Sumselterkini.co.id, Palembang – Gedung Perpustakaan Daerah [Pusda] terletak di Jalan Demang Lebar Daun, Lorok Pakjo, Ilir Barat I, Palembang terlihat dari tampak depan sunyi dan sepi, beragam bunga yang ditanam menghiasi halaman menambah suasana terkesan asri. Namun pengunjung tak perlu merasa takut, karena gedung itu bukan gedung kosong yang dihuni para ‘dedemit’.
Sumselterkini.co.id, Palembang – Itulah kesan Pusputakaan milik Pemerintah Provinsi Sumsel, dimana tempat para ‘kutu buku’ untuk meluangkan waktunya membaca, mencari literatur atau pun referensi sebuah buku yang dianggap penting.
Pusda lahir pada 1965, namun pada tahun 1989 dibangun lebih nyaman, dan sempurna lagi, agar dapat menarik minat baca para pengunjung di Kota Palembang.
Saat memasuki pintu Pusda tidak sembarang juga, karena pintu menggunakan sistem otomatis, di dalam ruangan juga memiliki Air Conditioner (AC) sehingga membuat pengunjung bertambah nyaman dan sejuk dengan hembusan angin dari alat pendingin ruangan itu.
Para pembaca buku di ruangan pun tampak duduk di kursi yang dilengkapi meja panjang. Semuanya hening dan khusyuk, tanpa ada suara ataupun kelakar yang keluar dari mulut mereka.Di rak-rak yang berdiri di ruang itu, juga terlihat ribuan buku yang tersusun rapi, terlihat satu hingga dua orang berdiri disamping rak buku sembari memilih -milih buku yang mereka cari.
“Setiap harinya, bisa 300- an pengunjung, dengan total kunjungan 6.000 per bulan,” ujar Kasi Layanan dan Otomasi Perpustakaan Pusda Sumsel, Noor Laily, saat dibincangi Rabu (20/2/19).
Lahirnya Pusda puluhan tahun silam, Pusda terus berbenah, baik dari lokasi gedungnya yang pertama di Kebun Duku hingga akhirnya di lokasi sekarang ini.
Pusda sudah memiliki 260.931 judul buku dan 828.310 eksemplar yang sudah di inventarisasi, diolah dan di scan, dengan jenis koleksi buku mulai dari buku ilmu sosial, terapan, teknik, buku fiksi, novel dan berbagai macam buku lain yang bisa mengedukasi masyarakat.
Meski demikian, Pusda sendiri memiliki keprihatinan dengan koleksi buku yang mereka miliki saat ini,lantaran hampir ribuan buku tidak dikembalikan oleh peminjam. “Bahkan ada juga yang dipinjam sejak 2014, hingga kini tidak kembali,”keluhnya.
Sesuai data pinjaman di Pusda, kata Noor, sebanyak 2.763 Buah buku yang jatuh tempo belum dikembalikan oleh peminjam. Buku -buku yang tidak kembali itu, banyak dipinjam sebagian besar oleh mahasiswa.
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pengurus Perda, aku Noor untuk mengatasi masalah buku yang tidak kembali itu, seperti melayangkan surat dinas sampai mendatangi langsung ke tempat tinggal peminjam buku tersebut.
Namun, akunya lagi, tetap saja mengalami jalan buntu, bahkan ada jugai surat dinas yang terpaksa kembali lagi karena peminjam tak lagi berdomisili lagi daerahnya.
Dalam meminjam buku, Noor menbambahkan Pusda menetapkan batas waktu peminjaman selama satu minggu.
Jika masih dipakai, mereka (peminjam) bisa melapor untuk perpanjangan, maksimal 2 kali dengan total lama pinjaman selama 21 hari dan untuk 1 orang itu maksimal boleh meminjam 3 buku.
“Tapi terkadang tetap saja ada sebagian peminjam tidak mengembalikan buku itu. Kami juga masih berharap peminjam datang lagi kesini dan mengembalikan buku itu, kami sudah sangat hargai, berarti mereka punya niat,” jelasnya.
Noor mengatakan, Pusda tetap positif thinking saja menanggapi hal itu, selama buku itu belum di kembalikan berarti buku itu masih berguna bagi peminjam, cuma yang pihaknya menyayangkan peminjam yang melanggari aturan.
Dari beberapa buku yang telah kembali selama ini, urai Noor, peminjam terkadang mengaku posisi buku yang dipinjam itu sudah pindah tangan, sehingga sulit untuk dikembalikan ke Pusda dan kalau pun buku tersebut hilang, buku tersebut memang harus diganti oleh peminjam, dengan judul yang sama.
Terkait masalah denda, Noor mengatakan tidak ada lagi denda yang diberlakukan, “Jadi silahkan saja untuk dikembalikan dan jangan pusing tentang masalah denda itu karena memang tidak ada lagi aturan itu.
“Kami sangat berharap, tolong dikembalikan apabila buku tersebut tidak digunakan lagi, karena mungkin pengunjung lain juga membutuhkan buku – buku tersebut,” terangnya.[**]
Penulis : Faldi