PERNAH membayangkan pesawat terbang dari kardus? Ya, bukan main-main, bukan pesawat mainan yang gampang ambruk, tapi prototipe pesawat berbahan kardus terbesar di Indonesia yang memadukan seni, teknologi, dan kreativitas anak bangsa. Instalasi raksasa ini bukan sekadar rekor MURI, tapi pelajaran nyata tentang bagaimana imajinasi bisa “terbang tinggi”, jika dipadu dengan strategi, teknik, dan sedikit bumbu keberanian. Dari kardus yang rapuh hingga menjadi karya monumental berukuran 7 x 6,5 meter, pesawat ini mengajarkan kita bahwa seni dan teknologi bisa berjalan beriringan—seperti dua sahabat yang tidak bisa dipisahkan, meski kadang suka rebut remote TV.
Kalau kalian kira pesawat ini dibuat dengan lem super atau tongkat sihir, salah besar. Tim kreator Dus Duk Duk dan Erika Richardo harus menghadapi tantangan kardus yang rapuh, beratnya 7 x 6,5 meter, dan permukaan yang harus dilukis tanpa sobek.
Melukis di permukaan sebesar itu bukan sekadar menuang cat, tapi seperti menulis novel di atas kapal yang bergoyang satu goresan salah, bisa bikin “cerita” ambyar.
Mereka mulai dari struktur rangka pesawat kardus-kardus disusun sedemikian rupa hingga kuat, tapi tetap bisa dipindahkan. Filosofi mereka “Kardus boleh rapuh, tapi mimpi harus kokoh”.
Tim ini menggunakan teknik lipatan, tumpukan, dan sambungan kardus ala origami raksasa, sehingga pesawat bisa berdiri tegak tanpa bantuan besi. Kalau pepatah bilang, “Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”, itu benar-benar berlaku di sini ribuan kardus lipatan demi lipatan berubah menjadi “bukit terbang” yang bisa menginspirasi generasi muda.
Setelah struktur berdiri, giliran Erika Richardo memberi sentuhan seni. Bagian ini bukan hanya soal cat dan kuas, tapi tentang menerjemahkan alam nusantara, budaya, dan sejarah Indonesia ke permukaan pesawat. Melukis di skala 1:10 itu ibarat memberi warna pada kanvas yang ukurannya seluas lapangan bola satu kesalahan bisa bikin pepatah “sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui” terasa lucu karena dayungnya kebolak-balik.
Erika memadukan warna alam, garis khatulistiwa, dan tokoh inspiratif Indonesia, hingga pesawat ini bukan sekadar karya visual, tapi seperti buku sejarah dan atlas seni berjalan. Anak-anak muda yang melihatnya bisa belajar tentang identitas bangsa, kreativitas, dan pentingnya keberanian mencoba hal baru.
Apa yang bisa kita pelajari dari sini?, banyak, dari sisi teknik, kita belajar struktur, ketahanan, dan desain ilmu dasar STEM. Dari sisi seni, kita belajar komposisi, warna, dan storytelling visual. Kalau dikombinasikan, jadilah STEAM, yakni Science, Technology, Engineering, Art, and Math. Artinya, kreatif bukan hanya soal lukisan cantik atau pesawat keren, tapi juga strategi, perhitungan, dan kesabaran.
Bahkan, filosofi kardus ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, rapuh boleh, tapi dengan perencanaan, keberanian, dan kolaborasi, kita bisa terbang tinggi, seperti pepatah lama “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian” Pesawat ini bukan cuma simbol kemerdekaan, tapi simbol ketekunan, keberanian, dan inovasi.
Lucunya, saat proses melukis, ada momen di mana kuas Erika menetes, cat tumpah, dan tim kreator panik. Bayangkan kardus seberat ini harus dijaga tetap rapi, tapi kadang ia seperti anak kecil yang rewel satu gerakan salah, langsung mogok.
Tapi justru dari kekacauan itu muncul ide-ide kreatif baru. Misalnya, tumpahan cat hijau jadi tambahan daun di lukisan alam nusantara jadinya tidak hanya aman dari kesalahan, tapi justru menambah estetika.
Cerita ini mengingatkan kita bahwa dalam kreativitas, kadang kesalahan adalah teman terbaik. Pesawat ini mengajarkan bahwa proses lebih penting daripada hasil akhir, karena tanpa percobaan, kita tidak akan pernah tahu seberapa tinggi mimpi bisa terbang.
Di era sekarang, banyak anak muda berpikir kreatif tapi takut gagal. Pesawat kardus ini menjadi contoh nyata kreativitas harus diuji dengan teknik, kolaborasi, dan keberanian.
Tidak cukup hanya punya ide, tapi harus bisa dieksekusi dengan strategi, dan yang paling penting, karya besar tidak selalu mahal, kardus bekas pun bisa jadi pesawat raksasa yang memberi inspirasi dunia.
Pesawat berbahan kardus terbesar ini bukan sekadar rekor MURI, tapi pelajaran hidup dari hal yang rapuh bisa lahir sesuatu yang luar biasa, jika ada kreativitas, strategi, dan kolaborasi.
Anak-anak muda bisa belajar, bahwa seni dan teknologi bisa bersinergi, kegagalan bisa jadi bahan bakar inovasi, dan mimpi besar selalu bisa diterbangkan asal punya keberanian dan ketekunan. Jadi, selanjutnya jangan heran kalau suatu hari ada pesawat dari kertas koran atau bata bekas yang terbang di langit imajinasi kita, karena kreatif itu tidak kenal batas.[***]