BERDASARKAN data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada Kamis, 2 Juni 2022, mencatat nilai Ekspor pada April 2022 mengalami kenaikan 8,46 persen.
Sedangkan dibandingkan pada April 2021 nilai ekspor tumbuh tinggi menjadi 62,65 persen.
Naiknya perkembangan ekspor tersebut juga terjadi di beberapa sektor diantaranya sektor nonmigas pada April 2022 mencapai US$ 643,25 juta, hal ini mengalami kenaikan 2,46 persen dibanding Maret 2022.
Sedangkan dibanding April 2021 ekspor nonmigas mencapai US$ 2.035,44 juta atau naik 34,51 persen.
Kepala BPS Sumsel, Zulkipli melalui Humas BPS Sumsel, Trio Wira Dharma membenarkan adanya peningkatan pada perkembangan ekspor di Sumsel.
“Benar April tahun ini peningkatan terjadi perkembangan ekspor di Sumsel,” kata Trio.
Adapun peningkatan ekspor nonmigas terbesar naik pada bahan bakar mineral diantranya Batubara dan Lignit Sebesar US$56,30 juta atau 21,91 persen.
Begitu juga ekspor nonmigas berdasarkan hasil pertanian, pada Januari-April 2022 46,17 persen dibandingkan dengan periode tahun 2021, ekspor hasil industri pengolahan naik 3,62 persen, dan ekspor hasil tambang lainnya 141,52 persen.
Terjadinya kenaikan tersebut juga berdasarkan permintaan yang tingggi di beberapa negara tujuan tercatat dari data BPS, ekspor April 2022 terbesar adalah ke Negara Tiongkok sebesar US$195,49 juta, disusul ke India sebesar US$111,68 juta, dan ke Malaysia sebesar US$66,03 juta, dengan kontribusi ketiganya mencapai 53,39 persen.
Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa tercatat ada 27 negara masing-maing sebesar US$171,86 juta dan US$47,70 juta.
Secara komulatif nilai ekspor terbesar Sumatera Selatan pada Januari-April 2022 ditunjukan ke Tiongkok, India, dan Amerika Serikat, dengan nilai masing-masing sebesar US$6669,92 juta, US$241,87 juta dan US$163,34 juta.
Sementara itu nilai impor di Sumsel pada April 2022 mengalami penurunan dengan nilai US$77,65 juta atau turun US$11,97 juta (13,36 persen) dibandingkan Maret 2022.
Hal tersebut disebabkan oleh turunnya impor nonmigas sebesar US$11,16 juta (14,80 persen) dan migas sebesar US,$809,92 ribu (5,72 persen).
Trio juga membenarkan bahwa impor di Sumsel mengalami penurunan, kemungkinan juga adanya masyarakat Sumsel mengutamakan penggunaan produk lokal.
“Kemungkinan adanya masyarakat Sumsel yang mengutamakan produk lokal, apalagi saat ini kecenderungan impor barang konsumsi bila dibandingkan April 2021 menurun,” ujarnya.
Penurunan nilai impor nonmigas disebabkan oleh turunnya nilai impor beberapa komodits utama, terutama mesin peralatan mekanis serta bagiannya yang turun US$8,38 juta (37,97 peresen).***