Olahraga & Otomotif

Sumsel United : Menendang Asa, Menyatukan Talenta, Membangun Cerita dari Tanah Sriwijaya

ist

Sumselterkini.co.id, – Bayangkan sepak bola kita ini seperti masak pempek kapal selam, kalau telurnya kurang, airnya keasinan, atau ikannya tinggal aroma, ya.. hasilnya bukan pempek, tapi tragedi kuliner.

Nah, Sumsel United, klub bola anyar dari tanah Sriwijaya, baru saja masak logo baru, jersey baru, pelatih baru, dan janji-janji segar, seperti tukang bubur yang bilang “besok gratis ya, Bang, kalau laris”. Namun  pertanyaannya rasa dan isi dari klub ini, beneran mantap atau cuma gimik sabtu malam?.

Acara peluncuran yang digelar di ballroom Hotel Harper itu, seperti pesta tunangan meriah, penuh asa dan banyak foto, tapi seperti tunangan juga, perjalanan menuju pelaminan alias “juara liga” itu butuh lebih dari sekadar niat dan senyuman manis. Butuh sistem, strategi, dan stamina, bukan hanya ganti seragam lalu berharap wasit kasihan.

Dunia sepak bola Indonesia ini kadang lebih dramatis dari sinetron, Kadang main bagus, stadion penuh, euforia menggila. Tapi minggu depannya pelatih dipecat, gaji belum turun, atau malah ada keributan di tribun. Apalagi sekarang, setelah FIFA sempat menyorot tata kelola sepak bola kita kayak guru BP memperhatikan murid paling bandel, Sumsel United mesti belajar dari klub-klub lain yang sudah duluan berlari kencang dan mapan, bukan cuma pakai jersey, tapi juga pakai otak dan rencana jangka panjang.

Agar Sumsel United semangat, lihat contoh Persis Solo, klub ini dirombak total oleh Kaesang Pangarep, bukan cuma pakai duit dan nama, tapi juga tata kelola profesional. Stadion direnovasi, akademi jalan, bahkan branding klub digarap serius sampai merchandise-nya laris kayak kaos anak band karenasepak bola bukan cuma soal tendang-menendang, tapi juga manajemen seperti mengelola startup.

Lalu Berneo FC, klub ini jadi raksasa baru di Liga 1, karena konsisten merawat pemain muda, memberi pelatih kepercayaan, dan gak terlalu sering gonta-ganti haluan, seperti petani yang sabar menunggu panen, Borneo FC tahu bahwa membangun tim itu butuh proses bukan instan kayak mie rebus.

Klub Terengganu (Malaysia),klub negeri jiran ini sukses menata ulang akademi lokalnya. Fokus pada pengembangan usia dini, pelatih berkualitas, dan fasilitas latihan yang beneran standar FIFA.
Masa depan sepak bola ya dimulai dari bocah-bocah bersandal jepit yang punya mimpi besar.

Kawasaki Frontale (Jepang), dulu klub biasa, sekarang rajin juara di J-League, mereka investasi pada data scouting, akademi usia muda, dan pelatih berkualitas, kalau mau juara, jangan pelit sama ilmu dan teknologi.

Lain lagi dengan Ajax Amsterdam (Belanda), Ajax jadi salah satu pabrik pemain terbaik dunia, karena akademi mudanya yang mendunia. Bahkan Messi pun ngaku respek ke sistem Ajax. Kalau Sumsel United ingin juara masa depan, ya mulai dari bocah-bocah SMA yang main bola bukan cuma buat mabar, tapi buat mimpi jadi legenda. FC Basel (Swiss), gak segede MU atau Madrid, tapi Basel rutin masuk Liga Champions karena rapi di manajemen, scouting, dan infrastruktur, bisa ambil pelajarannya, klub kecil kalau dikelola niat bisa bikin geger se-Eropa, jangan remehkan klub dari daerah asal niatnya bukan sekadar syuting launching.

Brighton dan Hove Albion (Inggris), dulu klub gurem, sekarang jadi kuda hitam Premier League, mereka pakai data analytics untuk rekrut pemain, bukan pakai katanya bagus. Bayangkan kalau Sumsel United pakai data statistik pemain dari desa-desa, bukan asal ambil anak bupati main di starting line-up. Real Socoedad (Spanyol), fokus ke akademi, scouting anak daerah Basque, dan sistem jangka panjang, klub ini langka pecat pelatih. Kalau pelatih Sumsel United belum bawa juara di musim pertama, tolong jangan langsung diganti kayak ganti status WhatsApp.

