Sumselterkini.co.id, Palembang – Pengguna Tol Palindra (Palembang-Indralaya), Agussalim, mengalami kejadian yang merugikan. Saat membeli kuota tol Sabtu (22/12/2018) sebesar Rp 100 ribu, ternyata hanya diisi Rp 50.000. Saat komplain, Selasa (25/12/2018) dia justru mengaku dilecehkan.
Karenanya, pimpinan Majalah Torang yang terbit di Kayuagung ini pun berencana akan mempolisikan pihak pengelola tol, dalam ini Manajer Gerbang Tol Palindra, Dikky Fatrin, SH yang menolak komplainnya dan dinilai melecehkan dirinya. “Kejadiannya Sabtu (22/12/2018) sekitar pukul 18.30, saya mengisi kartu tol sebesar Rp 100.000.
Ternyata, dua hari kemudian baru diketahui kalau hanya diisi sebesar Rp 50.000. Saya merasa dirugikan. Saat komplain, saya malah dilecehkan. Bahkan, manajer yang dihubungi petugas lewat handphone saat saya komplain, justru menolak permintaan untuk mengisi kekurangan tersebut,” ujar Agus Salim.
Diakui Agussalim, dia baru mengetahui bahwa kuota yang diisinya kurang, saat akan masuk tol pada Senin (24/12). Dua hari kemudian, dia saat lewat tol kembali mengecek pembelian tanggal Sabtu (22/12) pukul 18.30. Saat diprint, benar hanya diisi Rp 50.000 oleh petugas. Padahal, dirinya saat itu memberikan uang Rp 100.000.
Menurutnya, sangat disesalkan pejabat tertinggi di tol gerbang Palindra dengan berbagai dalih tidak mau mengembalikan uang Rp 50.000 tersebut. Padahal sudah nyata selip hanya diisi Rp 50 ribu.
Dia menjelaskan Agussalim, pejabat yang berwenang Dikky, enggan memanggil petugas saat itu yang mengisi kuota, bernama Agus.
Ketika komplin, Agus berbicara awalnya halus minta pulangkan atau tambah pulsa Rp 50 ribu. Saat dia komplain diterima oleh Reza, yang kemudian memberikan no HP Dikky “Saat itu dia mengatakan tidak akan menambah pulsa atau mengembalikan kekurangan tersebut.
Hingga saya mau katakan akan beritakan kejadian ini. Dengan sombong dan angkuhnya manejer tol itu mengeluarkan kata kasar dan mempersilahkan beritakan,” paparnya.
Atas kejadian ini, menurut Agus, dirinya akan berkoordinasi dengan Ketua PWI Sumsel H. Oktaf Riyadi, SH selanjutnya akan melaporkan manajer Tol Palindra, Dikky ke Polda Sumsel karena dinilai telah meremehkan profesi wartawan.
Ketua PWI Sumsel, H Octaf Riyadi ketika dikonfirmasi menyatakan sebaiknya kalau bisa diselesaikan secara musyawarah. “Tapi kalau Agus merasa dilecehkan profesinya adukan saja ke polisi. Kami siap dampingi,” ujarnya.
Sistem Sudah Oke
Manajer Tol Palindra, Dikky Fatrin SH ketika dikonfirmasi Rabu (26/12/2018) menyatakan bahwa sistem yang ada di tol Palindra sudah sangat oke. “Tetapi, kami bisa memberi kebijakan jika pengguna menghdapi berbagai masalah. Misal tidak bawa uang tunai, atau ATM-nya bermasalah. Sudah sering, dengan kebijakan ini, pengguna kami bantu. Dengan berita acara, bisa saja pengguna lancar melewati tol, dengan meninggalkan SIM atau KTP yang masih berlaku. Nantinya, bisa diambil kembali. Intinya, sistem yang ada memberi peluang kepada dirinya untuk mengambil kebijakan,” ujarnya ketika ditemui di RM Sederhana depan Mapolda Sumsel.
Saat itu, dia didampingi stafnya Reza, dan saudaranya yang bertugas di Provost Polda Sumsel bernama Andika. “Saat itu, memang ada Pak Agus komplain kepada petugas di pintu tol. Yang menerimanya, saudara Reza yang mendampingi saya ini,” ujarnya.
Ketika itu, Pak Agus meminta bertemu dengan pejabat yang paling tinggi. Karena dirinya saat itu libur, Reza menelpon dirinya. “Saya juga menyediakan kartu nama di pintu tol itu, sehingga kalau ada yang komplain bisa langsung menghubungi saya. Memang saat itu,tidak bisa diputuskan untuk mengisi ulang atau menambah kekurangan kuota sesuai yang disampaikan pelanggan. Pertama, kejadiannya sudah beberapa hari. Kenapa tidak saat kejadian. Karena, mestinya kalau pengguna cerdas, begitu masuk tol kan terlihat berapa saldonya,” jelasnya.
Yang kedua, petugas pengisi juga tidak ingat lagi, apakah memang pelanggan menyerahkan uang Rp 100.000 atau Rp 50.000. “Saya tanyakan kepada petugas saat itu, Agus, apakah pelanggan menyerahkan uang sesuai komplainnya. Dalam sehari saja ada ribuan kendaraan yang keluar masuk tol, jadi tak mungkin ingat,” tambah Reza menjelaskan.
Dikky juga menegaskan, pihaknya tidak membela petugasnya. “Karenanya, saat itu dia minta pelanggan menghubunginya. Dan mengetahui persoalan tersebut, saya menawarkan kepada pelanggan untuk bertemu dulu. Dan diminta menunggu, biar jelas persoalannya.
Namun yang bersangkutan tidak bersedia dan bersikeras agar tuntutannya dipenuhi,” papar alumni FH Unsri ini.Dia mengakuinya, seharusnya memang ada CCTV di lokasi pengisian kuota tol tersebut.
Sehingga bisa diketahui peristiwa yang terjadi. Kalau memang petugas salah, pihaknya tidak segan memberikan sanksi. Baik berupa peringatan ataupun sanksi lain.
Ditanya soal dugaan pelecehan wartawan, Dikky mengaku tidak ada merasa melakkan pelecehan. “Saya menawarkan untuk bertemu dahulu. Karena yang bersangkutanmengancam akan memberitakan, sementara dia tidak bersedia bertemu, ya saya katakan silakan saja beritakan,” tambahnya.
Terkait ancaman pengguna tol yang akan melapor polisi, Dikky juga menyatakan, pihaknya juga masih melihat perkembangan, kemungkinan juga akan mengambil tindakan terkait peristiwa tersebut. “Tapi itu tergantung kebijakan pimpinan. Kami masih adapimpinan lagi, Pak Edison,” ujarnya. (**)
Penulis : Sir