DAMPAK covid-19 yang terjadi sejak tiga bulan ini membuat bisnis disektor perumahan ‘tumbang’. Daya beli masyarakat, bukan saja perumahan non subsidi,bahkan rumah murah atau bersubsidi pun menurun.
“Anjlok penjualan rumam baik non maupun subsidi sejak 3 bulan ini,”kata H. Samsyu Rusman Ketua Apersi Sumsel saat dihubungi melalui pesan Whatapps [WA], Senin [15/6/2020].
Meski demikian, tambah dia, belum terlihat tanda-tanda pengembang [deplover] anggota Apersi Sumsel yang gulung tikar.
Dia mengakui lesunya pasar proferti juga bukan saja karena dampak covid-19, Karena sebelum covid pun sudah banyak kendala, seperti untuk realisasi Kredit Pemilikan Rumah [KPR].
“Jadi teman-teman [pengembang] sudah dari awal mengantisipasinya,”akunya.
Selain itu lanjut dia, adanya kebijaksaan relaksasi pinjaman untuk membayar bunga kredit konstruksi. Dampak covid-19 memang lebih berpengaruh juga. Namun dia berharap kondisi ini tentu tidak bisa bertahan lama.
“Kita tidak bisa membayangkan kalau situasi ini sampai akhir tahun ini, pasti akan berdampak pada sebagian pengembang. Semoga setuasi akan berakhir dan pulih normal kembali,”urainya.
Sementara kata dia terkait KPR tahun ini masih banyak kendala. “Untuk realisasi KPR tahun ini, selain daya beli, terbatasnya kuota, regulasi perbankan terkait rumah subsidi,” paparnya.
Dia mengakui saat ini kuota di Sumsel turun 50% dari situasi normal atau sekitar 12-14 ribu unit per tahun.Dan untuk rumah komersial juga turun 50%. Karena daya beli yang turun. Harga komiditi,terang dia seperti komoditi karet dan sawit yang belum membaik sampai saat ini.[***]
one