MISALNYA ada sebuah warung kopi di pojokan desa, namanya “Kopi Kredit Syariah”. Warung ini dikelola koperasi, setiap kali warga mau ngutang, si ketua koperasi nyatet pakai buku tulis, kadang malah pakai ingatan doang, akibatnya, begitu ditagih, ada yang bilang, “Lho, kemarin saya sudah bayar lho, Pak Ketua. Ingat nggak?” Si ketua bengong, “Bayar? Bayar pakai doa, ya?”
Inilah drama klasik koperasi desa pencatatan manual, penuh drama, rawan lupa, dan kadang rawan “disenggol-senggol” alias diselewengkan. Nah, di sinilah SiKopdes (Sistem Informasi Kopdes Merah Putih) masuk sebagai superhero digital. Kalau warung kopi tadi punya kasir digital, semua transaksi tercatat otomatis, nggak bisa ngeles.
Kalau dulu koperasi ibarat pakai lampu petromaks terang tapi asapnya bikin mata pedih sekarang lewat SiKopdes, semua bisa terang benderang tanpa asap. Monitoring realtime ini seperti pasang CCTV keuangan siapa yang ngutang, siapa yang setor, siapa yang nunggak. Jadi nggak ada lagi istilah “uang koperasi hilang ketelen setan”.
Untuk dunia keuangan, transparansi itu harga mati. Investor, perbankan, hingga pemerintah cuma percaya sama data, bukan janji manis. Makanya, Menkop sampai bilang bahwa SiKopdes jadi syarat wajib pengajuan pembiayaan koperasi desa. Artinya, koperasi yang nggak mau go digital, ya siap-siap ditinggal zaman.
Pernah ikut arisan?, biasanya uang muter dari satu rumah ke rumah lain. Nah, koperasi desa itu kurang lebih mirip, tapi skalanya lebih gede. Bedanya, kalau pakai SiKopdes, arisan itu naik kelas jadi seperti aplikasi fintech. Semua tercatat, bisa dipantau, bahkan bisa diaudit kapan saja.
Coba bayangkan, kalau dulu ibu-ibu arisan suka ribut karena ada yang lupa setor, sekarang semua bisa dicek realtime. Siapa yang setor, siapa yang ngemplang, siapa yang rajin bayar. Transparan, nggak ada dusta di antara kita.
Satu lagi masalah klasik koperasi biaya logistik mahal dan distribusi berbelit-belit, ibarat jalan desa penuh lubang, makin jauh makin capek. Nah, koperasi digital lewat SiKopdes ini bisa memperpendek rantai pasok. Produk dari petani langsung bisa nyampe ke pasar, tanpa harus numpang banyak tengkulak.
Analogi gampangnya begini, kalau dulu beli cabai dari petani ke pasar lewat jalur muter kayak ojek nyasar, sekarang lewat SiKopdes jadi kayak tol trans Jawa, lurus, cepat, jelas tarifnya. Hasilnya? harga cabai lebih stabil, petani senyum, ibu-ibu di dapur nggak perlu marah-marah tiap masak sambal.
Memang ada tantangan besar SDM koperasi masih banyak yang gaptek, bayangin, ada pengurus koperasi yang masih ketakutan tiap kali buka WhatsApp, apalagi harus input data ke SiKopdes. Tapi, pepatah bilang, Alah bisa karena biasa, lama-lama, kalau sering latihan, ya bisa juga.
Makanya, pendampingan dan pelatihan SDM itu kunci. Kalau SDM koperasi bisa upgrade skill, otomatis keuangan koperasi jadi lebih rapi, kredibel, dan siap bersaing dengan lembaga keuangan lain.
Orang Jawa bilang, yen ora melek, bakal kélangan, kalau koperasi desa nggak mau melek digital, ya siap-siap kehilangan peluang pembiayaan. Dunia keuangan sekarang bukan lagi soal siapa yang paling banyak kenalan, tapi siapa yang paling transparan datanya.
Bayangkan koperasi desa itu seperti warung bakso. Kalau warungnya terang, bersih, ada daftar harga jelas, orang pasti percaya dan beli. Tapi kalau warungnya gelap, menunya nggak jelas, harganya berubah-ubah, siapa yang mau makan di situ?, sama dengan koperasi makin transparan, makin dipercaya.
Digitalisasi koperasi desa lewat SiKopdes ini ibarat upgrade dari motor butut ke motor matic terbaru. Lebih kencang, lebih nyaman, lebih irit, dan tentu lebih bergengsi. Bukan cuma soal gaya, tapi juga soal efisiensi dan transparansi.
Di era keuangan digital, koperasi desa harus bisa membuktikan diri, jujur, rapi, transparan, dan modern. Karena ke depan, hanya koperasi yang bisa mengelola keuangannya dengan benar yang bakal dilirik pembiayaan.
Jadi, mari kita tinggalkan drama koperasi ala warung kopi manual, dan sambut era koperasi digital transparan. Ingat pepatah Wani ngalah luhur wekasane, kalau berani berubah, masa depan koperasi desa akan semakin luhur.[***]