DULU petani Muara Enim nyetrum sawah kayak nyolok hape ke powerbank, sekarang cukup bilang, “Matahari, tolong!” dan air langsung ngalir, Kamis (16/10/2025) kemarin, Gubernur Sumatera Selatan H. Herman Deru meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Irigasi di Desa Matas dan Desa Tanjung Karangan, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim sekaligus, Gubernur bagi-bagi hadiah Lomba Desa dan Kelurahan 2025. Wah, datangnya kayak “paket hemat” peresmian plus hadiah.
Masyarakat Muara Enim langsung sumringah, coba pikirkan dari dulu kalau mati lampu, air sawah berhenti, hati petani ikut kering, sekarang cukup buka mata, matahari bekerja, sawah tersiram otomatis sehingga Padi pun kayak bilang, “Makasih ya, Pak Gub! Aku nggak bakal layu lagi”. Gubernur Herman Deru pun bilang, “Kalau dulu irigasi pakai kabel listrik biasa, sekarang cukup tenaga surya. Kalau dimanfaatkan optimal, ini bantu petani dan dukung Sumsel jadi penghasil beras nomor wahid”.
Bupati Muara Enim pun nggak kalah sumringah. “Kehadiran Pak Gub hari ini jadi semangat buat kami, agar Muara Enim semakin maju dan sejahtera,” ujarnya.
Betul pepatah lama bilang, “Air tenang menghanyutkan,” tapi sekarang air sawah pun bisa tenang, produktif, dan… bikin ngakak saking gampangnya nyiram sawah.
Tapi santai dulu. Meski ini keren banget, kritik santun tetap perlu, jangan sampai PLTS Irigasi cuma jadi pajangan sawah, matahari tersenyum, petani bingung, pompa diam. Harus ada monitoring, pelatihan petani, dan pemeliharaan rutin. Kalau nggak, proyek canggih ini bisa jadi kayak gitar listrik tanpa baterai, hanya enak dilihat tapi nggak bunyi.
Kalau ngintip dunia, beberapa negara sudah lebih dulu main PLTS irigasi, seperti India, Gujarat punya Desa-desa pakai PLTS untuk irigasi, air ngalir terus walau listrik PLN mogok, Kenya ada solar water pump bikin ladang jagung dan sayur nggak terganggu mati lampu, Spanyol juga punya ladang tomat dan zaitun pakai panel surya, biaya operasional turun 30% dan Brazil punya perkebunan tebu dan padi pakai PLTS, sehingga ketahanan pangannya semakin kuat.
Dari situ kelihatan tren global, karena energi surya langsung nyentuh petani, bukan cuma atap mall atau gedung kantor, kondisi ini membuat Muara Enim bisa jadi pionir Sumsel. Tapi perlu diingat, inovasi nggak boleh cuma dipamerkan. Sistem harus terintegrasi, petani terlatih, data produktivitas tercatat, kalau nggak, matahari senyum, petani garuk-garuk kepala.
Oleh karena itu, Muara Enim bisa bikin smart farming sekalian, dan gabungin PLTS, sensor kelembapan tanah, aplikasi monitoring sawah. Jadi, teknologi nggak cuma siram air, tapi juga kasih info ke petani. Bayangin nantinya padi bisa ngirim laporan ke hape kita, “Pak, air cukup, pupuk aman, aku tumbuh subur”.
Bayangin, warga dulu ribet banget kalau mati lampu, harus pinjam colokan tetangga, sambil bilang, “Listriknya lagi ngambek, bro!”, sekarang? matahari cukup tersenyum, air ngalir, petani bisa santai sambil ngopi. Ini teknologi yang bikin ngakak sekaligus kagum.
Dan PLTS Irigasi Muara Enim ini bukan cuma proyek keren, tapi revolusi sawah, karena ibaratnya matahari itu, jadi tukang siram, petani tersenyum, sawah produktif. Ini simbol kolaborasi pemerintah provinsi, kabupaten, dan dunia usaha untuk energi hijau nyata.
Sekali lagi, dari Muara Enim, kita bisa belajar dan kemajuan bisa dimulai dari desa, dengan sedikit humor, inovasi, dan matahari yang nggak pernah absen.
Jadi kalau ada yang bilang sawah itu kuno, jawab aja “Coba lihat Muara Enim, sawah bisa bercanda sama matahari!”. Ingat pepatah lama “Tak ada rotan, akar pun jadi”, di sinilah, tak ada listrik PLN, matahari pun jadi.[***]