Palembang Terkini

Payung Basah untuk RT-RW & Ustadz-Ustadzah, Perlindungan untuk Para Pejuang Kampung

ist

Sumselterkini.co.id, – Di aula Kantor Camat IT I Palembang bukan cuma ramai suara kipas angin yang berdengung dan derit kursi plastik, ada aroma haru, tawa, dan RT-RW yang berdandan rapi, lebih rapi dari biasanya. Baju batik sudah disetrika semalam, minyak wangi pinjaman anak pun sempat disemprotkan.

“Pak RT, udah isi absen belum?” tanya seorang ibu sambil menggenggam map cokelat.

“Belum, Bu, tapi aku sudah siap nerima jaminan dunia akhirat,” jawab Pak RT setengah bercanda, setengah serius.

Wakil Wali Kota Palembang, Prima Salam, hadir membawa kabar gembira Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Jamsostek) diberikan bukan cuma buat buruh pabrik, tapi untuk 3.081 RT-RW dan 938 ustadz-ustadzah, serta pekerja rentan. Sebuah cara negara bilang, “Kamu penting dan kami lindungi,”katanya jumat kemarin.

Sebagian penerima sumringah, ada yang bergurau, “Baru kali ini aku merasa kayak PNS, walau gajiku masih kalah sama anak magang.”

Dan begitulah, program ini menyentuh bukan soal angka, tapi soal rasa dihargai dan diperhatikan.

Wakil Wali Kota Prima Salam dalam sambutannya bilang, program ini bagian dari gebrakan 100 hari kerja RDPS (Ratu Dewa dan Prima Salam).

Menurutnya, pemberian Jamsostek adalah bukti kepedulian Pemkot untuk menaikkan kesejahteraan dan perlindungan sosial masyarakat. “Kalau terjadi kecelakaan sampai meninggal, santunan Rp42 juta sudah menanti, plus beasiswa dua anak sampai perguruan tinggi,” ujar Prima dengan penuh harap.

Bayangkan, RT-RW yang selama ini tugasnya sering cuma antar undangan nikah dan jaga pos ronda, sekarang bisa bawa pulang payung besar bernama perlindungan sosial. RT yang dulu cuma dapat kaos oblong pas pemilu, sekarang dapat asuransi jiwa.

Tapi, jangan buru-buru girang dulu. Kata Prima, Pemkot akan “berhati-hati” menentukan penerima. Ealah, ini kode keras, seperti “Siapa yang dekat pejabat, dia yang dapat”. Jangan-jangan nanti RT yang rajin foto bareng lurah duluan dapat, sementara yang kerja beneran cuma dapat “keep spirit ya, Pak”.

Kalau mau belajar dari kota lain, Surabaya sudah jauh lebih matang, mereka bukan hanya kasih jaminan sosial untuk RT-RW, tapi juga pelatihan manajemen dan kewirausahaan. Jadi RT di sana bukan cuma penjaga malam, tapi juga pengusaha es lilin dan pegiat lingkungan.

Negara maju macam Seoul, Korea Selatan, malah lebih canggih lagi. Perlindungan sosial untuk pekerja informal termasuk guru ngaji dan tukang parkir dikelola secara digital. Cukup klik di aplikasi, cek saldo jaminan, klaim santunan, bahkan pesan pengingat vaksin.

Ini membuktikan perlindungan sosial itu bukan cuma soal uang santunan, tapi soal memperluas kebebasan rakyat dari ketakutan hidup.

Amartya Sen, Nobel Ekonomi 1998, dalam buku Development as Freedom menulis. “Pembangunan sejati terjadi saat manusia memiliki kebebasan memilih kehidupan yang bermartabat, termasuk terhindar dari risiko sosial dan ekonomi.”

Jamsostek ini harus jadi bukti negara hadir, bukan sekadar wacana manis yang hilang setelah launching. Jangan sampai programnya kayak monorel Palembang ada rel, tapi gak jelas kapan jalan.

Pemberian Jamsostek bagi RT-RW, ustadz, ustadzah, dan pekerja rentan adalah langkah positif, seperti memberi payung di tengah hujan deras terlalu dini kalau bilang lengkap, tapi jelas lebih baik daripada basah kuyup.

Namun, program ini harus dilanjutkan dengan evaluasi ketat dan data valid, agar tidak terjadi penerima fiktif yang cuma sekadar jadi “foto dokumentasi”.

Jangan sampai RT yang benar-benar kerja keras malah terlupakan, sementara yang cuma numpang nama malah dapat jaminan. Kalau ingin negara maju, mari perlakukan RT-RW dan pekerja rentan bukan sebagai pajangan launching, tapi sebagai mitra sejati dalam pembangunan sosial. “Orang kecil yang terlindungi adalah pondasi negara besar”. “Payung boleh kecil, asal tak berlubang”.[***]

Terpopuler

To Top