Paham feminisme sering kali diartikan sebagai gerakan yang memperjuangkan hak-hak perempuan yang selama ini selalu dikesampingkan atau tidak sama dengan hak kaum laki-laki. Feminisme saat ini menjadi aliran yang sangat digandrungi bahkan menjadi trend oleh banyak perempuan di belahan dunia termasuk negara Indonesia. Trend perempuan independent tanpa terikat dengan kaum laki-laki, tidak mau menikah hingga tidak ingin memiliki anak menjadi hal yang yang keren di kalangan perempuan penganut paham feminisme. Bagi mereka, hidup bergantungan dengan laki-laki, hamil dan melahirkan merupakan suatu kebodohan. Hal tersebutlah yang harus di jauhkan pada pada saat ini karena dapat merusak peradaban dunia. Trend-trend tersebut ialah trend feminisme yang dibawa oleh negara Barat.
Sejauh ini terdapat beberapa trend feminisme yang bertolak belakang dengan adat istiadat atau nilai-nilai keislaman yang ada di negara Indonesia, yang notabene negara yang menganut ajaran-ajaran Islam di kehidupan sehari-hari. Dampak positif dan dampak negatif dari paham feminisme ini harus lebih dikaji lebih dalam agar tidak timbul kesalahpahaman dari segelintir orang. Dewasa ini masih banyak orang yang salah paham mengenai arti dari feminisme tersebut. Feminsime sering kali diartikan sebagai paham yang menyerang kaum laki-laki dan menetang kodrat seorang perempuan.
Namun, pada kenyataannya feminisme tidak seluruhnya negtif ataupun sebaliknya. Ya, meskipun ada beberapa gerakan feminisme yang cenderung menyalahi qodrat seorang perempuan. Perempuan dibebaskan memilih pekerjaan yang mereka sukai, perempuan dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya seperti sekarang ini tidak terlepas dari adanya gerakan kaum feminis Barat. Namun, disamping itu juga kita tidak boleh terlalu fanatik dalam menganut suatu faham sampai menyalahi aturan-aturan yang ada.
Disini yang ingin saya katakan bahwa feminisme dapat menjadi paham yang positif dan paham yang negatif tergantung pada pribadi yang menyikapi dan menganutnya. Paham feminisme barat yang mengharuskan perempuan selalu berada di atas laki-laki, berdiri sendiri tanpa menikah dan punya anak adalah paham feminisme Barat yang tidak boleh dikembangkan dan dianut di negara Indoensia karena dapat merusakan peradaban dunia. Pada kenyataannya fitrahnya seorang perempuan ialah menjadi seoranng istri yang patuh terhadap suami dan menjadi seorang ibu karena melahirkan serta mendidik anak-anaknya.
Pada awal kemunculan paham feminisme ini tidak ada yang salah dari apa yang diusung oleh aktivis femisnie baratpada masa lampau, tetapi kian hari paham tersebut menyimpang sehingga banyak orang-orang menggap paham feminisme adalah paham yang menjadikan perempuan di atas segala-galanya. Pada kenyataannya sebelum adanya emansipasi dan kebebasan perempuan dalam mengambil peran di kehidupan sehari-hari ada seorang perempuan Jawa yang berada dalam kungkungan adat isitiadat feudal pada masa lalu yaitu R.A Kartini. R.A Kartini menggagas ide-ide tentang hak, kesetaraan dan kedudukan kaum perempuan yang sebenarnya. Apa yang digagas oleh R.A Kartini mengenai perempuan itulah yang sebenar-benarnya hak kaum perempuan. R.A Kartini mengangkat suatu paham feminisme yang berbeda dari apa yang dikembangkan Feminsime Barat. Feminisme yang diusung oleh R.A Kartini ialah feminsime yang memperjuangkan hak-hak, harkat martabat seorang perempuan yang sesungguhnya tanpa membrontak dan menyalahi qodrat seorang perempuan serta nilai-nilai agama. Tuntutan R.A Kartini terhadap hak-hak perempuan bukan semata-mata untuk menyaingi laki-laki melainkan untuk menjadi pendidik generasi yang akan mendatang dan menjadi teman diskusi bagi laki-laki untuk memajukan bangsa dan membangun peradaban.
Adanya perempuan pada instansi-instansi pemerintahan dan perempuan-perempuan yang dibebaskan memilih pekerjaan tidak terlepas dari adanya perkembangan paham femisnime yang diusung oleh R.A Kartini. Hal yang paling menojol dari ide femisnime R.A Kartini ialah di bidang Pendidikan. Kartini lebih memfokuskan kesetaraan dibidang pendidikan, menurutnya jika perempuan di berikan pendidkan yang tinggi dan berwawasan luas maka keberhasilan perempuan mendidik anak-anaknya jauh lebih besar.
Saya sangat sepakat dengan apa yang dikemukakan R.A Kartini di dalam-surat-suratnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa perempuanlah yang melahirkan dan perempuanlah yang banyak berperan aktif dirumah dalam mendidik anak, maka anak yang dididik harus mendapatkan pendidikan utama dari seorang ibu yang cerdas untuk menjadikan anak yang cerdas, yang dampaknya sampai ia besar dan dapat ikut dalam memajukan peradaban dunia serta membanggakan bangsa dan negaranya.
Perempuan yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas seperti yang kita ketahui kecerdasan seorang anak menurun dari gen seorang ibu. Sampai saat ini banyak perempuan berperan penting dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara di belahan dunia. Perempuan mengambil peran sebagai pribadi, ibu yang mendidik anaknya dan sebagai istri yang melayani suami.
Disini saya katakan, meski R.A Kartini seorang yang menganut paham feminisme dan mengusung gagasan femisnime di dalam surat-surat yang dikirim kepada sahabatnya, tidak sedikit pun R.A Kartini menganut feminisme barat yang ektrem, memberontak dan menyalahi aturan serta nilai-nilai agama yang ia anut. Kartini menggagas paham feminisme yang sesuai dengan kedudukan perempuan yang sebenarnya, hak perempuan dalam mendaptkan pendidikan yang setara dengan laki-laki, hak perempuan yang dalam memilih pekerjaan yang ia sukai dan hak perempuan membantu apa yang dibutuhkan oleh suami mereka. Gagasan feminisme Kartini tersebut belum banyak yang mengetahui dengan keseluruhan maka kita harus jelih dalam menganut paham-paham yang sekiranya dalam merusak adat atau nilai-nilai yang ada di negara kita.
Penulis : Romi Oktarian Novasar
Mahasiswi Program Studi Ilmu Politik
Fisip UIN Raden Fatah Palembang