Properti

“Proyek Rumah Tanpa Suap? Bisa Dong, Gini Caranya!”

ist

ADA pepatah yang cocok, mungkin ini “Kalau ingin hidup enak, jangan cuma nunggu rezeki, tapi bikin jalan yang bersih”. Nah, pepatah itu rasanya pas banget buat ngobrolin soal rumah bersubsidi dan korupsi.

Coba kalau kita pikir-pikir, Menteri Perumahan Maruarar Sirait sudah meluang wakut  untuk  ketemu Ketua Umum Gapensi, Andi Rukman, Jumat sore akhir pekan lalu. Mereka duduknya santai, tapi ada aura serius kayak dosen yang lagi jelasin PR matematika paling rumit,  bedanya, PR kali ini bukan soal akar kuadrat, tapi soal akar korupsi. hehehe..

Kenapa demikian? soalnya di tengah pertemuan itu, ada Staf Ahli bidang pencegahan korupsi, Budi Permana. Ya…. bayangin, orangnya serius tapi energik, kayak guru TK yang lagi bawa toples permen, kalau salah dikasih permen, bisa bikin bocah nangis.Budi ini kayak “detektor korupsi hidup” yang siap menyambar kalau ada yang mencoba main tikus-tikusin proyek rumah subsidi.

Apalagi Pemerintah sendiri sebenarnya punya rencana ciamik, bukan cuma ngajak kontraktor ikut bangun rumah bersubsidi, tapi juga bikin sistem transparan supaya proyek ini bebas drama suap-menyuap. Katakanlah semacam, “Kalau kamu mau bangun rumah rakyat, tapi kantong sendiri jangan dikorupsi, ayo ikut main bersih”.

Kalau dibawa ke dunia Internasional, model kayak gini ternyata udah dicoba di beberapa kota, sebut saja Singapura, proyek Marina Bay- Pemerintahnya punya e-procurement super transparan. Semua tender proyek bisa dipantau publik. Hasilnya? Praktik sogok menyogok hampir nol.

Selain itu di Kopenhagen, Denmark,  mereka punya tim audit independen untuk proyek pembangunan publik. Jangan kaget, tim ini lebih galak dari emak-emak yang ngerokok di pasar. Semua anggaran dicek sampai receh terakhir.

Di Toronto, Kanada, ada open-data portal buat pembangunan kota. Publik bisa tahu siapa menang tender, berapa nilai kontrak, sampai progres proyek. Kalau ada yang nyimpang, warga bisa protes langsung online.

Ada lagi di  Melbourne, Australia, menggunakan  sistem kontrak “performance-based”, kontraktor dapat bonus kalau proyek selesai tepat waktu dan sesuai anggaran, minus drama kickback.

Dari contoh itu, jelas kalau transparansi bukan cuma jargon resmi pemerintah. Ini kayak pepatah “Air jernih tak pernah berlumut, hati bersih tak pernah tersangkut suap”, itu pas banget buat dikaitkan sama proyek rumah rakyat kita.

Tapi tunggu dulu, cerita seriusnya jangan bikin kita stres. Di sisi humor, bayangin kontraktor yang biasa main tikus-tikusin proyek, tiba-tiba ketemu sistem transparansi modern.

Wajahnya bisa kayak orang baru pertama kali naik roller coaster yaitu, panik tapi nggak bisa kabur. Bahkan dia memegang kalkulator, ngetik angka, tapi setiap klik langsung muncul notifikasi “Hei, jangan coba-coba potong biaya buat kantong sendiri, ya!”. Ngakak? Ya, tapi itu realita kalau sistem anti-korupsi jalan.

Tapi jadinya moralnya jelas karena  pemerintah bukan cuma ngajak bangun rumah, tapi ngajak bangun karakter. Seperti kata John Perkins, penulis Confessions of an Economic Hitman, “Kekuatan terbesar sebuah bangsa bukan cuma di kantongnya, tapi di integritas warganya”. Nah, kalau kontraktor belajar main bersih, rakyat yang dapat rumah pun senyum-senyum kayak menang undian lotre.

Dari pengalaman kota-kota di luar negeri, kita bisa ambil pelajaran untuk tetap transparansi sebab itu  yang bikin semua pihak saling percaya, sistem digital dan audit independen bikin peluang korupsi nyaris hilang dan bonus bagi yang bekerja bersih lebih memotivasi daripada ancaman denda semata.

Jadi, kalau kita mau proyek rumah rakyat berjalan tanpa drama kickback, sebenarnya gampang, yaitu gabungkan teknologi, audit independen, dan budaya integritas. Ingat pepatah lokal “Tak ada rotan, akar pun jadi. Tak ada suap, rumah rakyat pun jadi”.

Oleh karena itu, penutupnya, mari kita bayangkan skenario ideal, yaitu proyek rumah subsidi selesai, rakyat senang, kontraktor untung, pemerintah senyum puas, dan Budi Permana bisa pulang dengan tenang tanpa perlu “mengamankan” setiap receh duit proyek. Sederhana, tapi nyata.

Kalau kita bisa menertibkan proyek rumah dengan humor tapi serius seperti ini, bukan nggak mungkin Indonesia bisa bikin rumah rakyat tanpa drama korupsi, sambil ketawa ngakak bareng. Jadi jangan takut bersih, karena bersih itu lucu juga bahkan bisa bikin perut sakit saking ngakaknya, tapi tetap memberi pelajaran berharga.[***]

Terpopuler

To Top