Pendidikan

Santri Hijau, Bumi Adem” [Saat Kiai dan Alam Bersalaman]

kemenag

Sumselterkini.co.id, – Mari kita buka lembaran baru dalam dunia pesantren, halaman di mana Kitab Kuning bertemu dengan Kompos Organik, dan surah-surah thayyibah berdampingan mesra dengan tong sampah yang dipilah-pilah. Iya, Kementerian Agama lagi serius nihbukan cuma serius ngurus haji dan nikah siri, tapi juga serius menyelamatkan bumi lewat program Pesantren Ramah Lingkungan. Mantap kali!

Di bawah kepemimpinan Menag Nasaruddin Umar, Kemenag akhirnya bilang, “Eh, mari kita mulai dakwah ekoteologis, biar santri bukan cuma jago ngaji, tapi juga jago tanam pohon dan kelola sampah.” Ini bukan sembarang dakwah, ini dakwah yang bisa bikin bumi lebih hijau dan langit lebih lega.

Program ini disusun bareng-bareng dengan berbagai pihak, mulai dari Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, sampai lembaga dunia kayak UNEP, FAO, dan UNICEF. Pokoknya, ini bukan gerakan cuci piring sendirian ini gotong-royong sambil nyapu halaman dan nanam bayam!

Dan, hei… kita punya Pesantren At-Thariiq Garut yang jadi contoh nyata, bukan sekadar label “ramah lingkungan” yang cuma tempelan di gerbang. Di sana, santri bisa tahu perbedaan antara daun kering yang bisa jadi pupuk dan daun status mantan yang bikin galau. Ini penting!

Program ini akan melahirkan  Juknis alias petunjuk teknis, tapi dalam bahasa santri, mungkin bisa disebut kitab fiqih lingkungan. Juknis ini akan ngajarin pesantren cara menjadi oase hijau di tengah krisis iklim yang makin gerah kayak hati pas lihat mantan tunangan kondangan duluan.

Bayangkan, di masa depan, setiap pesantren punya kebun mini yang jadi tempat praktik pertanian organik. Bank sampah yang hasilnya bisa buat kas koperasi santri, kurma dan cabai yang ditanam sendiri, bukan cuma dikutip di ayat, dan tentu saja, kurikulum yang bukan cuma ngajarin tauhid, tapi juga tau mana plastik dan mana daun jati.

Kalau mau contoh negara Islam yang sudah lebih dulu berdamai dengan bumi, mari kita melirik Maroko. Negeri ini bukan cuma juara bikin tajine dan menara masjid yang aduhai, tapi juga salah satu pionir dalam energi terbarukan di dunia Islam.

Di kota Ouarzazate (bukan nama klub bola, tenang), mereka punya Kompleks Tenaga Surya Noor salah satu yang terbesar di dunia! Dan yang menarik, proyek ini melibatkan komunitas agama dan lokal, lho. Imam-imam diajak kampanye soal pentingnya menjaga bumi. Masjid-masjidnya pun mulai pasang panel surya. Jadi, azan berkumandang bukan dari energi fosil, tapi dari cahaya mentari. Syahdu, kan?

Kalau Maroko bisa, masa kita enggak? Apalagi kita punya modal pesantren yang jumlahnya ribuan dan santri yang jumlahnya kayak populasi ikan lele di kolam lomba. Tinggal dikasih bimbingan, dan tentu saja insentif (biar semangat), maka pohon bisa tumbuh di halaman asrama dan plastik-plastik nggak lagi nyangkut di got.

Program ini juga bukan sekadar tanam pohon dan pungut sampah, lho. Tapi juga soal membentuk cara pandang baru bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah. Ini penting, karena selama ini banyak yang mikir dosa cuma datang dari pacaran atau bolos ngaji, padahal buang sampah sembarangan juga bisa bikin bumi ngamuk.

Kalau semua pesantren mulai dari sekarang jadi ramah lingkungan, mungkin kita bisa bilang. “Kiamat boleh di tangan Tuhan, tapi menunda kerusakan bumi adalah tugas kita bersama termasuk para santri berkopyah dan bersarung.”

Mari kita bayangkan, suatu hari nanti, ketika ada santri yang bukan cuma hafal kitab Alfiyah, tapi juga jago bikin kompos dan bisa bedain mana biji pepaya dan mana bibit sengon. Wah, itu baru keren! Syariah, dan sadar lingkungan pula!

Pesantren ramah lingkungan adalah masa depan yang tidak utopis asal semua pihak sepakat bahwa bumi ini juga perlu disayang. Dan siapa yang lebih cocok jadi pelopor kalau bukan para santri yang sudah terlatih hidup sederhana, bersih, dan penuh kesadaran spiritual?

Kalau selama ini kita sering dengar “bumi adalah warisan anak cucu”, mungkin kini saatnya kita bilang. “Bumi adalah amanah yang harus kita rawat, mulai dari serambi mushola sampai ke kebun belakang pondok.”

Mari kita mulai revolusi hijau dari pondok. Karena kalau para santri sudah cinta lingkungan, InsyaAllah, langit pun akan ikut mengamini.[***]

Terpopuler

To Top