KEPALA Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kenten, Nuga Putrantijo dalam paparannya mengatakan kabut asap yang menyelimuti kota Palembang memang cukup pekat jika dibanding dengan sehari sebelumnya. Namun dia menegaskan tidak ada pernyataan yang signifikan mengenai jumlah hotspot di wilayah Sumsel.
“Penyebabnya adalah arah angin, dimana angin dominan dari arah timur dan kiriman asap dari perbatasan daerah Jambi. Kondisi suhu dipermukaan lebih dingin dari udara atas, sehingga asap yang diatas turun, itu juga yang menyebabkan asap turun ke bawah,” tegas Nuga, Senin [14/10/2019].
Ia juga mengungkapkan, kemarau pada tahun 2019 ini lebih kering jika dibanding dengan kemarau pada tahun 2018, oleh sebab itu kondisi yang ada saat ini memerlukan perhatian dari semua pihak.
“Yang kami amati adalah debu/ partikulat (PM 10) indikator dari ISPU, dibeberapa tempat PM 10 meningkat yang berhak mengeluarkan kondisiudara sehat ataupun tidak sehat adalah KLHK maupun Dinkes,” pungkasnya.
Sementara Sekda Pemprov Sumsel, Nasrun Umar menyatakan Pemprov Sumsel sudah cukup tanggap dalam mengatasi bencana karhutlah, bahkan jauh hari dari prediksi puncak musim kemarau akan terjadi pada bulan Februari 2019, gubernur telah mengluarkan statemen darurat asap dan membentuk satgas khusus sebelum terjadinya musim kemarau.
“Ini adalah bencana, upaya kita sudah maksimal karena itu masyarakat juga kita ajak untuk menyikapi bencana ini dengan hati yang dingin. Jangan saling salahkan agar bencana ini segera dapat diatasi. Dan yang terpenting perbanyak berdoa agar hujan segera turun,” tandasnya.[**]
Penulis : one