Olahraga & Otomotif

Sundulan Semilyar Kenangan, Gol Messi Jadi Karya Seni

foto :fifa.com

Sumseterkini.co.id,- Kalau hidup ini ibarat telenovela, maka babak final Liga Champions 2009 antara Barcelona dan Manchester United adalah episode paling nangkring di kepala buat Lionel Messi. Lebih dari 800 gol yang sudah ia cetak,  entah itu dari kaki kiri sakti, chip elegan, solo run ala maling dompet di pasar, atau tendangan bebas penuh intrik si nomor 10 ini tetap pilih satu sundulan langka sebagai gol favorit sepanjang kariernya. Dan itu, saudara-saudara, bukan gol sembarangan. Itu adalah Sundulan Roma, gol cinta pertama yang bikin Messi susah move on sampai sekarang.

Mari kita rewind sebentar ke tahun 2009, lokasinya di Stadio Olimpico, Roma. Barcelona dan Manchester United bertemu dalam final Liga Champions. Di tengah panggung megah itu, Lionel Messi  si mungil dari Rosario, Argentina  terbang, seperti burung gereja dikejar layangan putus. Lalu… plak! Sundulannya meluncur anggun, seperti tembakan cinta langsung ke jantung Van der Sar.

Padahal, Messi nyundul itu seperti kambing nyanyi dangdut  jarang, tapi kalau kejadian, semua orang langsung tepuk tangan. Ia bukan penyundul ulung.

Tingginya cuma 170 cm kurang dikit, lebih pendek dari rata-rata tiang jemuran. namun malam itu, gravitasi seolah cuti, sundulannya bukan cuma masuk ke gawang, tapi masuk ke memori umat manusia pencinta bola, dan yang paling penting gol itu mengunci treble untuk Barcelona. La Liga, Copa del Rey, dan Liga Champions dikantongi, seperti tukang kredit yang berhasil nagih tiga rumah sekaligus.

“Gol itu bukan yang paling indah atau paling penting secara teknis,” kata Messi, “tapi selalu jadi favorit saya.”
Ya, sama seperti kita yang mungkin pernah pacaran sama yang lebih kaya, lebih rupawan, tapi tetap saja mantan yang pernah ngajak hujan-hujanan beli mi instan di warung ujung gang yang paling membekas.

Kini, si gol sundulan itu bakal naik pangkat, bukan lagi sekadar highlight YouTube atau koleksi fans, tapi akan dijadikan karya seni digital oleh seniman visual Refik Anadol.

Proyek ini adalah bagian dari kampanye “A Goal for Life” milik Inter Miami CF Foundation  semacam transfer kenangan dari rumput stadion ke galeri seni, dan akan dilelang untuk kegiatan amal.

Bayangkan, sebuah sundulan diubah jadi mahakarya yang bisa dipajang di ruang tamu miliarder, atau minimal di kafe hipster ber-AC sentral.

Dan di babak terbaru hidupnya, Messi kini berseragam Inter Miami CF, dari Catalonia pindah ke Florida Selatan, dari tapas ke taco, dari Camp Nou ke pantai berjemur. Tapi walau kausnya berganti, sentuhan magisnya belum pensiun. Juni dan Juli nanti, Messi bakal tampil di FIFA Club World Cup 2025.

Inter Miami masuk Grup A, bareng SE Palmeiras (yang mainnya seperti ayam jago tiap sore), FC Porto (yang suka bawa kejutan seperti kado arisan), dan Al Ahly (klub Mesir yang bisa main bola sambil bikin kita lapar kebayang nasi kebuli).

Jadi siapa tahu, di kompetisi itu nanti Messi kembali menyundul bola,  tapi dengan gaya bapak-bapak yang rambutnya sudah agak minggir dan matanya agak juling lihat matahari. Mungkin bukan setinggi dulu, tapi tetap bikin lawan panik dan kita terharu.

Gol terbaik dalam hidup bukan soal keindahan, tapi soal momen, sundulan Messi di Roma adalah bukti bahwa kepala kecil bisa bikin dunia terbalik. Bahwa dalam hidup, yang membekas itu bukan cuma prestasi besar, tapi juga kejadian ganjil yang muncul di saat paling krusial.

Gol itu bukan hanya masuk gawang, tapi masuk sejarah. Sundulan itu tidak hanya melawan Van der Sar, tapi juga melawan segala logika gravitasi dan stereotip soal tinggi badan. Dan kini, ia berubah menjadi seni, amal, dan kenangan abadi.

“Tak perlu jadi tinggi untuk terbang, cukup punya tujuan dan momen yang pas, seperti Messi kepala kecil, tapi kenangan besar.”

Messi mengajarkan satu hal penting dalam hidup, momen berharga tidak harus megah, tidak harus sempurna, tapi harus punya rasa. Gol sundulan di Roma bukan sekadar angka di papan skor, tapi simbol bahwa kenangan yang paling dalam sering kali datang dari tempat yang tak terduga, seperti kepala kecil Messi yang melayang di udara malam Roma, menyundul bola, dan menyundul sejarah.

Bak pepatah bilang “Yang penting bukan seberapa tinggi kita bisa melompat, tapi seberapa dalam kenangan yang kita tinggalkan saat mendarat.”[***]/disadur dari fifa.com diganti dengan kreatif bahasa.

Terpopuler

To Top