Parlemen

Paripurna Sumsel 79 Tahun, Dari Tanjung Carat sampai Makan Bergizi Gratis

ist

Sumselterkini.co.id, – Di usia 79 tahun, Provinsi Sumatera Selatan ini ibarat nenek lincah yang bukan cuma masih bisa masak gulai tempoyak sambil nonton sinetron, tapi juga bisa joget zumba tiap Rabu pagi di kantor gubernuran.

Dalam rapat paripurna DPRD yang digelar Kamis, 15 Mei 2025, suasana bukan hanya penuh tepuk tangan, tapi juga penuh tepuk dada bangga maksudnya, bukan sesak napas.

Gubernur H. Herman Deru dan Wakil Gubernur H. Cik Ujang tampil kompak, bak duet biduan senior yang sedang membawakan lagu nostalgia pembangunan.

Dalam pidatonya, Pak Deru menaburkan angka-angka capaian seperti pedagang pasar yang sedang mengiming-imingi pembeli dengan promo harga cabe turun. Katanya, ekonomi Sumsel tumbuh 5,22 persen di triwulan pertama 2025. Wah, ekonomi Sumsel ini ibarat pohon pisang meski pernah tumbang diterpa pandemi, tapi sekarang malah beranak tunas banyak.

Capaian kemiskinan ekstrem turun ke 0,59 persen, katanya. Itu artinya, yang dulunya makan nasi garam sekarang sudah bisa nambah lauk sebiji telur dadar. Bahkan Gini Ratio alias ketimpangan juga ikut menyusut, kayak celana jeans yang keseringan dicuci.

Tapi jangan salah, walaupun ekonomi Sumsel ibarat sepeda lipat yang kembali digowes setelah lama dikunci di gudang Covid-19, PR tetap banyak. IPM memang sudah kategori tinggi, tapi masih di bawah nasional. Istilahnya, udah bisa nyanyi tapi belum bisa nari. Apalagi soal kemiskinan yang masih di atas angka nasional. Ibarat pepatah  air tenang jangan dikira tak ada buaya, indikator ekonomi boleh mulus, tapi tetap harus waspada, jangan-jangan rakyat masih terjebak di lubang galian harapan palsu.

 

Hebatnya lagi, Pak Deru dengan mantap meluncurkan 12 program strategis. Mulai dari pelabuhan New Palembang Port Tanjung Carat yang masih lebih misterius dari rencana prewedding anak tetangga, sampai ke Program 100.000 Sultan Muda Sumsel yang katanya bukan ngajarin jadi pangeran Arab, tapi melatih anak muda biar bisa jadi pengusaha dan inovator.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) juga disepakati bersama seluruh bupati/wali kota se-Sumsel. Ini kabar gembira, apalagi buat anak sekolah yang biasanya cuma bawa bekal mie instan kering dilipat tisu. Artinya, negara mulai belajar menyuapi masa depan dengan gizi yang baik, bukan hanya dengan janji dan poster kampanye.

Ketua DPRD Sumsel, Andie Dinialdie pun tak kalah semangat. Ia menyebut ulang tahun ini sebagai momentum introspeksi. Kalau boleh pakai perumpamaan: ulang tahun ke-79 Sumsel ini seperti momen tiup lilin, tapi sebelum ditiup harus lihat dulu kuenya cukup untuk semua atau cuma untuk yang dekat dengan kompor kekuasaan.

Rangkaian acara HUT Sumsel pun penuh warna. Ada pasar murah, penanaman pohon, sampai jalan santai. Ini bukan sekadar kegiatan, tapi simbol bahwa Sumsel ingin tetap sehat, hijau, dan murah meriah meski kadang kenyataannya, cabai rawit di pasar bisa bikin jalan santai jadi lari maraton karena dompet panas.

Sumsel sudah banyak berubah, tapi jangan cepat puas. Seperti pepatah orang tua. “Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui, tapi jangan sampai perahu bocor gara-gara lupa tambal dasar.” Pemerintah boleh bangga, tapi rakyat tetap ingin bukti bukan janji. Karena rakyat hari ini lebih pintar, mereka tak cuma lihat angka, tapi juga rasa. Kalau angka naik tapi harga beras ikut-ikutan melonjak, rakyat tetap pusing kepala.

Jadi, mari kita jadikan usia ke-79 ini bukan sekadar tiup lilin di ruang paripurna, tapi juga api semangat untuk terus bekerja. Karena membangun Sumsel itu ibarat masak pindang: harus sabar, pakai bahan segar, dan jangan kebanyakan penyedap rasa biar tidak cuma enak di lidah tapi juga sehat sampai ke hati rakyat.[***]

ADV

Terpopuler

To Top