fairus, Kasi Pontren Kanwil Kemenag Riau Fahri, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Dumai Syafwan dan Kapolres Dumai AKBP Andri Ananta.
Pesantren Al Amin Dumai ini merupakan Pesantren yang memiliki berbagai unit usaha kreatif yang melibatkan masyarakat sekitar. Usaha kreatif itu antara lain, kerajinan tangan, makan produk olahan, budidaya pertanian, dan isi ulang air minum.
Pesantren yang terletak di kota Dumai ini, memiliki varian produk olahan yang berasal dari komoditas jamur dan singkong. Beberapa produk olahan jamur dan singkong yang sudah dipasarkan yaitu, kripik kulit singkong, kripik pedas singkong, kripik daun singkong, kripik jamur, dan lainnya.
Menurut Pengasuh Pesantren sekaligus Ketua Forum Pondok Pesantren (FKPP) Kota Dumai, KH. Zaenal, kemajuan pengembangan potensi kewirausahaan yang ia pimpin ini sudah pernah mendapatkan bantuan dari Bank Indonesia yang meliputi, Green House, mesin Packaging, dan budidaya jamur.
“Alhamdulillah kami sudah beberapa kali mendapatkan bantuan dari BI,” ujar Kyai Zaenal.
Saat ditemui di Pesantrenya, Kyai Zaenal mengungkapkan kepada pihak Kemenag, bahwa dalam mengelola unit bisnis perkebunan, pihaknya masih membutuhkan pendampingan para ahli dan juga bantuan teknologi pasca panen. Sebab, menurutnya, penanaman yang dilakukan dengan teknologi modern harus juga dipanen dengan teknologi modern pula agar kualitas terjaga.
“Agar produk pertanian kami berkualitas, kami masih memerlukan pendampingan dan juga teknologi pasca panen, karena penanamannya juga pake peralatan yang modern,” jelas Kyai. Kemenag
(***) Ril