SETIAP masuk bulan Juli, sebagian warga Sumatera Selatan bukan sibuk nyusun liburan, tapi sibuk nyari asap, bukan buat bakar ikan, tapi buat nyiram api. Ya…., musim kemarau datang, dan seperti jodoh yang belum jelas, si Karhutla alias kebakaran hutan dan lahan, suka datang tiba-tiba, bikin repot semua orang dari warga desa sampai pejabat tinggi.
Nah, demi mengantisipasi amukan si api yang hobi makan hutan dan lahan kayak kerupuk pedas di warung burjo, Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) pun tancap gas. Mereka gelar Apel Gelar Pasukan dan Peralatan Kesiapsiagaan Karhutla 2025 di GOR Biduk Kajang, Kayu Agung, Senin kemarin.
Suasananya mirip reuni akbar, tapi yang datang bukan mantan gebetan, melainkan TNI, Polri, Regu Pemadam Perusahaan, hingga tim relawan anti-api.
Satu hal yang bikin kagum, perusahaan-perusahaan HTI mitra APP Group juga nggak cuma modal spanduk doang. Mereka bawa pasukan RPK (Regu Penanggulangan Kebakaran) lengkap kayak mau misi penyelamatan di film Hollywood.
Bahkan, ada helikopter 3 biji di Firebase Sungai Baung buat water bombing, patroli udara, dan evakuasi. Serius, ini udah mirip Avengers tapi versinya penyelamat hutan rawa gambut.
Kalau kata Panji Bintoro, Kepala Manajemen Operasi Kebakaran PT Bumi Andalas Permai, “Kita pakai sistem canggih kayak Fire Danger Rating System (FDRS), monitor titik panas lewat satelit, dan pakai AWS buat prediksi cuaca”. Canggih nian, dek!. Dulu kalau mau tahu panas, cukup lihat jemuran, sekarang udah ada teknologi satelit yang bisa lihat dari langit jemuran kalah.
Lebih hebat lagi, strategi yang mereka pakai bukan ala kadarnya. Namanya keren Integrated Fire Management (IFM) pakai empat pilar pencegahan, kesiapan, deteksi dini, dan respons cepat.
Ini bukan cuma strategi, tapi bisa jadi bahan quotes motivasi “Lebih baik mencegah daripada nanti menangis nyiram api pakai air mata”
Dari sisi Pemkab OKI, Bupati Muchendi juga tampil tegas. Ia berpesan bahwa kesiapan personel, sarana, dan koordinasi harus kayak trio macan, kompak, tangguh, dan siap tampil kapan saja.
Beliau benar, karena api itu nggak kenal libur, kalau sudah ngamuk, bisa nyapu lahan, rumah, sampai rencana panen.
Simulasi pemadaman api pun dilakukan mulai dari penyemprotan, penggunaan alat ringan, sampai evakuasi korban. Bukan gladi-gadungan, tapi gladi beneran.
Di sini kita tahu bahwa melawan api itu bukan cuma urusan hose dan air, tapi juga urusan keberanian, kekompakan, dan tentu… stamina. Soalnya nyiram apinya, bak pepatah bilang “Api kecil jadi kawan, besar jadi undangan pemadam”.
Ini pesan buat yang masih suka buka lahan dengan cara bakar. Udah nggak zaman lagi bakar-bakar lahan, nanti bukan cuma lahannya yang terbakar, tapi juga kepercayaan orang kampung.
Kesiapsiagaan Karhutla di OKI bukan lagi wacana manis kayak janji kampanye. Ini nyata, kolaborasi Pemkab, TNI-POLRI, perusahaan, dan masyarakat menunjukkan bahwa memadamkan api bukan kerjaan satu-dua orang, tapi kerja rame-rame.
Jangan biarkan api jadi bos di kampung kita. Karena kalau dia udah berkuasa, baru nyesel kenapa dari dulu cuma rebahan waktu dia mulai merambat.
Ingatlah selalu, “Kalau api sudah naik ke kepala, ember air pun malu datang”. Jadi sebelum semuanya terbakar, mari kita nyalakan kesadaran bukan korek api.[***]