Pertambangan & Energi

Harga Lebih Rendah, Riau Miliki PLTGU

PROVINSI Riau memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap setelah pada Kamis lalu, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meresmikan perusahaan tersebut.

Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Riau itu berkapasitas 275 megawatt (MW) yang berlokasi di Kawasan Industri Tenayan, Pekanbaru, Riau. Harga jual tenaga listrik PLTGU Riau ini adalah USD6,49 sen per kWh atau lebih rendah dari BPP setempat.

Berdiri di atas lahan seluas 9,1 hektare, PLTGU Riau masuk dalam Proyek Strategis Nasional. Dengan investasi sekitar USD290 juta, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di proyek ini mencapai 34% serta mampu membuka lapangan kerja bagi sekitar 2.072 tenaga kerja Indonesia dan 47 warga negara asing.

Kapasitas listrik yang dihasilkan oleh PLTGU Riau ini dapat melistriki sekitar 360 ribu pelanggan rumah tangga dengan daya 900 VA. Tak hanya perkuat pasokan listrik, pembangunan PLTGU ini juga disebut lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang lebih kecil.

Dengan beroperasinya PLTGU Riau, daya mampu sistem kelistrikan Sumatra akan meningkat menjadi 7.266 MW dengan beban puncak mencapai 6.823 MW, sehingga cadangan sistem kelistrikan Sumatra menjadi 443 MW. PLTGU Riau sendiri dikembangkan oleh PT Medco Racth Power Riau, anak usaha patungan antara PT Medco Power Indonesia bersama RATCH Group Public Company Limited.

“Saya berharap Medco Ratch Power bisa mengoperasikan proyek ini dan menjaga pembangkit listrik ini dengan sebaik-baiknya,” pungkas Menteri Arifin.

Saat ini pemerintah fokus pada upaya transisi energi. Hal ini merupakan strategi panjang seluruh bangsa di dunia untuk menekan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), dan mencapai net zero emission (NZE), agar dapat meminimalisir perubahan iklim. Oleh karena itulah, saat ini gas dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai jembatan menuju 100% energi baru terbarukan (EBT).

Menteri ESDM mengatakan, Indonesia masih memiliki potensi gas yang cukup banyak sekaligus menjadi komoditi energi yang penting, terutama dalam mendukung proses transisi energi. Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), jumlah cadangan terbukti gas alam RI hingga 31 Desember 2021 tercatat mencapai 42,93 triliun kaki kubik (TCF).

Dengan asumsi produksi gas sebesar 6.000 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), maka cadangan terbukti gas ini masih cukup untuk sekitar 19,6 tahun ke depan. Sementara itu, menurut catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, per 2017 Indonesia diperkirakan memiliki potensi cadangan gas alam atau gas bumi sebesar 142.7 TSCF, dengan 100.36 TSFC cadangan gas alam yang telah terbukti, dan cadangan potensial gas alam sebesar 42.36 TSCF.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga telah mencatat beberapa proyek besar gas alam yang telah didirikan di Indonesia. Antara lain, Blok A Aceh yang memiliki cadangan gas alam sebesar 0.56 TSCF, East Natuna yang memiliki cadangan gas alam sebesar 46.00 TSCF.

Kemudian Jambaran Tiung Biru (JTB) yang memiliki cadangan gas alam sebesar 1.20 TSCF, IDD dengan cadangan gas alamnya sebesar 2.32 TSCF, Merakes dengan cadangan gas alam sebesar 0.81 TSCF. Ada juga Tangguh Train 3 dengan jumlah cadangan gas alam sebesar 5.7 TSCF, Asap-Kido-Merah dengan jumlah cadangan gas alam sebesar 1.49 TSCF. Yang terakhir Abadi dengan jumlah cadangan gas alam sebesar 10.73 TSCF. “Emisi yang dikeluarkan dari sumber energi fosil, antara lain batu bara, emisi buangnya itu dua kali lipat dibandingkan dengan gas,” jelas Menteri ESDM.

Dalam kesempatan itu Menteri ESDM menekankan pentingnya harga energi yang terjangkau, selain untuk kepentingan masyarakat, juga untuk kepentingan industri. “Dengan harga energi listrik yang kompetitif akan memberikan dorongan invetasi masuk ke dalam negeri. Ini yang penting. Untuk itu, jangan lupakan untuk selalu meningkatkan efisiensi dalam pengoperasian pembangkit ” sambung Menteri ESDM.

Membangun pembangkit yang ramah lingkungan merupakan wujud komitmen Indonesia terhadap energi bersih kepada dunia internasional dengan target net zero emmision pada 2060. “Indonesia akan berupaya mencapai target net zero emission di 2060, yang artinya akan ada 1,5 Giga Ton CO2 yang harus kita lenyapkan dengan berbagai macam cara. Salah satunya, dengan pemanfaatan energi baru terbarukan yang kita ketahui semua. Kita memiliki sumber energi baru terbarukan yang bersih cukup besar dengan potensi yang mencapai ribuan gigawatt dan kita baru memanfaatkannya sedikit saat ini,” jelas Arifin.

Selain potensi energi terbarukan yang besar, Indonesia juga saat ini masih memiliki gas yang potensinya cukup besar yang perlu diupayakan pemanfaatannya sebagai transisi energi dari fosil ke energi terbarukan. “Gas ini komoditas yang penting terutama untuk mendukung proses transisi energi, dari energi fosil berat ke menuju medium kemudian ke zero,” lanjut Arifin.

Selain energi bersih, saat ini yang menjadi tantangan adalah bagaimana menghasilkan energi murah, selain terjangkau oleh masyarakat juga dapat mendorong investor menanamkan investasinya di Indonesia. “Yang sangat penting lagi, kini kita harus bisa mengupayakan bagaimana energi ini bisa murah, listrik ini bisa murah selain untuk kepentingan masyarakat juga untuk kepentingan industri karena dengan competitiveness-nya harga energi ini akan memberikan dorongan investasi untuk bisa masuk kedalam negeri. Untuk itu kita jangan melupakan efisiensi pengoperasian unit-unit pembangkit listrik kita,” sambung Arifin.

Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyatakan, pengoperasian pembangkit yang masuk dalam proyek 35 ribu MW ini menjadi bukti keberhasilan kolaborasi strategis antara PLN dengan produsen listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dalam penyediaan listrik nasional.

“Ini merupakan hari bersejarah, di mana kita semua dalam proses tiga tahun ini telah bersama-sama dan berkolaborasi hingga pembangunan PLTGU telah berhasil dituntaskan dan kini bisa beroperasi,” ujar dia.

Hadirnya PLGTU juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat serta menjadi titik awal untuk mengoptimalkan potensi daerah. “PLTGU ini beroperasi tentu listrik semakin andal dan berkualitas. Itu artinya PLN semakin siap menyambut masuknya investor dan siap memenuhi peningkatan konsumsi listrik masyarakat ke depan,” terangnya.

Darmawan juga menyatakan, kesiapan PLN untuk berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Riau untuk mendukung kemajuan daerah. “Baik itu pembangunan kawasan ekonomi baru, industri baru, atau juga kawasan industri khusus yang ada dalam perencanaan Provinsi Riau,” tambah Darmawan.Indonesia.go.id (***)

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com