Pojok Fisip UIN Raden Fatah

Indonesia vs Bahrain: Dari Lapangan ke Ruang Politik

ist

BICARA tentang sepak bola memang tidak ada habisnya. Tidak berlebihan rasanya ketika olahraga dan permainan yang satu ini menjadi olahraga paling populer di dunia, termasuk di Indonesia. Tidak hanya di kota, di pelosok-pelosok desa-pun olahraga ini menjadi yang paling ramai dan banyak digemari oleh masyarakat kita.

 

Olahraga yang satu ini terbilang unik dan menarik, selain memang dapat menghadirkan antusias dan massa yang besar. Olahraga rakyat satu ini juga dapat melahirkan berbagai kisah unik dan dapat menyentuh berbagai aspek, termasuk dalam ranah yang bersifat politis. Sepak bola dapat menjadi alat pemersatu, atau bahkan sebaliknya dapat menjadi penyebab timbulnya konflik, baik pada tingkat masyarakat paling bawah atau sampai menyebabkan ketegangan antar negara sekalipun.

 

Baru-baru ini masyarakat Indonesia dibuat marah dengan kepemimpinan wasit saat pertandingan Indonesia vs Bahrain pada tanggal 10 oktober yang lalu. Bagaimana tidak, keputusan wasit memperpanjang durasi waktu pertandingan yang seharusnya selesai pada menit ke 96, justru dibiarkan sampai Indonesia kebobolan pada menit ke 99. Tentu keputusan ini sangat merugikan Timnas Indonesia yang sebelumnya sudah unggul dengan skor 2-1.

 

Tindakan wasit tersebut mendapat berbagai kecaman dari masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat mencaci maki dan memenuhi kolom komentar akun-akun instagram yang berhubungan dengan Timnas Bahrain, AFC, FIFA, dan bahkan sampai menyebabkan akun instagram wasit Ahmed Al Kaf menghilang dari kolom pencarian. Merupakan respon wajar dari masyarakat sebagai bentuk protes atas kepemimpinan wasit yang dianggap tidak wajar dan merugikan Timnas Indonesia.

 

Gengsi Jika Kalah dari Indonesia

Tahun ini menjadi kesempatan emas bagi Timnas Indonesia untuk bisa lolos ke piala dunia, sebab jika berhasil mengalahkan Bahrain peluang Indonesia untuk dapat merasakan atmosfer berlaga di piala dunia semakin terbuka lebar. Apalagi saat ini, skuad Timnas Indonesia diisi oleh pemain-pemain yang berkualitas. Sedangkan bagi Bahrain, kekalahan dari Timnas Indonesia justru merupakan mimpi buruk yang memalukan.

 

Perbedaan peringkat antara Indonesia dan Bahrain yang terpaut cukup jauh, yaitu peringkat 129 bagi Indonesia, sedangkan Bahrain berada di peringkat 76, tentunya menyebabkan Timnas Bahrain seolah-olah berada di atas awan. Apalagi pada pertandingan sebelumnya Timnas Indonesia dapat dikalahkan secara melakukan dengan skor akhir 10-0 pada kualifikasi piala dunia 2014, tepatnya pada 29 februari 2012. Sehingga bukan hal aneh jika mereka mati-matian agar tidak kalah dari Timnas Indonesia.

 

Dapat Menyebabkan Kebencian Etnis

Di dalam sepak bola, tidak hanya sebatas ketika pertandingan berlangsung, tetapi juga sebelum dan sesudahnya. Melihat respon atas kekecewaan masyarakat Indonesia, khususnya di sosial media, dapat menyebabkan kebencian atas etnis tertentu di Indonesia semakin meluap. Negara Bahrain dan wasit yang berasal dari Oman secara etnis mayoritas diisi oleh bangsa Arab.

 

Melihat fenomena di Indonesia sekarang, isu etnis Arab ini dapat menyebabkan ketegangan di dalam masyarakat. Tim lawan dan wasit yang sama-masa berasal dari timur tengah dapat dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk memupuk rasa kebencian terhadap orang Arab. Apalagi saat ini sedang ramainya tentang isu Habib di Indonesia, yang bagi sebagian kelompok dianggap bukan merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW.

 

Lebih jauh, jika rasa kebencian terhadap orang Arab ini semakin besar, maka dapat memungkinkan terjadinya ambivalensi Islam dalam masyarakat Indonesia, karena bagi masyarakat awam, Arab secara umum merupakan representasi dari Islam.

 

Dampaknya Bagi Masa Depan Politik Indonesia

Isu yang berasal dari sepak bola ini tidak boleh dianggap remeh. Sepak bola memiliki penggemar yang sangat besar di Indonesia, artinya ada mobilisasi massa yang mungkin dapat dilakukan. Dalam kajian ilmu politik, jumlah massa yang besar dan kemampuan untuk memobilisasinya adalah anugrah bagi setiap pihak yang sedang memperebutkan kekuasaan.

 

Melihat pilpres 2024 yang lalu, ketika salah satu calon Presiden, yaitu Anies Baswedan diterpa isu sebagai bukan asli pribumi hanya karena mempunyai garis keturunan dari Yaman yang mayoritas masyarakatnya adalah etnis Arab. Isu ini ramai diangkat ketika pilpres yang lalu, tentu saja tujuannya adalah untuk menurunkan elektabilitas calon. Terbukti Anies Baswedan kalah pada pilpres 2024.[***]

 

Oleh: Ibrayoga Rizki Perdana, S.A.P

Mahasiswa Magister Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada

 

 

 

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com