Pendidikan

“Ngaji Fasolatan, Dari Wudu ke Surga, Tak Perlu ke Pesantren, Cukup ke Teras Masjid!”

kemenag

“Pak Ustaz, wudu itu yang gosok telinga dulu atau kumur-kumur dulu ya?”
“Salat tahajud bisa pakai sarung bola nggak?”
“Kalau jadi makmum tapi lebih hafal dari imam, boleh koreksi pakai nada pentatonik?”

ITULAH pertanyaan-pertanyaan rakyat jelata yang sering beredar di grup WhatsApp keluarga, disisipkan di antara foto anak pakai seragam sekolah dan broadcast diskon minyak goreng. Dan ternyata, pertanyaan-pertanyaan itu bukan cuma bercanda. Itu realita, banyak di antara kita yang sudah dewasa, dompet sudah dompet digital, tapi salat masih pakai ilmu kira-kira.

Tenang, kementerian Agama RI tidak tinggal diam. Melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, mereka turun gunung, bukan bawa jurus silat, tapi bawa Fasolatan program ngaji salat dari A sampai Z, dari wudu sampai salam, dari niat sampai jadi imam.

Bertempat di Jakarta, 7–9 Agustus 2025, disusunlah kurikulum, silabus, dan modul Ngaji Fasolatan melalui acara yang namanya FGD. Jangan salah, FGD bukan singkatan dari “Forum Guyon Dikit”, meskipun suasananya katanya hangat dan banyak tawa. Tapi ini Focus Group Discussion, isinya para akademisi, ustaz, praktisi pendidikan, dan wakil PBNU. Serius, tapi santai. Ibarat diskusi salat sambil ngopi.

“Fasolatan ini bukan modul biasa,” kata Pak Arsad Hidayat, Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah, dengan wajah penuh semangat dan napas yang tak putus meski baru naik tangga.

Menurut beliau, modul ini hadir karena banyak orang tua yang ingin belajar salat, tapi bingung harus mulai dari mana. Madrasah jauh, pesantren sibuk, dan YouTube isinya malah debat hukumnya pakai kaus kaki. Nah, Fasolatan akan menjadi GPS spiritual menunjukkan arah, tanpa buffering.

Modul ini tidak hanya ngajarin gerakan yang biasanya bikin orang grogi kalau salat di masjid pakai imam senior. Tapi juga diajarkan hikmah, makna, dan etika salat. Jadi, bukan hanya paham cara rukuk, tapi juga paham kenapa jangan sikut orang di sajadah sebelah.

“Salat itu harusnya membentuk akhlak. Kalau rajin salat tapi masih nyinyir dan suka parkir sembarangan, itu salatnya mungkin baru sampai lutut,” ujar Pak Arsad dengan gaya analogi khas bapak-bapak pengisi kultum.

Bukunya akan dibuat sederhana, kontekstual, dan bersahabat dengan generasi rebahan, jadi bisa dipahami baik oleh Pak RT, emak-emak senam, sampai anak SMA yang salatnya masih tergantung sinyal iman.

Setelah modul jadi, 100 fasilitator Fasolatan akan dibekali melalui coaching nasional bulan September nanti. Ini bukan pelatihan biasa. Ini pelatihan orang yang kelak akan jadi penunjuk arah kayak Google Maps, tapi khusus urusan salat.

Pelaksanaannya akan dikawal bersama BKM dan LTM (bukan singkatan boyband, tapi Badan Kesejahteraan Masjid dan Lembaga Takmir Masjid). Tujuannya satu modul ini jangan cuma disimpan di folder laptop, tapi hidup dan menyapa masyarakat.

Kita hidup di zaman yang serba cepat. Tapi jangan sampai cepat-cepat juga dalam urusan ibadah. Salat itu ibarat charger rohani, tapi banyak orang pakai kabelnya bolong, akhirnya lowbat akhlak.

Ngaji Fasolatan ini seperti mie instan rohani cepat diseduh, tapi gizinya cukup. Tentu kalau dijalani dengan hati. Kita diajak kembali ke dasar, bukan karena kita bodoh, tapi karena kita sadar yang kuat itu bukan yang tahu banyak, tapi yang tahu dasar dan menjalankannya.

Salat itu bukan ritual basa-basi. Tapi pengingat arah hidup. Kalau dunia ini panggung sandiwara, salat itu gladi bersih sebelum pulang. Jangan sampai hidup heboh, tapi salatmu cuma hembusan.

Program Fasolatan ini layaknya juru selamat dari generasi “salat modal hafalan TK.” Sekarang, tak ada alasan lagi. Mau belajar salat? Tak perlu antre pondok. Cukup buka Fasolatan, bismillah, dan praktik di teras rumah.

Dan ingat, kata pepatah “Yang tidak salat, bukan hanya kehilangan pahala, tapi juga kehilangan arah saat semesta makin banyak jebakan batmannya.”

Jadi, siap belajar salat dengan gaya Fasolatan?.Yang penting niat, gerakan bisa ikut modul, jangan dibalik.[***]

Terpopuler

To Top