FESTIVAL Literasi sebagai terapi bagi para pemuda, agar tidak pernah berhenti untuk berkreasi serta berinovasi meskipun di masa pandemi Covid-19. Apalagi dia melihat festival literasi kali ini mengangkat tema multiliterasi mengembangkan kreativitas meningkatkan inovasi.
“Jadi jangan sampai kreativitas terhenti dan tersumbat bahkan inovasinya tidak bermanfaat. Saya yakin banyak sekali pemuda kita yang punya bakat,” kata Gubernur Herman Deru saat membuka Festival Literasi bertempat di Griya Agung Palembang, Senin (2/11).
Di penyelenggaraan festival literasi Sumsel hari ini lanjutnya ada inovasi dan terobosan-terobosan baru hal ini juga membuktikan bahwa masyarakat tidak pasrah dan berdiam diri di dalam menghadapi covid-19.
Pandemi ini menjangkit di 215 Negara termasuk di Indonesia. Tapi cara mengatasi berbeda-beda dan tidak ada yang sama tergantung situasi masing-masing. Di Sumsel karena persepsi yang sama sehingga ekonomi provinsi ini tetap tangguh dibandingkan provinsi lain. Hal itu dikarenakan aktivitas, kreativitas tidak terkena dari corana.
“Kita harus mendoktrin agar anak-anak harus membaca tapi dengan cara yang benar agar anak-anak tidak menghindari bacaan. Gemar membaca ini harus diseberluaskan karena membaca ini salah satu kunci sukses,” terangnya.
Namun dikesempatam ini juga ada hal yang paling penting diingatkannya untuk para pemuda adalah untuk terus berinovasi, mengejar informasi dan teknologi tapi jangan pernah meninggalkan kearifan lokal.
“Kita boleh modern, kita boleh ikut perkembangan dunia ini tapi kita jangan pernah tinggalkan kearifan lokal sebagai ciri khas warga Sumsel. Kita jangan pernah malu menampilkan kearifan lokal bahkan ini kita harus pertahankan,” tutupnya.
Duta Literasi Provinsi Sumsel Hj. Percha Leanpuri mengatakan festival literasi ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 2020.
Literasi sekarang menurut Percha bukan hanya sekedar kemampuan menulis dan membaca tapi pada era sekarang mulai bergeser bagaimana sebagai individu melakukan pemahaman dari apa yang dibaca dan menulis serta menggambarkan dari aktivitas sehari-hari, sehingga lanjutnya definisi literasi ini menunjukan paradigma baru dalam upaya memaknai literasi dan pembelajarannya.
Percha menyebut, hakikat berliterasi secara kritis dalam masyarakat demokratis dapat diringkas diantara adalah memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, mentransformasi teks yang di baca. Kesemuanya, menurutnya merujut pada kompetensi dan kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis.
Sebagai Duta Literasi Sumsel, dia juga telah banyak melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat dengan bersama Dinas Perpustakaan Provinsi Sumsel termasuk Festival Literasi kali ini.
Dalam Festival Literasi kali ini bukan hanya di tampilkan pameran buku dan pemberian Pojok Baca ke 12 Kabupaten/Kota Sumsel tapi juga diresmikannya Aplikasi Dairy Sumsel yang merupakan Aplikasi Perpustakaan Digital Sumsel.[***]
Ril