Sumselterkini.co.id, – Sabtu sore di Kelurahan 15 Ulu akhir pekan lalu. Kecamatan Jakabaring, suasana Posyandu tidak sekadar riuh dengan suara anak-anak dan ibu-ibu, tapi juga ramai oleh kedatangan rombongan pejabat.
Ketua Tim Penggerak PKK Kota, Dewi Sastrani, datang bersama sederet tokoh penting seperti Ketua Pembina Posyandu Provinsi Sumsel Febrita Lustia, anggota DPD RI Ratu Tenni Leriva, dan tentu saja lurah serta camat setempat.
Dewi yang juga Ketua Tim Pembina Posyandu Kota, tidak sekadar hadir untuk poto bersama, tapi membawa pesan serius Posyandu kini bukan cuma tempat timbang bayi atau bagi-bagi vitamin, tapi sudah berkembang jadi “Pusat Komando” pelayanan masyarakat dengan enam Standar Pelayanan Minimal (SPM). Mulai dari pendidikan, pekerjaan umum, rumah rakyat, ketertiban, ketentraman, sampai perlindungan masyarakat.
“Posyandu Anggrek di sini sudah masuk kategori 6 SPM, jadi pelayanannya harus lengkap,” ujar Dewi dengan nada semangat.
Nah, kalau dipikir-pikir, ini kayak bikin warung kopi biasa jadi kafe kekinian yang menyediakan Wi-Fi, colokan, sampai live musik. Bagus sih, tapi apakah semua kelengkapan itu benar-benar dirasakan?
Lurah 15 Ulu, Nazarudin, mengaku terus berupaya membina Posyandu dengan pendataan rapi, menyediakan tempat yang nyaman, dan yang terpenting memotivasi masyarakat untuk hadir.
Tapi, di balik itu semua, kita juga perlu bertanya, apakah kader Posyandu yang bekerja di lapangan sudah cukup didukung? Atau mereka cuma dapat tugas tambahan yang bikin kepala pusing, sementara fasilitas dan anggaran masih secuil?
Posyandu memang kunci kesehatan kampung. Tapi jangan sampai tugas dan standar yang makin tinggi itu malah jadi beban baru tanpa solusi. Seperti pepatah bilang, “jangan beri bebek makan garam,” alias jangan beri tugas berat tanpa alat yang memadai.
Rombongan pejabat datang, memberi semangat, dan foto bersama, lalu pulang. Posyandu tetap berjalan dengan segala keterbatasan. Kalau begitu, kapan pelayanan itu betul-betul “naik kelas” dan bukan hanya “naik panggung”?
Kalau memang Posyandu mau jadi pusat layanan yang lengkap, jangan sampai hanya jadi panggung sandiwara janji dan standar di kertas. Butuh aksi nyata dan perhatian serius, bukan sekadar acara seremonial.[***]