ORANG tua zaman dulu sering bilang, “Belajarlah yang rajin biar bisa kerja di bank”. Eh, ternyata zaman sekarang malah kebalik yang kerja di bank lagi belajar dari anak muda gimana cara bikin aplikasi keuangan yang user friendly.
Begitulah realitanya di era digital, dunia keuangan sekarang udah kayak TikTok yang cepat, kreatif, dan bisa adaptasi dialah yang bakal naik FYP ekonomi nasional!.
Oleh sebab itulah, kenapa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) getol banget ngadain Sultan Muda Digination Fest 2025 di Palembang, bukan cuma acara gaya-gayaan, tapi ajang nyalain otak dan nyetrum semangat para generasi digital natives supaya mikir, “Gimana caranya bikin duit dari ide, bukan dari rebahan?”.
Begini ceritanya, otoritas Jasa Keuangan alias OJK baru saja gelar acara kece badai bernama Sultan Muda Digination Fest 2025 di Palembang.
Isinya? anak-anak muda berotak encer tapi dompet tipis dikumpulin, dikasih ilmu supaya bisa nyari duit bukan cuma dari scrolling reels, tapi juga dari ngoding, ngide, dan ngabisin kuota buat hal produktif.
Kepala Eksekutif OJK, Hasan Fawzi dalam keterangan rilis di laman resmi OJK kemarin ngomongnya dalem banget, kata beliau, “Inovasi bukan soal canggihnya teknologi, tapi soal siapa yang bisa ikut menikmati manfaatnya”.
Nah.. lho!, jadi percuma HP kameranya tiga kalau isinya cuma selfie di kasur, menurut Hasan, sekarang bukan zamannya lagi kita kagum sama robot, tapi gimana caranya teknologi bisa bantu orang kampung, petani, atau pedagang gorengan ikut naik kelas dalam dunia keuangan.
Dia juga nyentil hal penting, karena kemajuan itu bukan diukur dari berapa banyak startup yang lahir, tapi dari berapa banyak perut yang kenyang karena startup itu, jleb banget, kan?, ini bukan ceramah agama, tapi kalau direnungin bisa bikin kita insaf dari dosa rebahan.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumsel, Cik Ujang, nggak mau kalah, katanya, OJK ini keren banget, karena bantu nyiapin generasi muda jadi Sultan beneran, bukan sultan modal sticker WhatsApp.
“Program Sultan Muda ini sejalan dengan misi Pemprov Sumsel membentuk SDM unggul dan melek keuangan digital,” ujarnya.
Bah!, ini kayak pelajaran ekonomi tapi dibungkus gaya anak tongkrongan, coba bayangin, anak-anak muda yang dulunya sibuk minta “link biru ShopeePay”, sekarang bisa jadi pelaku ekonomi digital yang bantu UMKM naik level.
Bahkan dari festival ini juga lahir dua model bisnis baru yang diluncurkan OJK, Pemeringkat Kredit Alternatif (PKA) dan Penyelenggara Agregasi Jasa Keuangan (PAJK).
Kedengarannya ribet, tapi intinya dua-duanya ini kayak matchmaker finansial, bantu orang yang susah dapet pinjaman ketemu sama lembaga yang mau ngasih pinjaman.
Acara ini gila-gilaan, diikuti 4.500 peserta dari berbagai daerah di Sumsel. Ada yang ikut seminar, expo, sampai Digination Run (yang katanya lari sih, tapi banyak juga yang selfie di garis start.
OJK bilang ini bakal jadi langkah menuju target 100.000 Sultan Muda Sumsel, alias anak muda yang bukan cuma tajir di dunia maya, tapi juga punya nilai ekonomi nyata.
Nah, pelajarannya apa, pemirsa?,kalau dulu ada pepatah, “Hemat pangkal kaya”, sekarang versi upgrade-nya adalah “Inovatif pangkal cuan”.
Generasi muda yang melek teknologi tapi nggak punya arah itu ibarat motor listrik tanpa baterai, keren, tapi nggak bisa jalan.
OJK lewat program Sultan Muda ini lagi nyetrumin semangat itu lagi, biar anak muda nggak cuma jadi penonton ekonomi digital, tapi pemain utama.
Oleh karena itu “Zaman sekarang, yang gaptek bukan cuma ketinggalan zaman, tapi ketinggalan peluang”.
Jadi, daripada terus rebahan sambil ngeluh harga ayam naik, mending mulai mikir, gimana caranya ayam rebus bisa dijual via e-commerce dengan sistem preorder digital dan QRIS payment, karena, kata OJK, masa depan itu milik mereka yang bukan cuma punya sinyal, tapi juga punya niat.[***]