Obyek Wisata

“Muba Jualan Pariwisata Sampai ke Bandung, Dari Cihampelas ke Sekayu, Investornya Mana?”

ist

“Kalau tak pandai menjual, jangankan durian runtuh, singkong rebus pun tak laku di pasar malam.”
– Pepatah Pasar Randik

DI antara jejeran outlet yang menjual sandal lucu, baju distro, dan jas hujan karakter Doraemon, ada satu sudut stan pameran yang bikin pengunjung berhenti bukan karena diskon, tapi karena aroma kopi Liberika dari Muba yang menggoda. Ya, benar. Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) ikut unjuk gigi (dan unjuk kopi) dalam Indonesia Tourism & Trade Investment Expo 2025.

Langkah ini bukan sembarang ikut pameran, tapi semacam soft launching destinasi baru bernama “Muba Bumi Serasan Sekate, Surga Investasi dan Liburan Anti-Mainstream”.

Gaya Muba memang begitu, kalau orang lain promosi cukup pakai brosur, Muba langsung geruduk Bandung bawa rombongan, dari Sekda sampai Kasi Promosi. Karena kata orang tua di Sungai Lilin “Kalau mau ikan besar, umpannya jangan cuma cacing, sekali-sekali tabur pelet premium”.

Muba tidak datang cuma bawa brosur, mereka bawa strategi, menurut Sekda Muba, Dr Apriyadi, tujuan ikut pameran  bukan cuma biar tampil di kamera TV lokal Bandung, tapi agar dunia tahu potensi Muba itu bukan hanya sawit dan sumur tua.

“Kita ingin tercipta investasi baru yang berkelanjutan. Jadi bukan investasi bak mie instan, yang meledak di awal, lalu kempes saat disiram,” ujar Apriyadi penuh filosofi.

Dari sektor pariwisata, banyak yang belum tahu kalau di Muba ada wisata air yang beningnya bikin cermin malu. Belum lagi kuliner lokal yang bisa bikin lidah Jogja dan Medan berdamai dari tempoyak sambal balado, sampai sayur pakis campur nostalgia.

Kepala DPMPTSP Muba, Riki Junaidi, bilang bahwa ini adalah bagian dari “promosi aktif berbasis interaksi langsung”, yang kalau diterjemahkan ke bahasa emak-emak arisan “Kita datangi mereka, jangan nunggu dilamar terus.”

Pameran ini juga jadi ajang tukar pikiran, ide kreatif, sampai tukar nomor WhatsApp, karena seperti kata pepatah Muba versi digital “Di era 5G, jaringan adalah segalanya. Kalau sinyal hati saja bisa putus, apalagi sinyal investasi tanpa follow-up”.

Lihat saja Selandia Baru, mereka jadikan pameran pariwisata sebagai soft diplomacy. Di satu sisi jual pemandangan, di sisi lain jaring investor. Atau Vietnam, yang kini bisa menari di atas panggung ekonomi ASEAN karena berani jemput bola, bukan cuma gantung proposal.

Muba mencoba jalur itu, tapi pertanyaannya apakah stan pameran ini hanya seremonial atau memang bakal lahir MoU yang bukan sekadar huruf kapital? Jangan sampai tahun depan muncul berita “Muba Juara Stan Terheboh, Tapi Investor Tak Kunjung Bohong-Bohong Datang”

Kadis Pariwisata Jawa Barat, Dr Hendea Sofyan, bilang “Saya apresiasi Muba. Upaya mereka untuk promosi dan cari investasi itu patut dicontoh. Saya optimis, Muba bisa jadi primadona baru”

Semoga benar bukan sekadar basa-basi sambil nyicip kopi gratis.

Jika ingin Muba naik kelas, maka setelah pameran, harus ada after-sales service. Follow-up, tindak lanjut, dan eksekusi konkret, karena seperti kata pepatah digital “Investasi itu seperti cinta: dia datang karena tertarik, tapi bertahan karena komitmen”.

Dan siapa tahu, tahun depan yang ikut pameran bukan cuma pejabat, tapi juga masyarakat yang siap jadi pelaku utama pariwisata dan investasi.

Kalau tidak sekarang, kapan lagi Muba bersinar bukan cuma karena kilang minyak, tapi karena semangatnya jualan destinasi dan potensi!.[***]

Terpopuler

To Top