BANYAK orang kalau dengar kata “Pramuka”, langsung kebayang seragam cokelat, topi lebar, dan tali-temali yang entah buat simpul apa. Ada juga yang refleks bilang, “Oh…., itu yang suka baris di lapangan sambil teriak ‘Siap, Kak!’ kan?”
Padahal, hei… Pramuka itu bukan sekadar pasukan cokelat yang jago simpul, mereka ini pasukan semangat, yang kalau disuruh bangun pagi dan tidur di tenda, wajahnya tetap cerah kayak habis disponsori skincare.
Dan pemandangan itu kerasa banget di Bumi Perkemahan Cadika, Palembang, Jumat (31/10/2025). Di situ, Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Palembang, Putri Azizah, membuka Perkemahan Wirakarya sambil melantik Badan Kelengkapan Kwarcab.
Tema acaranya “Membentuk Pramuka yang Mandiri dan Inspiratif Melalui Aksi Nyata untuk Masyarakat”. Kedengarannya berat, tapi pas lihat di lapangan semuanya cair. Serius tapi santai, disiplin tapi tetap banyak ketawa.
Perkemahan Wirakarya ini bukan sekadar acara ngumpul-ngumpul, bakar jagung, atau lomba masak pakai kompor batu bata. Ini ajang lima tahunan yang isinya aksi nyata dari kerja bakti di masyarakat, pelatihan keterampilan, sampai kegiatan sosial yang bikin hati adem.
Putri Azizah bilang dengan nada penuh semangat. “Harapan kami, Pramuka Palembang bisa kembali menjadi percontohan, tidak hanya di Sumatera Selatan, tetapi juga di Tingkat Nasional”
Kata percontohan ini bukan sembarang kata. Karena dulu, Palembang memang jadi kiblat kepanduan di Sumsel. Ibaratnya, kalau Pramuka daerah lain butuh inspirasi, arahnya ke Musi. Sekarang, semangat itu coba dibangkitkan lagi lewat tenda, pelatihan, dan keringat para peserta yang jumlahnya bejibun 22 gugus depan dan 44 kwartir ranting!
Yang namanya perkemahan, ya pasti ada tantangan. Mulai dari tenda yang miring kayak menara Pisa, sampai kasur angin yang bocor entah di mana. Tapi di situlah seni ber-Pramuka ngeluh dilarang, ngakalin wajib.
Ada satu peserta, sebut saja Dika, yang dengan bangganya bilang, “Kak, tali rafia saya bisa buat jemuran, bisa juga buat jebakan tikus!” Nah, kalau bukan kreatif, apa namanya?
Di tengah tenda-tenda itu, suasananya mirip film Survivor versi lokal. Bedanya, yang satu rebutan imunity idol, yang ini rebutan gayung mandi.
Tapi meski begitu, semangat mereka nggak luntur. Karena di balik lumpur dan peluh itu, mereka lagi belajar hal yang nggak diajarin di kelas tanggung jawab, kebersamaan, dan kemandirian.
Momen pelantikan Badan Kelengkapan Kwarcab juga jadi babak penting. Di bawah terik matahari, Putri Azizah menegaskan “Kita ingin pengurus yang baru bisa benar-benar menjalankan Dasa Darma Pramuka, bukan sekadar hafal teksnya”.
Nah, ini penting. Karena hafal “takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa” itu gampang, tapi menjalankan dengan konsisten? Itu yang kadang lebih susah dari buka simpul jangkar.
Azizah juga mengingatkan agar Pramuka Palembang jangan cuma aktif di acara, tapi juga aktif di masyarakat. Karena sejatinya, Pramuka itu bukan organisasi seremonial, tapi gerakan pengabdian.
Dari Cadika inilah, semangat baru itu disulut. Perkemahan ini jadi ruang latihan, bukan hanya buat fisik, tapi juga buat mental. Di dunia yang serba digital ini, Pramuka tetap mengajarkan hal yang sering dilupakan manusia itu butuh sesama, bukan cuma sinyal Wi-Fi.
Mereka belajar menolong tanpa pamrih, memimpin dengan hati, dan menghadapi tantangan tanpa drama. Di tengah dunia yang makin “scroll-scroll-an”, Pramuka datang mengingatkan hidup itu bukan tentang siapa yang paling viral, tapi siapa yang paling berguna.
Jadi, Pramuka mungkin identik dengan seragam cokelat, tapi semangatnya? Warna-warni! Dari disiplin, empati, hingga kreativitas- semuanya diramu jadi satu paket siap pakai untuk masa depan.
Kegiatan di Cadika ini bukan cuma nostalgia baris-berbaris, tapi juga pengingat bahwa semangat kepanduan harus terus hidup. Karena di tengah dunia yang sibuk mengejar like dan followers, masih ada anak-anak muda yang mengejar arti dari mengabdi.
Dan seperti pepatah lama bilang, “Kayu yang dibakar bersama, apinya lebih besar”
Begitu juga Pramuka, kalau bersatu, mereka bukan cuma bikin tenda berdiri, tapi juga masa depan yang lebih tegak.
Oleh karena itu, Pramuka bukan sekadar kegiatan, tapi cara hidup tentang belajar ikhlas, disiplin, dan peduli. Di dunia yang makin egois, semangat Pramuka adalah pengingat menolong orang lain itu bukan kelemahan, tapi kekuatan yang sesungguhnya.[***]