Palembang Terkini

Sampah Naik Kelas, Kesadaran Masih Kelas Dua

Sumselterkini.co.id, – Di kota Palembang, ada pemandangan yang bikin hati adem meski udara siang sedang gerah-gerahnya  Wali Kota Ratu Dewa dengan senyum sumringah meresmikan dua hal penting Program Satu Kelurahan Satu Bank Sampah dan Taman Edukasi Pengelolaan Sampah 4R, Selasa (20/5/2025).

Acara ini digelar di halaman Dinas Lingkungan Hidup (DLH), lengkap dengan rombongan camat, petugas kebersihan, dan hadiah-hadiah yang lebih meriah dari quiz show zaman 90-an.

Nah, sebelum kita terlalu serius, mari kita renungkan sebentar kalau dulu orang tua kita bilang, “Kebersihan adalah sebagian dari iman,” maka zaman sekarang pepatahnya berubah jadi “kebersihan adalah sebagian dari program kerja yang baru viral kalau diunggah ke TikTok.”

Tapi tenang, kali ini bukan gimik. Ada niat baik yang bisa dicium lebih harum dari bak sampah plastik yang sudah didaur ulang. Gagasan menghadirkan bank sampah di setiap kelurahan ini, ibarat membuka cabang “Bank Indonesia” tapi khusus untuk tabungan kardus, botol bekas, dan plastik kresek.

Ratu Dewa menargetkan ada 37 bank sampah tambahan, biar setiap kelurahan bisa punya “rekening kotoran” sendiri. Sebab kenyataannya, banyak warga yang sampahnya nempel di dinding rumah, bukan di tempat penampungan akhir.

Bahkan ada yang masih anggap sungai itu tempat laundry sampah massal. Padahal, di kota seperti Surabaya, bank sampah sudah bisa ditukar dengan tiket bus. Di Tokyo, orang buang sampah saja harus sesuai jadwal, bahkan sampah organik pun ditimbang seolah sedang diet ketat!

Kalau Palembang berhasil menjalankan ini, bisa jadi pionir bank sampah kreatif, bayangkan kalau botol bekas bisa ditukar jadi diskon kuliner pempek, atau kardus mie instan bisa jadi saldo Jakabaring Card, siapa tahu, nanti lahir juga “OJK Sampah” yang mengawasi transaksi botol plastik ilegal.

Di area yang sama, juga diresmikan Taman Edukasi Pengelolaan Sampah 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace pacar toxic eh salah). Tempat ini diperuntukkan buat anak-anak, agar mereka kenal sejak dini bahwa membuang sampah sembarangan itu sama nistanya dengan nyontek saat ujian.

Rasanya kayak main ke Taman Pintar versi “bau tanah”, tapi edukatif. Syukur-syukur nanti anak-anak bisa pulang sambil ngasih ceramah ke orang tuanya. “Mak, jangan buang sisa sayur ke selokan dong. Itu bikin banjir. Aku aja tadi belajar itu di taman!”

Dalam suasana penuh senyum dan sorak sorai, petugas DLH yang selama ini berjuang di garis depan menyapu jalan, ngangkut sampah, dan nyium aroma yang tak terdefinisikan dapat hadiah berupa TV, kulkas, dan sepeda.

Kalau saja hadiah ini diberikan lebih sering, bisa jadi petugas kebersihan jadi lebih langsing dan bahagia daripada influencer olahraga.
Ada yang sudah mengabdi lebih dari 30 tahun, dan akhirnya dapat penghargaan. Meskipun telat, tapi lebih baik kulkas datang daripada tak datang sama sekali.

Ini mengingatkan kita pada pepatah lama “setinggi-tingginya jabatan, tetap yang bersihkan jalananlah yang menyingkirkan paku nasib dan kotoran dari roda hidup kita.”

Program ini bagus. Tapi seperti pepatah lain mengatakan, “Nasi goreng pun tak jadi enak kalau cuma digoreng niatnya, bukan nasinya.”

Artinya, bank sampah jangan hanya jadi “bank tutup rekening kosong” yang difoto waktu peresmian tapi terkunci pas hujan datang. Jangan sampai taman edukasi cuma jadi taman selfie orang dewasa yang kehausan konten.

Edukasi juga jangan berhenti di anak-anak. Yang buang sampah dari mobil di flyover itu, rata-rata sudah bisa nyicil motor dan punya KTP, bukan murid TK. Harusnya ada juga “Satuan Tugas Penciduk Tangan Ringan,” yang tugasnya menegur mereka yang anggap bumi ini tempat buang sial, bukan tempat tinggal.

Program Anti Mager yang digalakkan Wali Kota itu bagus, tapi jangan hanya jadi jargon kayak “Revolusi Mental” yang bikin bingung mental kita sendiri. Mari kita dorong supaya Bank sampah benar-benar aktif dan memberi manfaat ekonomi, taman edukasi hidup dan terus berkembang, para camat tak hanya mengangguk di rapat, tapi juga jemput bola sampai ke got-got RT.

Karena pada akhirnya, kebersihan kota bukan hanya urusan petugas DLH dan wali kota, tapi urusan kita semua, jangan sampai Palembang bersih cuma di baliho, tapi busuk di gorong-gorong.

Dan terakhir, kata kakek saya dulu,“ Kalau belum bisa membersihkan, setidaknya jangan ikut-ikutan mengotori.”

Begitulah, kalau anda masih buang sampah sembarangan, jangan salahkan kalau satu hari nanti, bumi memuntahkan kenangan anda berupa banjir, penyakit, dan aroma karma dari balik selokan.[***]

Terpopuler

To Top