Pendidikan

SELAMAT HARI BUKU : Kalau Literasi Jadi Gaya Hidup, Pasti Kita Gak Asal ‘Bacot’

ist

Sumselterkini.co.id, – Ada yang bilang, “Kalau mau lihat masa depan suatu bangsa, tengoklah bagaimana anak mudanya memperlakukan buku.” Tapi di negeri ini, buku sering diperlakukan kayak mantan gebetan cuma dibuka pas kangen, lalu ditinggalin pas udah nemu yang lebih viral. Padahal buku itu bukan sambal, yang cuma dicolek pas makan mie instan kehidupan. Buku itu semacam nasi padang makin digali, makin lengkap lauknya!

Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya mungkin paham betul soal ini. Dalam perayaan Hari Buku Nasional ke-23 di Taman Ismail Marzuki, beliau nggak cuma datang buat poto-poto sama rak buku, tapi juga nendang wacana ke level yang lebih kreatif. “Di setiap halaman buku terdapat daya cipta, imajinasi, dan dedikasi yang harus dihargai,” ucapnya.

Nah lho, itu bukan sekadar quote Instagram, tapi bahan bakar buat menghidupkan ekonomi kreatif.

Coba kita renungkan negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, dan Korea Selatan itu bukan tiba-tiba hebat karena rakyatnya sering pamer OOTD atau suka makan ramen. Tapi karena dari kecil mereka digembleng cinta buku. Anak SD di sana bisa bedain Kafka dari K-pop.

Sementara di sini, masih ada yang nyangka Franz Kafka itu brand kopi kekinian. Salah siapa? Ya tentu bukan salah ibu mengandung.

Finlandia warganya baca buku kayak kita ngopi tiap pagi, wajib, Norwegia, pemerintahnya beli ribuan buku dari penulis lokal buat dibagikan gratis ke perpustakaan, di Jepang buku manga aja bisa jadi bahan pelajaran moral dan sejarah dan Belanda setiap tahun ada program naik kereta gratis asal bawa buku! Coba bayangkan kalau di sini begitu, bisa penuh kereta dengan orang sok-sokan baca buku resep masakan.

Kata orang bijak yang sok filosofis dari warung kopi sebelah kantor. “Buku itu seperti sandal jepit, kalau hilang satu, kita pincang. Tapi kalau dibaca semua, kita bisa lari jauh.”
Meski analoginya rada absurd, tapi ngena juga. Karena literasi itu bukan cuma soal membaca, tapi soal membiasakan kepala untuk mikir, bukan cuma mikir caption TikTok.

Menteri Teuku Riefky juga menyinggung bahwa tulisan dan penerbitan bisa jadi pintu masuk ke subsektor kreatif lain film, animasi, bahkan game. Lah iya, siapa sangka film “Laskar Pelangi” itu asalnya dari buku? Atau webtoon Korea yang jadi drama mewek nasional? Semuanya berawal dari selembar halaman.

Lalu kenapa kita masih ragu menghargai buku dan penulis? Di luar negeri, nulis buku bisa jadi pekerjaan tetap, di sini… nulis buku kadang kayak main tebak-tebakan nasib laku enggak, dibaca enggak, dicetak ulang… ya, belum tentu.

Untunglah perayaan kali ini nggak sekadar seremoni megang buku biar kelihatan intelek. Ada baca bareng, diskusi literasi, book signing, dan tentunya momen buat berswafoto bersama penulis, supaya postingan medsos kita nggak cuma isinya kopi dan kucing.

Di sisi lain, Hafidz Muksin dari Kemendikdasmen juga bilang bahwa kolaborasi antara dunia pendidikan dan ekonomi kreatif penting banget. Ini bukan sekadar duet kaya Raisa dan Afgan, tapi sinergi yang bisa bikin anak-anak kita naik kelas  bukan cuma secara akademik, tapi juga mental dan imajinasi.

Jadi mari kita akhiri era di mana buku cuma jadi properti dekorasi rak belakang Zoom meeting. Sudah waktunya buku dibaca, ditulis, dan dihargai. Kalau perlu, kasih royalti ke penulis lebih besar dari hadiah lomba makan kerupuk Agustusan.

Karena bangsa yang besar bukan cuma butuh jalan tol dan bandara, tapi juga jalan pikiran dan landasan imajinasi. Dan semua itu, masih berawal dari satu benda sederhana yang sering dilupakan buku. Intinya, kalau mau Indonesia jadi negara keren dan maju, jangan cuma ngomong soal ‘digital’ tapi lupa pentingnya literasi, karena tanpa literasi, digital juga cuma gawai tanpa otak.

Mari rayakan Hari Buku bukan sekadar tanggal merah di kalender budaya, tapi sebagai panggilan untuk bangkitkan semangat baca dan tulis. Indonesia Emas 2045 bukan cuma dibangun pakai semen dan baja, tapi juga dengan tinta, kata-kata, dan imajinasi. Karena buku memang bukan sambal, tapi jelas bisa bikin kepala kita makin hangat dan hidup makin nikmat.[***]

Terpopuler

To Top