Obyek Wisata

Pulau Penyengat, Warisan Budaya & Halal jadi Magnet Wisatawan

ist

BICARA wisata halal, banyak orang langsung mikir soal makanan, minuman, dan hotel yang ramah Muslim, tapi coba deh ke Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. Di sini, halal bukan sekadar label di kemasan kue atau sertifikat menempel di dinding UMKM.

Halal itu sudah menjadi magnet yang menarik wisatawan sambil membawa berkah ekonomi dan budaya, bagaikan madu yang menempel di jari  manis, lengket, dan bikin ketagihan!

Bayangkan, sebuah pulau kecil dengan bangunan kuno bercat putih, masjid tua yang berdiri anggun, dan aroma rempah khas yang menguar dari dapur warga. Semua elemen itu berbaur jadi satu paket wisata yang ngakak sekaligus mengedukasi. Ngakak? ya, karena beberapa kuliner khas lokal punya nama unik yang bisa bikin turis tersenyum sambil selfie. Tapi di balik tawa itu, ada pesan moral penting yakni kreativitas lokal plus sertifikasi halal sama dengan ekonomi naik kelas.

Sejak Juli 2025, Pulau Penyengat jadi pilot project program sertifikasi halal, hingga Oktober, 438 produk UMKM sudah resmi halal, dan 24 di antaranya berasal dari desa ini sendiri.

Mulai dari keripik pisang renyah, kue tradisional, sampai kopi robusta yang bikin mata melek pagi-pagi. Dengan sertifikasi ini, wisatawan Muslim nggak perlu pusing mikir halal atau nggak?, tinggal nikmati kuliner sambil selfie ala influencer.

Yang bikin seru, konsep wisata halal di sini bukan hanya soal makanan, karena budaya dan heritage Islami jadi daya tarik tersendiri. Masjid Sultan Riau yang berdiri sejak abad ke-19, makam Sultan Mahmud dan artefak bersejarah lainnya, membuat wisatawan merasa sedang menapaki lembaran sejarah.

Ditambah lagi, warga setempat ramah-ramah, siap menyapa pengunjung dengan logat Melayu yang manis dan humor ringan. Ada cerita lucu warga yang bilang, kalau makanan kita halal, hati juga ikut senang, nggak cuma perut, bener juga, ya.

Dari sisi ekonomi, efeknya nggak main-main, karena sertifikasi halal bikin produk lokal lebih kompetitif. Kini UMKM bisa menembus pasar Internasional.

Bahkan menarik wisatawan dari Rusia, Korea Selatan, hingga AS. Bagi mereka, halal bukan cuma soal agama, tapi juga simbol kualitas, transparansi, dan kesehatan. Jadi, Pulau Penyengat nggak cuma sekadar tempat liburan, tapi juga laboratorium ekonomi mikro yang kreatif dan berkelas dunia.

Oleh karena itu, pengalaman wisatawan ini ibarat tiga pilar yang menopang bangunan ekonomi dan budaya Pulau Penyengat. Kalau salah satu hilang, dampaknya terasa. Misalnya, tanpa sertifikasi halal, turis Muslim mungkin mikir dua kali. Tanpa budaya dan heritage, mereka hanya selfie di pantai tanpa meninggalkan cerita, dan tanpa humor lokal, pengalaman wisata jadi kaku dan hambar.

Jadi peliharalah budaya, beri standar yang jelas, dan jangan lupa tertawa, dan humor lokal yang ringan bisa jadi senjata ampuh buat menarik perhatian wisatawan dan membuat mereka betah.

Pulau Penyengat membuktikan kalau wisata halal itu lebih dari sekadar label, ia adalah strategi cerdas untuk menyeimbangkan ekonomi, budaya, dan agama secara harmonis.

Selain itu, Pulau Penyengat adalah contoh nyata bagaimana desa kecil bisa jadi bintang di peta wisata global, dengan sertifikasi halal, kuliner khas, heritage Islami, dan sentuhan humor lokal, pulau ini menunjukkan bahwa wisata halal itu bisa bikin ngakak, kenyang, dan kaya sekaligus. Jadi, kalau ada yang bilang wisata halal itu membosankan, coba ke sini. Dijamin, pulang-pulang bukan cuma oleh-oleh kue, tapi juga tawa dan inspirasi.

Kalau diibaratkan, Pulau Penyengat adalah madu budaya yang lengket di lidah dunia, manis, menyehatkan, dan bikin semua orang kembali lagi.

Nah, buat para pelaku UMKM, pemerintah, dan penggiat pariwisata, ini contoh nyata bahwa kolaborasi yang tepat bisa mengubah desa kecil jadi destinasi besar, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Jadi, tunggu apa lagi? Pulau Penyengat bukan sekadar pulau kecil di peta, tapi magnet halal yang siap bikin dunia ikut tersenyum, kenyang, dan ngakak bareng.[***]

Terpopuler

To Top