Sumselterkini.co.id,- Kalau di Palembang di Masjid Darul Said itu suasananya baru-bari ini, seperti pasar kaget yang lagi ngadain promo diskon daging kurban, bukan cuma soal hewan kurban tapi juga soal solidaritas sosial. Bayangin aja, sejak jam setengah enam pagi, orang-orang udah pada ngumpul kayak ngumpulin poin diskon, penuh semangat dan antusias.
Sekretaris Daerah Palembang, Aprizal Hasyim, yang biasanya kita kenal sebagai bapak serius, kali ini hadir bawa aura penuh kehangatan. Usai salat Idul Adha, beliau ngasih bantuan hewan kurban dari Wali Kota ke pengurus masjid. Ini ibarat bumbu rahasia sate Taichan yang bikin semua orang ngiler dan kumpul bareng.
Dalam sambutannya, Aprizal ngingetin kita supaya jangan kayak sate yang cuma dibakar sendiri-sendiri, tapi harus seperti tusuk sate yang saling merapat, nggak egois. Menurut beliau, menghilangkan egoisme itu penting, apalagi kalau kita ibarat kambing yang satu kandang tapi masing-masing ngotot pengen jadi raja. Padahal, kalau kita bisa sabar dan saling mendukung, Insya Allah pembangunan di Palembang bakal tambah mantap dan nyaris nggak ada drama, seperti sate Taichan yang lumer di mulut tanpa duri yang nyakitin.
Nah, lebih serunya lagi, Aprizal ngajak semua yang hadir buat doain jemaah haji supaya lancar dan mabrur. Doa ini bagaikan sambal yang bikin rasa kurban makin nendang dan bikin hati tambah manis. Jadi, bukan cuma hewan kurban yang dipotong, tapi ego kita juga kudu dipotong dan dibuang jauh-jauh, biar hidup sosial makin asik.
Kalau dipikir-pikir, Idul Adha itu bukan cuma soal nyembelih kambing atau sapi, tapi lebih ke momen kita belajar berbagi, bersabar, dan membangun rasa kebersamaan. Seperti tusuk sate yang memegang erat daging-daging lezat, kita juga harus memegang erat solidaritas dan kerja sama.
Jangan sampai kayak kambing yang saling dorong di kandang, harus kayak sate Taichan yang rapi tertusuk, saling melengkapi, dan bikin semuanya enak dinikmati. Sekda Aprizal bukan hanya mengantar hewan kurban, tapi juga mengantar pesan moral yang penting dalam membangun Palembang yang maju, kita harus buang jauh-jauh ego, rajin bersabar, dan saling bahu-membahu. Kalau ini bisa dijalankan, Insya Allah Kota Palembang bakal jadi tempat di mana semua warganya hidup harmonis, maju, dan pastinya makin cinta sama kotanya. Kayak sate yang lumer dimakan bareng teman, semua terasa nikmat dan penuh kebahagiaan.
Jadi, yuk jangan cuma sibuk ngitung daging kurban, tapi hitung juga berapa banyak ego yang sudah kita potong dan buang! Karena, kalau ego sudah habis, kebersamaan dan solidaritas bakal tumbuh subur, seperti rumput segar di tengah lapangan dan itu lebih berharga dari sekadar sate enak di pagi hari Idul Adha.[***]