Jangan nantinya Sumsel United cuma jadi tim dekoratif, penuh gaya tapi minim hasil, jangan seperti ponsel baru tapi sinyalnya lemah. Kalau niatnya memang membina, ya buatlah akademi yang hidup, bukan sekadar plang nama. Kalau katanya merangkul semua kabupaten/kota, pastikan scouting-nya beneran turun ke lapangan, bukan cuma lewat Zoom atau laporan asal-asalan.

Sumsel ini ke depannya bisa menjadi  lumbung bakat bola, dari Ogan Komering Ulu sampai Musi Banyuasin, banyak bocah berbakat yang tendangannya lebih kencang bak dalam film “Shaolin Soccer”dan “Kung Fu Dunk”. Tapi kalau tidak ada sistem rekrutmen dan pembinaan, mereka akan hilang tersimpan rapi, tapi tak bermanfaat.

Solusinya setidaknya bikin Akademi Desa, bangun akademi berbasis kabupaten, gabungkan PSSI daerah, sekolah-sekolah, dan pelatih lokal. Buat liga antar kabupaten yang rutin, terukur, dan diliput media lokal. Jangan gonta-ganti pelatih, beri waktu 3 musim buat pelatih, jangan kayak hubungan LDR yang putus di tengah jalan.

bikin digitalisasi klub, streaming pertandingan, hadir di TikTok, bikin serial dokumenter YouTube, anak muda itu lebih suka lihat highlight daripada wawancara bupati, libatkan Suporter, ajak suporter jadi bagian klub, beri ruang aspirasi, bahkan ikut dalam penyusunan agenda sosial jangan cuma dimintai yel-yel pas tim menang dan kerjasama dengan klub dunia [tapi kalau bisa], kalau bisa Kirim pelatih magang ke Jepang atau Belanda, tunjuk satu akademi Sumsel jadi kembaran Ajax kecil-kecilan.

Sumsel United bisa jadi secercah harapan, asal tidak berhenti di launching logo dan jersey, sepak bola adalah simfoni yang butuh banyak alat pemain, pelatih, suporter, manajemen, bahkan tukang cuci jersey pun punya peran. Jangan sampai semangat launching ini seperti lagu hits TikTok viral sebentar, lalu hilang ditelan scroll.

Mari kita dukung dan  dorong Sumsel United untuk jadi contoh klub yang bukan hanya mengejar tropi, tapi juga martabat. Yang bukan hanya menghibur 90 menit, tapi membina selama puluhan tahun. Sumsel ini bukan hanya kaya minyak, tapi juga kaya mimpi. Tinggal mau dijaga atau cuma dipakai buat pidato malam Minggu.

Kalau kata Cik Ujang “Juaro itu artinya juara”. Nah, mari kita tambahkan  Juara bukan cuma menang pertandingan, tapi juga menang hati sporter dan rakyat Sumsel, apalagi sepak bola yang benar-benar hidup, adalah yang dimainkan bukan hanya dengan kaki, tapi juga dengan hati dan otak.

Sumsel United bukan sekadar klub baru yang dibentuk dengan gegap gempita di ballroom hotel, tapi sebuah janji masa depan yang ditulis dengan semangat wong kito. Kita tentu tak berharap klub ini hanya ramai di acara peluncuran, tapi kemudian sunyi senyap begitu peluit kompetisi dibunyikan. Jangan sampai jersey-nya rapi, tapi tak pernah berkeringat. Jangan cuma viral di media sosial, tapi nir-gol di klasemen.

Kalau klub-klub Eropa bisa sukses karena konsisten membina akademi, punya pelatih yang fokus pada kualitas latihan, dan manajemen yang tak mudah gonta-ganti, maka Sumsel United juga bisa. Selama niatnya sungguh-sungguh, programnya jelas, dan talenta lokal diberi panggung maka “Juaro” bukan sekadar jargon, tapi tujuan nyata karena sepak bola bukan soal menang atau kalah saja, tapi soal menyatukan semangat, di setiap tendangan, ada harapan, di setiap gol, ada kebanggaan. Kalau bukan kita yang percaya pada Sumsel United, siapa lagi?.[***]

Terpopuler

To Top