Properti

Rumah Impian Generasi Muda, Antara KPR Panjang & Mimpi Indah

ist

KONON katanya, rumah adalah surga kecil yang dibangun dengan keringat dan doa, tapi bagi sebagian besar generasi muda sekarang, rumah impian itu lebih mirip mimpi indah di siang bolong. Bagaimana tidak? Harga rumah di kota besar melesat lebih cepat daripada roket Elon Musk, sementara gaji bulanan jalan pelan-pelan seperti odong-odong keliling kampung.

Coba bayangkan, dulu orang tua kita bisa beli tanah sebidang, bangun rumah, dan masih sempat bikin kebun singkong di belakangnya. Sekarang? Gaji UMR sebulan hanya bisa dapat cicilan pintu rumah, itu pun pintu bekas dari lelang ruko yang bangkrut.

Fenomena ini bikin muncul istilah “generasi ngontrak”. Ya, anak muda sekarang lebih sering pindah kontrakan ketimbang pindah status. Kadang rasanya lebih gampang ganti pasangan daripada ganti sertifikat rumah.

Kalau ditanya, “Kapan punya rumah sendiri?” jawaban mereka bisa macam-macam

Ada yang bilang, “Tunggu gaji naik, Bos.”

Ada yang lebih realistis, “Tunggu warisan turun.”

Dan ada juga yang jujur, “Tunggu planet Mars dibuka untuk perumahan subsidi.”

Pepatah lama bilang “sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit”, namun  dalam konteks rumah, sedikit demi sedikit tabungan lama-lama malah jadi habis buat bayar parkir, kopi kekinian, dan tiket konser.

Sekarang mari kita tengok data, harga rumah tipe 36 di pinggiran kota besar sudah bisa tembus ratusan juta sampai miliaran, sementara gaji rata-rata generasi muda masih berkisar 4–6 juta per bulan. Hitung-hitung, cicilan KPR bisa makan separuh gaji. Belum lagi biaya hidup listrik, kuota internet, skincare, sampai biaya makan mie instan rasa ayam bawang buat bertahan hidup.

Bayangkan, kalau gaji habis buat cicilan, makan harus ngutang, akhirnya rumah punya, tapi penghuninya jadi arwah gentayangan karena kelaparan.

Nah, biar nggak cuma nyinyir, mari kita kasih tips ala dagelan, siapa tahu ada manfaatnya

  1. Pahami kemampuan finansialmu
    Jangan dipaksa ambil rumah mewah, padahal gaji pas-pasan. Ingat, ukur baju di badan sendiri, jangan di badan tetangga.

  2. Pertimbangkan rumah subsidi
    Pemerintah masih punya program rumah subsidi, meski kecil, minimal bisa punya alamat tetap, kata pepatah, lebih baik rumah petak tapi milik sendiri daripada istana tapi ngontrak.

  3. Investasi dulu, gaya nanti
    Generasi muda sering tergoda gaya hidup, daripada cicil iPhone tiap tahun, lebih baik cicil kavling dari sekarang. iPhone bisa ketinggalan zaman, tapi tanah nggak pernah basi.

  4. Belajar investasi properti
    Kalau belum sanggup beli rumah, coba dulu investasi lewat reksa dana properti, crowdfunding, atau sewa kos-kosan. Siapa tahu nanti jadi juragan kontrakan.

  5. Kolaborasi finansial
    Nggak ada salahnya nabung bareng pasangan atau keluarga. Daripada tabungan habis buat traktir teman di kafe, mending kumpulin buat DP rumah.

Mari kita berandai-andai, kalau harga rumah makin tak terjangkau, bisa jadi di masa depan generasi muda tinggal di metaverse. Bikin rumah digital, ruang tamu bisa segede lapangan bola, dapur ada 10, dan kamar mandi pakai jacuzzi hologram. Tapi ingat, rumah digital nggak bisa dipakai buat numpang mertua, apalagi bikin arisan RT.

Rumah bukan cuma soal atap dan tembok, tapi juga simbol stabilitas, ketenangan, dan hasil perjuangan. Kalau sekarang terasa berat, bukan berarti mustahil. Jalan menuju rumah impian memang panjang, kadang lebih panjang dari masa penantian jodoh, tapi tetap ada harapan.

Generasi muda harus pintar, jangan terjebak gaya hidup yang hanya bikin tabungan habis. Ingat pepatah Hidup sederhana itu bukan berarti nggak mampu, tapi sedang menabung untuk masa depan.

Harga rumah vs daya beli generasi muda memang seperti pertandingan sepak bola yang timpang: harga rumah terus menyerang, gaji hanya bertahan. Tapi selalu ada strategi. Dengan perencanaan keuangan, pengendalian gaya hidup, dan keberanian berinvestasi, rumah impian bukan mustahil diraih.

Jangan lupa, rumah itu bukan sekadar bangunan. Rumah adalah tempat kita pulang, tempat tawa dan tangis bertemu, dan tempat kita belajar arti bahagia. Kalau belum bisa punya rumah sendiri sekarang, jangan minder. Ingat, bahkan ayam pun sebelum punya kandang, harus dulu rajin berkokok.

Jadi, generasi muda, tetaplah semangat, boleh cicilan panjang, boleh tabungan tipis, tapi jangan sampai mimpi ikut tipis. Karena pada akhirnya, rumah bukan hanya tentang bata dan semen, tapi tentang harapan yang kita bangun setahap demi setahap.[***]

Terpopuler

To Top