DI ZAMAN serba online ini, anak-anak SD udah jago bikin video TikTok, main Mobile Legends sampai hafal semua skin hero, tapi begitu disuruh nyebutin lima sila [Pancasila], eh…, langsung manyun kayak nunggu sinyal Wi-Fi yang lemot. Ya, begitulah potret generasi saat ini, “gesit jempol, tipis ideologi” yang bikin Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mulai gatal turun tangan.
Makanya, Selasa (14/10/2025), BPIP datang ke Palembang buat audiensi sama Pemerintah Kota, bukan mau makan pempek gratis, tapi bahas hal serius, tak lain adalah strategi implementasi pendidikan Pancasila di satuan pendidikan Kota Palembang.
Direktur BPIP, Irene Camelyn Sinaga, ngomong blak-blakan, “Sejak usia dini, dari tingkat SD, anak-anak harus benar-benar diajarkan pemahaman Pancasila”, bukan cuma dihafal kayak lirik lagu wajib waktu upacara, tapi dipahami, dihayati, dan diamalkan, karena, kata Irene, ideologi itu bukan pajangan di dinding kelas, tapi panduan hidup supaya gak gampang kebolak-balik sama arus zaman.
“Nanti kita juga akan melakukan diskusi bersama tenaga pendidik di Kota Palembang,” ujarnya, dengan semangat, kalau bisa ditransfer ke anak sekolah, mungkin mereka langsung hafal lima sila dalam satu napas.
Coba lihat aja sekarang, bro.., banyak orang dewasa aja masih bingung bedain antara kabar bohong dan kebenaran, apalagi anak-anak, yang tiap hari disuguhi konten medsos, dari bangun tidur bahkan sampai ketiduran sambil pegang HP.
Kemudian baca status Facebook dikit, langsung panas kuping, lalu lihat video potongan di TikTok, langsung percaya tanpa mikir konteks. Nah, lantas di sinilah pentingnya Pendidikan Pancasila sejak dini, biar generasi muda punya “filter ideologi”, bukan cuma filter wajah.
Kalau dari kecil udah ngerti makna “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, mereka gak akan gampang nyebar kebencian, kalau paham Persatuan Indonesia, mereka tentunya, gak bakal ribut cuma, karena beda pilihan warna seragam, dan kalau benar-benar hidup dengan “Ketuhanan yang Maha Esa”, maka, mereka tahu batas antara keyakinan dan arogansi.
Sekretaris Daerah Kota Palembang, Aprizal Hasyim, yang nerima langsung rombongan BPIP, bilang bahwa Kota Palembang punya 462 sekolah dari TK sampai SMP, wah banyak banget… tapi justru di situlah tantangannya.
“Bahkan Wali Kota dan Wakil Wali Kota juga punya Program Palembang Cerdas, guna mendukung dunia pendidikan kita,” ujar Aprizal.
Tapi kata beliau. “Cerdas itu bukan cuma soal ranking di rapor, akan tetapi yang paling utama adalah untuk kesadaran kita bernegara dan berpancasila, kita perlu mendengarkan pembelajaran Pancasila, agar dapat menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air,” urainya.
Artinya, percuma anak-anak Palembang bisa rumus cepat matematika, kalau masih gampang percaya hoaks dari grup keluarga, percuma hafal nama-nama planet, kalau gak tahu arti “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan”.
Ideologi
Aprizal juga bilang, nanti para guru bisa langsung berdiskusi dengan Ibu Irene, nah, ini ide bagus banget, karena kalau guru-guru dikasih ruang ngobrol soal ideologi, bukan gak mungkin nanti lahir inovasi ngajar Pancasila yang gak membosankan.
Coba pikirkan, jika pelajaran Pancasila gak lagi cuma disuruh hafal teks di papan tulis, tapi diajar lewat game, lagu, atau proyek sosial, karena anak SD zaman sekarang, kan gampang bosan, bro. Tapi kalau gurunya kreatif, mereka bisa belajar Pancasila sambil ketawa, bukan sambil ngantuk.
Bisa saja nanti ada lomba “Pancasila Challenge”, siapa yang bisa kasih contoh perilaku sesuai sila pertama dalam kehidupan sehari-hari, atau konten “Ngaji Pancasila Bareng Teman Sekelas”
Lucu, seru, tapi berisi, itu baru keren.
Oleh karena itu, Palembang udah lama dikenal dengan pempek, makanan yang bikin semua orang bahagia lantarana begitu langsung disiram cuko rasanya ala mak..mantap, pedas dan manis. Tapi sekarang, Palembang juga siap dikenal sebagai kota yang serius membentuk generasi berideologi kuat.
Bayangin aja, kalau setiap anak SD di Palembang bisa hafal dan paham Pancasila, mungkin 20 tahun lagi kota ini bakal punya generasi yang bukan cuma pintar, tapi juga beneran punya karakter, siapa tahu, nanti ada pepatah baru “Sehari tanpa pempek masih bisa, tapi sehari tanpa nilai Pancasila? gawat, bro!”, ha..ha.
Pendidikan Pancasila itu memang kayak vitamin ideologis, harus diminum rutin sejak kecil, biar waktu gede gak gampang kena virus hoaks dan kebencian, karena di dunia yang serba cepat kayak sekarang ini, orang yang kuat bukan cuma sinyalnya 5G, tapi yang penting nilai Pancasila-nya stabil di semua jaringan.
Jadi, langkah BPIP dan Pemkot Palembang buat nyusun strategi ini bukan basa-basi, ini sebuah investasi jangka panjang, agar anak-anak Palembang tumbuh, bukan cuma jadi orang cerdas, tapi juga manusia beradab yang ngerti cara hidup bareng dalam perbedaan.
Karena pada akhirnya, bangsa ini gak butuh generasi yang hafal Pancasila tapi nyebar hoaks tiap hari, namun yang terpenting bahkan dibutuhkan itu adalah generasi yang paham Pancasila dan bisa bikin dunia maya tetap waras, dan itu, bro… jawabnya cuma bisa dimulai dari bangku SD.[***]