Pendidikan

Wajah Baru Belajar Daring Saat Pandemi

ALIANSI Jurnalis Independen (AJI) Palembang menggelar Outlook Series ke-11 Jurnalis 2021 dengan tema ‘Wajah Baru Pendidikan Sumsel selama Pandemi Covid 19’, Senin (25/1/2021).
Series kali ini mengundang narasumber dari akademisi dan pengamat pendidikan yakni Kepala Biro Humas dan Promosi Universitas Indo Global Mandiri (UIGM) Palembang dan juga akademisi, Isabella, Sekretaris Umum PGRI Sumsel dan juga pengamat pendidikan Palembang, Lukman Haris, serta Kepala Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Palembang, Herman Wijaya.
Hampir setahun belajar diwajibkan secara dalam jaringan atau daring (online), belajar daring ini pun telah ditetapkan di dalam SK 4 Menteri yakni Menteri Agama, Pendidikan, Dalam Negeri dan Kesehatan.
Dilema memang, apalagi siswa sekolah dan mahasiswa tidak bertemu atau bertatap muka langsung dengan tenaga pengajar. Pandemi Covid 19 ini pun menjadi wajah baru pendidikan di Indonesia khususnya di Sumsel.
Kepala Biro Humas dan Promosi Universitas Indo Global Mandiri (UIGM) Palembang dan juga akademisi, Isabella mengatakan yayasan IGM Palembang dari tingkat TK sampai perguruan tinggi, terasa sekali perubahan mendasar dari pola pendidikan karena pandemi Covid 19 ini.
“Ada fenomena menarik yang menjadi kerja keras kita bersama untuk menanggulangi masalah ini, tidak semua masyarakat menerima semua ini. Saya menganggap ini masa peralihan dan harus diubah dengan metode pembelajaran jarak jauh, membutuhkan penyesuaian, adaptasi baik dari mahasiswa, siswa, terlebih lagi guru atau dosennya. Secara keseluruhan perlu kerjasama yang baik antara pemerintah dan sekolah dalam menanggulangi ini,” jelasnya, Senin (25/1/2021).
Ia mengatakan ada sekolah yang memberikan intensif materi salah satunya sekolah IGM, jadwal belajar diubah ke zoom meeting, ada pula guru yang memakai Google Classroom, ada yang pakai e-learning dan berbagai aplikasi lain yang bisa dipakai.
“Namun tidak demikian dengan sekolah lain, ada sekolah yang anaknya itu tidak dapat apa-apa akhirnya orangtua memanggil guru privat, di sini perlu pemerintah tahu kesiapan lembaga pendidikan terutama guru yang harus up to date, melek teknologi agar bisa mengajar secara daring. Kalau di IGM ada pelatihan/training untuk guru sebelum melanjutkan semester baru,” katanya.
Sedangkan untuk di UIGM Palembang pihaknya menyiapkan sistem blended learning. “Pembelajaran jarak jauh di universitas tidak terlalu sulit, seperti di UIGM Palembang. Kami mempersiapkan blended learning kalau misal diperbolehkan tatap muka artinya sebagian mata kuliah tertentu bisa tatap muka tapi sebagian online,” jelasnya.
“Dalam hal penilaian dan pengumpulan tugas untuk mahasiswa pun kami sebagai dosen fleksibel, contoh saat mengumpul tugas. Mereka bisa mengumpulkan jawaban saat sinyal internet bagus dan mengirim melalui email, kebijakan-kebijakan ini bisa dilihat kalau kondisi mahasiswa itu berbeda-beda. Dengan melihat hal ini kami sebagai tenaga pengajar memberikan kemudahan melihat mereka semangat tinggi walau pun harus menghadapi keterbatasan-keterbatasan yang ada saat ini,” ujarnya.
Melihat hal ini, Sekretaris Umum PGRI Sumsel dan juga pengamat pendidikan Palembang, Lukman Haris mau tidak mau masyarakat harus beradaptasi karena yang dihadapi saat ini adalah musibah.
“Ya mau tidak mau kita harus beradaptasi, yang kita hadapi ini adalah musibah. Cara terbaik dan yang harus diterapkan adalah guru harus lebih kreatif dalam mengajar seperti yang dikatakan ibu Isabella, guru harus melek teknologi dan up to dare agar siswa nya bisa semangat belajar, apalagi saat ini belajar lebih banyak daring,” katanya.
Kepala Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Palembang, Herman Wijaya menagatakan selama pandemi Covid 19 pihaknya bersama tenaga pengajar di sekolah yang menerima anak jalanan dan anak putus sekolah ini memberikan tugas dengan cara luring (luar jaringan).
“Setiap senin kami bagikan materi dan soal, untuk tingkat SD hingga SMA, mereka bergantian datang sekolah mengambil tugas dan materi minggu depannya mengumpulkan tugas kemudian mengambil tugas baru, secara efektifitas memang tidak menguntungkan dari anak didik karena tidak ada ikatan batin antara siswa dan guru tapi ini karena keadaan. Kami juga menerima banyak keluhan dari karena anak tidak terkontrol belajarnya kalau tidak datang langsung ke sekolah tapi mau bagaimana lagi inilah keadaan kita sekarang,” kata mantan kepala bidang (Kabid) SMP Dinas Pendidikan Palembang ini.
Pihaknya lebih memilih luring dengan cara mengambil dan mengumpulkan tugas ke sekolah karena anak-anak atau siswa siswa di SKB Palembang banyak yang tidak memiliki gawai. “Tidak semua mahasiswa berada di kota dengan jaringan internet yang bagus, tapi banyak juga yang jaringan internetnya tidak bagus. Banyak pula siswa kami yang tidak memiliki gawai mengingat banyak anak jalanan dan putus sekolah,” ujarnya.
“Maka dari itu kami memakai sistem luring tadi yang saya jelaskan sebelumnya, sedangkan untuk sistem penilaian, format penilaian setiap soal ada bobot dan rumus-rumus tertentu sehingga menerima hasil tidak jauh beda dengan sebelum covid 19,” katanya. (sir)

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com